✈ 30. Love In The Dark ✈

402 26 8
                                    

Rumah terasa begitu sepi saat Travis baru saja kembali dari perjalanannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rumah terasa begitu sepi saat Travis baru saja kembali dari perjalanannya. Keningnya mengernyit bingung, kemana dua wanita itu?

Saat akan membuka pintu yang tak dikunci, Travis mendengar suara barang-barang jatuh dari dalam rumahnya.

Sontak saja ia segera masuk dan tiba-tiba Cassie memeluknya seraya menangis terisak. Tubuhnya bergerat ketakutan dan tangan Cassie mencengkram lengannya begitu kuat.

"Hei, ada apa ini? Cassie, apa yang terjadi?" tanya Travis kebingungan.

Dari dapur, Chicago keluar dan tersenyum saat ia bertatapan dengan Travis. "Kau sudah pulang? Mau ku buatkan sesuatu?"

"Chicago...apa yang terjadi disini?! Mengapa Cassie menangis dan terlihat ketakutan?!!" sentak Travis.

Apalagi melihat Chicago yang dengan santai membenarkan letak bingkai foto mereka yang jatuh seolah tak tahu menahu dengan keadaan Cassie sekarang.

Travis melepaskan Cassie perlahan sembari menenangkannya. Ia mendekati Chicago dan menarik bahu wanita itu agar menatapnya.

"Apa yang terjadi pada Cassie?! Chicago jawab aku!!" bentak Travis.

Chicago menyeringai. Ia menyerahkan sebuah flashdisk kepada Travis yang kini semakin kebingungan melihat benda itu. "Apa maksudnya ini?" tanyanya pada Chicago yang tidak mengatakan apa-apa.

Travis menaruh asal flashdisk itu ke saku jaket hoodienya. Lalu kembali memeluk Cassie yang sekarang mulai tenang walaupun terlihat jelas bahwa dia tak berani menatap ke arah Chicago sama sekali.

"Apa yang terjadi padamu, hm?" kata Travis sembari mengusap rambutnya.

Cassie kembali menangis, ia beberapa kali berusaha menjelaskannya namun tak punya cukup keberanian untuk itu walaupun Travis ada disana.

Diam-diam matanya melirik Chicago yang hanya terus menatap foto kebersamaan Travis dan wanita itu. "Jelaskan semuanya padaku, Cassie." kata Travis lagi lalu mengecup keningnya.

"Dia...hiks-dia menyiksaku Travis. Dia mencekikku, menjambak rambutku...hiks- bahkan memaksaku pergi ke suatu tempat yang mengerikan. hiks..." jelas Cassie sembari terisak.

Mendengar hal itu, Travis selama beberapa saat terdiam. "Kau yakin?" tanyanya ragu.

Namun Cassie menganggukkan kepalanya. "Dia! Chicago menyiksaku. Dia bahkan hampir membunuhku dan berniat untuk menggugurkan bayiku Travis!! Hikss...aku tidak tahu salahku apa padanya hingga dia bersikap buruk denganku."

Travis seketika menatap nyalang wanita itu. Ia mencengkram kuat rahang Chicago, memaksanya mendongak. Namun sesaat ia merasakan sesuatu yang menyakitkan entah kenapa saat melihat kedua mata Chicago berkaca-kaca meski wajahnya terpasang angkuh.

"Chicago, katakan padaku semua ini tidak benar..."

"Ya. Semua itu benar. Aku menyiksa Cassie dan hampir membunuhnya."

"CHICAGO!!!"

Mata Chicago sontak terpejam saat Travis meneriaki nya. Setetes air mata jatuh membasahi pipinya.

Travis terdiam sejenak. Ia memejamkan mata sembari menghela nafas kasar. Perasaannya juga terasa sakit namun ia tak bisa membiarkan Chicago bertindak seperti itu kepada Cassie, sahabat yang sangat disayanginya sejak kecil.

"Kenapa Travis? Aku yang dari dulu menunggumu untuk menjadi bagian dari hidupku sepenuhnya tapi kau..."

Chicago terkekeh hambar, "Kau melupakan keberadaanku saat masa lalumu kembali. Dan...satu-satunya kebahagiaan di sisa hidupku hanya waktu kebersamaan denganmu. Tapi kau melupakan semuanya dalam sekejap."

"Pernahkah kau memelukku saat aku menangis di kesunyian? Huh? Aku...aku tidak punya kebahagiaan apapun selain dirimu, Travis!! Apa kau memikirkan semua itu!! APA KAU BENAR-BENAR MENCINTAIKU TRAVIS!!!!" Chicago menangis dalam diam, menumpahkan segala rasa sakit dalam batinnya.

Dan Travis bersumpah, perasaannya ikut terluka saat pertama kalinya ia melihat Chicago menangis. Saat Chicago terlihat begitu rapuh dihadapannya.

Ia bimbang saat melihat Chicago dan Cassie sama-sama menangis. Disisi satu ia ingin memberikan keadilan untuk Cassie namun disisi lainnya ia tak bisa menghukum Chicago, wanita yang teramat dicintainya.

Travis mencintai Chicago. Hanya dia yang mampu membuat Travis merasakan kehangatan dan kasih sayang yang tak pernah ia dapatkan bahkan dari keluarga yang ia tak pernah ketahui dimana keberadaannya.

Namun Travis juga teramat menyayangi Cassie, sahabat yang dulu pernah menemaninya dalam masa kecilnya yang kelam.

"Travis..."

"Pergilah, Chicago. Jangan pernah menampakkan dirimu lagi dan...anggap saja kita tak pernah saling mengenal sebelumnya." ucap Travis dengan suara bergetar.

Mendengarnya, Chicago tersenyum getir. Ia tidak menangis dan berusaha untuk menatap kekasihnya itu.

"Jaga dirimu baik-baik. Aku milikmu dan akan selalu mencintaimu, Travis." ucap Chicago.

Ia berjalan keluar, ditangannya memegang selembar foto kebersamaannya dengan kekasihnya, Travis.

Saat akan meninggalkan tempat itu, Chicago sempat menoleh ke belakang. Ia melemparkan senyuman manisnya meski matanya berkaca-kaca.

"Sampai jumpa dikehidupan berikutnya, Travis Mikaelmoza. Aku, Helvetia Chicago akan menunggumu disana." katanya terakhir kali sebelum benar-benar pergi.

Meninggalkan Travis yang kini terduduk dan menangis untuk pertama kalinya dalam hidupnya.

Dan itu karena kepergian seorang wanita yang dulu hingga selamanya...adalah wanita yang telah menunggunya sejak lama.

adalah wanita yang telah menunggunya sejak lama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
ACATHEXIS Where stories live. Discover now