-

23 1 0
                                    


"aku tau arahku pulang, tapi tidak dengan kamu. tak apa memang sesekali hilang arah adalah hal yang lumrah, tapi tidak dengan membuat arah untuk rumah baru juga bukan?"

Sel dophamine selalu keluar saat aku bersamamu bahkan saat hanya terdengar namamu di telingaku. Memang bisa saja dua insan ini memadu kasih hingga aku jatuh cinta berkali-kali lipat, belum lagi rasa sayangmu yang kuterima luar biasa hebat.

Entah mantra apa yang kau tiupkan hingga ku-upayakan semua hal baik yang kupunya serta kuserahkan sepenuhnya hatiku untukmu. Hingga aku lupa akan buaian keindahan yang nyatanya tak pasti, hingga aku lupa akan buaian ekspetasi yang nyatanya kecewa sudah siap hadir depan pintu.

Benar saja, semakin lama sedikit demi sedikit sikapmu mulai berubah, mulai tak acuh. Tapi aku tak apa, aku sangat mengerti bahwa duniamu bukan hanya tentang aku, bahwa dalam hubungan pasti pernah berada di dalam kebosanan dan akupun mengerti mungkin kamu hanya sedang letih dengan kehidupan juga hubungan.

Kamu mulai menutupi kebenaran, seringkali mengucap kebohongan, sifatmu yang tak terkendali hingga aku merasa tak lagi disayangi.

Ucapmu, kau menyesal dan seperti biasa aku terbuai dengan setiap kata maaf dan sesal yang keluar dari mulutmu karena menurutku manusia memang tak luput dari salah.

Namun siklus itu terus terjadi lagi dan lagi sampai menjadi rutinitas dalam hubungan kita. Sampai berada di satu titik, saat kamu sedang melakukan kesalahan yang begitu besar dan (seharusnya) menyakitkan, anehnya aku biasa saja, tak ada marah yang ingin ku-lontarkan, hanya sedikit iringan air mata saja yang mewakili rasa. Lalu dengan penuh pertimbangan bahwa ternyata hal ini sudah tak benar, bahwa hubungan ini sudah tak tau tujuan, bahwa hubungan ini (terutama aku) sudah hilang arah dan aku menyadari bahwa bahagiamu sudah bukan aku lagi dan aku tak mau menghalangi itu.

Segala cara telah kuupayakan agar hubungan ini tetap dalam tujuan, tapi dengan segala maaf dan sesal nyatanya tidak bisa hanya aku saja yang berusaha tetap pada arah yang tepat, aku sudah terlalu letih untuk berjuang sendiri hingga tak sanggup untuk bertahan.

Dan terimakasih sudah menemaniku dengan rasa sayang yang aku tau rasa sayangmu yang telah kau bangun bertahun-tahun tak akan hilang begitu saja walau kau sudah menemukan bahagiamu yang baru, tapi semoga itu adalah arah yang kau pilih dengan tepat untuk bahagiamu dan jangan kau rusak lagi.

Sincerely. Devan

Hilang ArahWhere stories live. Discover now