07. Laut

257 29 4
                                    

Sudah jadi pemandangan sehari hari untuk melihat pertengkaran antara Raja dan Bintang. Pak Arma pun sudah lelah dengan tingkah mereka berdua dimana saat belajar sering kali ribut dan akhirnya keluar kelas lalu ribut lagi di koridor.

bulan bulan telah berlalu hingga tiba di 11 Agustus Bintang mulai di sibukkan dengan beberapa urusan osis menjelang 17 agustusan.

Tak di sangka juga Bintang mendapatkan patner kerja yang tak pernah berkomunikasi dengannya. Lautan Canova, keponakan kepala sekolah yang juga anggota OSIS.

Hanya Bintang dan Laut yang menjadi tim dua anggota. Karena tim yang lain memiliki paling sedikit empat sampai lima anggota dalam tim.

Kata Raviel sih sang ketua OSIS, Laut ingin memiliki pekerjaan mudah dengan patner yang bisa di andalkan. Huh, enak banget jadi ponakan kepala sekolah. Batin Bintang menatap pria yang ada di sampingnya kini.

"Tugas kita nanti kan waktu tanggal 17 nya? Jadi sekarang kita ngapain?." Tanya Bintang namun Laut malah tetap sibuk memainkan ponselnya. Bintang berdecak lalu memunggungi Laut memandang sisi lain kantin.

"Lo temenin gua ngerjain pr." Ujar Laut yang tiba tiba mengeluarkan buku dari tasnya. Bintang menoleh heran.

"Lah? Kok gitu sih? Mending gua pulang, turu di rumah." Bintang menggendong tas nya namun di tarik Laut hingga menabrak dada sang pria.

"Gak ada penolakan." Ujar Laut dengan mengintimidasi membuat Bintang meneguk ludah kasar.

Bintang menghela nafas kasar bersender di kursi kantin menatap ke sekitar mencoba mencari pemandangan untuk menghilangkan rasa bosannya. Ponselnya mati dan dia lupa membawa charger.

Tiba tiba empat orang yang cukup menjadi sorotan lewat ke kantin untuk membeli sesuatu. Bintang lantas menegak kan duduknya memperhatikan Raja yang terlihat gagah berdiri di belakang Yudas yang sedang memesan makanan untuk mereka semua.

Bintang jadi gelagapan tak karuan seperti hendak bertemu dengan presiden dimana dia harus mempersiapkan segala nya dengan sempurna. Bintang tak mau jika dia bersikap aneh di depan Raja.

Tapi bodohnya si kecil itu malah terus menatap Raja dengan kagum dan nafas tak beraturan hingga salah satu dari mereka sadar ada yang menatap temannya aneh. Gilang menepuk pundak Raja lalu menunjuk Bintang dengan dagu.

Raja reflek menoleh kearah Bintang dan Bintang pun langsung membuang muka dengan sejuta salah tingkahnya yang membuat Laut di sampingnya menoleh heran. Laut pun menatap Raja membuat eye contact yang tajam diantara keduanya.

Bintang mengintip Raja dan si pria pun masih menatapnya. Bintang makin salah tingkah hingga tak sadar dirinya menundukkan kepala hingga terkena meja dan makin membuat Raja heran.

Laut yang melihat hal itu menaruh pulpennya lalu menarik pundak Bintang dan mengusap dahi si kecil yang merah. Tidak tidak, bahkan kini seluruh wajah Bintang benar benar sangat merah hingga laut panik.

"Lu kalo sakit bilang njir!! Gua anter pulang. Ayo cepet bangun!!." Laut menarik Bintang dan membawakan tasnya menuju parkiran untuk di antar pulang.

Raja terus memperhatikan pundak sempit Bintang. Pria itu Heran, apa yang terjadi pada Bintang?














"Halo, ini siapa?." Bintang menjawab panggilan di telfon. Saat baru sampai di rumah dan duduk di kasur, nomor asing tiba tiba menelfon nya dan langsung Bintang jawab.

"Halo halo? Mahesa Bintang?." Panggil orang di sebrang dengan suara serak berat. Bintang mengerutkan dahi sekaligus tegang. Dia kenal suara ini, tapi dia tak mau PD, dia harus memastikannya sekali lagi.

"Iya dengan saya sendiri, ini siapa?." Tanya Bintang. Terdengar suara lega dari sebrang.

"Ini gua Raja. Lo udah di rumah Bin?." Bintang seketika menjauhkan ponselnya dari telinga dan menatap nomor di layar benda pipih itu. Raja? Ini raja? Raja menelfonnya? Bintang tercengang seketika.

"Halo? Bintang? Lo udah di rumah?." Suara Raja terdengar lagi menyadarkan bintang dari lamunannya.

"Ah, iya Ja. Gua udah di rumah. Kenapa?." Bintang mengepalkan tangannya erat dan bibir yang ia lipat kedalam menahan senyum lebar.

"Oh syukur deh kalo gitu. Tadi di kantin gua liat Lo aneh, mana mukanya merah banget. Ternyata Lo sakit. Padahal Lo bilang aja ke gua kalo Lo sakit, mana tadi di marahin dulu sama pak Arma gara gara Lo gua kerjain." Bintang tak bisa lagi menahan senyum. Lekukan lebar indah itu terukir jelas di wajahnya.

"Ah, engga kok. Gua gak kenapa Napa. Lo lagi dimana? Di rumah juga?" Tanya Bintang dengan jari jarinya yang memainkan ujung selimut miliknya.

"Iya udah di rumah. Lo sakit apa? Panas? Pusing? Udah minum obat belum?." Bintang menjauhkan ponselnya dari telinga lagi lalu berteriak tanpa suara. Setelahnya menarik nafas dalam menetralkan suara lalu menjawab Raja lagi.

"Iya ini lagi mau makan abis itu minum obat."

"Oh yaudah deh kalo gitu. Lo juga keknya sakit banget. Suaranya kayak ketahan gitu, pasti masih lemes. Besok gak usah sekolah aja dulu. Kalo udah mendingan bilang gua ya. Biar gua bisa jailin Lo lagi hahaha." Bintang menahan nafas dalam dalam. Gak gak bisa! Ini terlalu sweet buat Bintang.

"Iya." Jawab Bintang singkat karena takut suaranya terdengar aneh.

"Oke, dah ya. Get well soon." Ujar Raja lalu mematikan telfon itu. Bintang langsung jungkir balik di kasurnya sendiri dan berteriak tidak jelas membuat mamahnya yang membawakan bubur kaget saat melihat tingkah anak tengahnya itu.

"Eh eh eh apa ini? Katanya sakit kok malah jungkir balik? Demam apa kesurupan?." Bintang menoleh kearah mamahnya dengan senyum lebar dan wajah yang benar benar sudah merah merona.

"Sakit jiwa!." Ujar Bintang lalu mencium cium layar ponselnya dan memeluknya erat.

"Keknya iya deh." Ujar Sang mamah lalu meletakan bubur itu di nakas.

Suara ponsel berdering lagi namun kali ini tertera nama kontak di layar ponsel itu. Laut...

"Halo La, ada apa?." Bintang menjawab lantang seperti tak terjadi apa apa membuat Laut yang ada di rumahnya merasa heran.

"Lo katanya sakit, tapi kek sehat sehat aja?" Celetuk Laut dan di balas cengengesan Bintang.

"Hehehe, gak sakit sakit amat si. Udah di semangatin crush soalnya." Laut mengerutkan dahi ketika mendengar penuturan Bintang. Sedangkan mamah Bintang tersenyum mengejek menatap anak tengahnya itu yang ternyata sedang kasmaran.

"Emm crush, makan nih obat, biar pait." Mamah Bintang memasukan obat tablet ke mulut anak nya lalu menyodorinya minum.

"Siapa tuh Bin?." Tanya Laut sekali lagi.

"Mamah." Jawab Bintang singkat setelah meneguk air minumnya. Laut menjawab oh panjang.

"Oh iya, besok Lo masuk atau engga? Kalo masuk bakal ada rapat OSIS. Tapi kalo masih sakit sih ya gak papa, nanti gua bilang ke Ravielnya." Bintang berfikir sejenak. Kalau besok dia masih sakit, ada peluang besar gak ya Raja akan datang untuk menjenguknya? Kalau besok masuk juga, rapat. Kecil kemungkinan Bintang akan bertemu Raja di sekolah. Kalau di jenguk kan....

"Halo Bin? Bin...." Panggil Laut dari ponselnya Bintang sadar dari lamunannya yang membayangkan Raja datang menyuapinya buah dan Argghh sudah sudah.

"Ah iya La? Maaf nih, gua masih pusing banget. Gak tau sih kalau besok. Liat aja nanti." Ujar Bintang lalu mematikan ponselnya. Mamah yang tadinya langsung keluar setelah memberikan obat kepada Bintang masuk lagi ke kamar sang anak.

"Mandi dulu sana. Mamah udah siapin air hangatnya." Ujar Melia kepada sang anak. Bintang mengangguk lalu berjalan keluar kamar untuk mandi.







Temen temen bisa mampir ke twitter aku @Payakhos

SI NERD [JeffBarcode]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora