Tanpamu Naruto

96 14 2
                                    

Disclaimer Naruto © Mashashi Kishimoto

The writer only borrows the name of the Character

*****

Usai lost kontak denganmu, aku merasa hampa... Ya itu wajar karena aku belum terbiasa dengan kesendirianku, alias keadaan yang secara terpaksa menjadikan aku seperti ini, kamu juga alasan yang lainnya. Dan aku yakin usai bertambahnya waktu aku akan seperti biasanya, baik-baik saja.

'Mungkin.'

Aku mencoba untuk berdamai dengan keadaanku sekarang ini, sebelumnya bahkan aku sempat menangis meraung-raung dengan keadaan yang baru saja menimpaku. Selalu saja berpikir...

'Kenapa harus seperti ini, apa yang salah dariku?,' bahkan yang paling memalukan dan sampai sekarang masih ku ingat adalah menangisimu hingga mengguling-gulingkan tubuhku di kasur, menjadi orang yang kesetanan, bernyanyi lagu sedih dengan memegang dada seolah-olah aku yang paling tersakiti di dunia ini, sudah ku lakukan semuanya, benar-benar memalukan.

Bahkan ketika Sakura ku jelaskan ia kaget dan masih tidak menyangka bahwa hubunganku dengan Naruto sudah putus. "Kau yakin, kenapa bisa putus? Apa dia selingkuh?" Itulah kata pertama yang dilontarkan oleh Sakura, ia benar-benar tidak habis pikir.

"Kalau ketemu cecunguk itu, akan aku habisi dia, kamu tenang saja Hinata."

"Tidak perlu seperti itu Sakura, mungkin itu memang keputusan yang tepat, karena aku bukanlah prioritasnya. Kamu tahukan dia pengusaha dan bisnisnya sedang berkembang pesat."

"Jika dia memang menyukaimu seharusnya, kamu lah prioritasnya."

"Tapi kamu tahu sendiri kan, jawabannya seperti apa?" Begitulah aku menceritakan semua kisah asmaraku pada teman yang sudah ku anggap saudara sendiri.

"Hadeh, aku tidak habis pikir, sudah jangan kau sesali cecunguk itu, mending kita menghibur diri, oke... Udah dong jangan sedih gitu." Sakura berusaha untuk menghiburku, aku menghargai itu, aku tersenyum kemudian menganggukkan kepala pertanda setuju dengan usulannya. Aku yakin seiring berjalannya waktu aku akan terbiasa tanpamu Naruto.

*****

Untuk saat ini rasa hampa dan sakit usai dighosting tertutupi sebab adanya Sakura, hangatnya perlakuan si rambut pink itu cukup membuatku lupa akan dia yang sudah meninggalkanku tanpa sebab yang jelas.

Sakura, seperti namanya dia bagaikan gadis musim semi, kurasakan hangat ketika bersamanya, dia yang selalu ada untuk menenangkanku, padahal aku tidak pernah meminta. Dia yang memaksa, kalaupun saudara kandung tidak akan sebegitu peduli kan pastinya?

"Ini minuman untukmu..." Sakura memberikan minuman kaleng kepadaku, tentu aku menerimanya dengan senang hati.

"Terimakasih Sakura." ucapku tulus.

"Bagaimana, Sudah baikan sekarang?" Mendengar pertanyaan Sakura, aku hanya menanggapi dengan anggukan kepala serta senyum tipis, bagiku memang hatiku rasanya sudah baikan tapi entah nanti.

"Kalau butuh sesuatu atau teman curhat, jangan sungkan-sungkan Hinata... Aku akan selalu ada sebagai teman juga saudara bagimu." Mendengar pernyataan yang dilontarkan di bibir manis Sakura, aku hanya tersenyum dan menganggukkan kepalaku lagi.

Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, yang artinya ini sudah waktunya untuk pulang dan beristirahat.

*****

TerpaksaWhere stories live. Discover now