16. malam dan kelam nya

6K 571 34
                                    

Aku terbangun dalam sebuah pelukan hangat yang laki-laki ini ciptakan. Menoleh ke arah jendela, cahaya matahari tembus menyambut pagi ku. Ku pandangi wajah terlelap nya dengan kagum.

"Jeno, apa tidur mu nyenyak?" ujarku lembut sembari merapikan rambut legam nya. Mengecup singkat kening Jeno.

Ia menggeliat kecil, mengeratkan pelukannya pada pinggang ku. Aku terkekeh, sedangkan Jeno dengan sengaja mengusakkan wajahnya pada leherku. "Jeno geliii" kataku seperti merengek. Ahh, sejak kapan terdengar seperti itu ya?

Apa aku menggelikan?

"Humm wangii" kata Jeno. Aku terdiam. Padahal Bubu sering mengataiku bau saat aku bangun tidur. Aku tersenyum.

"Aku belum mandi loh"

"Tetep wangi" katanya dengan suara serak. Aku tertegun.

JENO TAMPAN!!

DIA MILIKKU!!

Jaemin pov end.

Jaemin berlari menghampiri Bubu yang tengah memasak. Dia sangat senang kalau pagi ini dia bisa bertemu dengan Bubu nya. "Bubu bubu, masak apa? Nana bantu?"

Taeyong terkekeh sambil mencubit hidung bangir anak nya, gemas. "Tidak perlu sayang. Bubu sudah siapkan sarapan, panggil kakak mu untuk bersiap ya?"

Jaemin mengangguk sangat antusias. Lalu berlari lagi menuju kamar Jeno. Mengetuknya satu kali, lalu menerobos masuk.

Jaemin membola ketika melihat Jeno yang telanjang. Hanya memakai boxer pendek. Baru saja dia ingin berteriak, Jeno sudah menyudutkan tubuhnya pada punggung pintu.

"H-ha" ia masih membelalakkan matanya. Astaga, ini tidak baik bagi kesehatan jantung nya. Tubuh Jeno . . OKE JAEMIN IRI.

"Sssttt, nanti yang lain dengar" ujar Jeno. Melepas bekapan tangan nya pada mulut Jaemin.

Menarik napas panjang, dengan hati-hati pemuda manis itu melirik pahatan pada tubuh Jeno. Jeno yang menyadari kemana arah mata Jaemin memandangnya hanya bisa terkekeh lalu menarik pinggang Jaemin untuk di rengkuhnya.

Mendudukkan Jaemin di pangkuannya. "Hm? Mau pegang?" tanyanya. Jaemin menatapnya gusar. Dia ingin. Tapi. Malu juga.

"Boleh?" semburat merah memancar dari pipi cimol nya. Jeno memekik gemas dalam hati lalu mengarahkan tangan Jaemin agar menyentuh perut atletisnya.

"Gimana?"

"B-bagus, eum . ."

"Haha gemas sekali. Di panggil Bubu?"

"Iya, katanya suruh siap-siap sarapan sama berangkat sekolah"

Tenang, mereka berangkat jam sembilan karena ada perubahan jadwal. Jeno mengangguk, mengecup singkat bibir cherry milik Jaemin.

Si manis cemberut sambil mengumpat dalam hati. Kemudian mereka berdua turun ke bawah dengan keadaan sudah lengkap dengan seragam masing-masing.

Jaemin duduk di samping Jeno, begitupun dengan kedua orang tua mereka yang duduk di hadapan nya.

"Sepertinya Jeno berhasil mendekatimu ya, Nana?" Jaehyun menyeru. Dia tersenyum. Tidak heran jika Jeno mewarisi ketampanan di atas rata-rata. Jaehyun saja yang sudah berumur masih terlihat tampan di mata Jaemin.

"Begitulah" balas Jeno.

Taeyong mengelus surai rambut Jaemin. "Jaemin, kapan-kapan coba ajak Jeno ngegambar bareng. Kamu kan jago gambar"

Sedangkan anak itu menggeleng ribut. "Bubu!! Nana nggak jago" ia cemberut.

Semua orang memekik gemas. "Wah Nana bisa gambar Bu?" Jeno menoleh ke arah Jaemin sambil menyunggingkan senyumnya. "Bagaimana dengan ku?"

[ ✔ ] Malam, dan kelamnya - nominDonde viven las historias. Descúbrelo ahora