bab empat belas

130 16 3
                                    

Shaka dan Aji sampai di villa, Aji masih betah mengendong shaka sampai mereka masuk kedalam villa. Aji sedikit terkejut kala melihat ruang tamu cukup berantakan Aji mendudukkan Shaka di sofa ruang tamu, setelah itu Aji mulai sedikit berbenah. Dari menata kursi sampai memasukkan beberapa sampah ke kantong plastik yang ada disana.

"Shaka gue bawa makanan loh!" Ucap zio tiba-tiba sembari membawa beberapa kantong plastik yang berisikan jajanan. Aji yang selesai memasukkan sampah ke kantong plastik langsung melihat kearah tangga tempat Zio berdiri.

"Hai!!" Ucap Aji ramah.

"Hai" jawab Zio tak kalah ramah, zio mendekat kearah Aji ini baru pertama mereka bertemu.

"Gue Zio" ucap Zio sembari mengulurkan tangan nya.

"Aji" aji menerima uluran tangan Zio sembari tersenyum. Setelah itu mereka membersihkan ruang tamu bersama-sama.

Setelah selesai membersihkan ruang tamu, Aji dan Zio pergi ke dapur ada beberapa gelas yang harus di bersihkan.

"Kok lo bisa disini?" Tanya Aji kepada Zio yang sedang sibuk menata beberapa makanan ke laci.

"Karena gue Sahabat terbaik nya shaka"

"Sekolah lo gimana?"

"Gue tinggalin, nanti juga bisa dilanjutin kok" setelah nya mereka pun saling diam.

"Gue gak nyangka masih ada orang yang tulus karena cinta, semoga lo yang terbaik buat shaka ya!" Aji yang mendengar ucapan Zio hanya bisa tersenyum. Semoga saja tuhan berpihak kepada mereka.

Setelah selesai mencuci piring Aji berlalu ke kamar Shaka, di sana dia melihat Shaka yang tengah tidur dengan sangat damai. Aji masuk dengan pelan dia duduk disamping Shaka.

"Aku akan berusaha jadi yang terbaik buat kamu!" Ucap Aji sembari mencium kening shaka pelan.




























Seminggu aji selalu bersama shaka dia memutuskan tidak kembali ke Jakarta, sempat ada pertengkaran antara dirinya dan juga orang tua nya tapi aji tidak peduli rasa cinta nya lebih besar.

"Woy aji!" Aji yang sedang fokus mengelap sepeda nya pun menghadap belakang dan disana dia melihat ketiga teman nya datang.
Danu, Haris, dan Tara.

"Kalian disini, Nu lo disini juga?!!"

"Yoi kita nyusulin lo!"

"Anjir, udah yuk masuk!" Ketiga tema Aji pun masuk kedalam, sampai didalam mereka duduk di kursi ruang tamu menunggu Aji yang sedang menghampiri Shaka.

Tak butuh waktu lama Shaka datang bersama Aji dan juga Zio. Ketiga teman Aji saling pandang saat melihat shaka duduk didepan mereka.

Danu menggerakkan tangan nya didepan shaka tapi tidak ada respon dari shaka, dia hanya diam menatap depan.

"Buta anjir!" Ucap Haris sembari memukul kepala Danu cukup kuat.

"Ka dunia gak segelap yang lo kira kok!" Ucap Danu setelah itu Danu kembali mendapatkan pukulan dikepalanya dan sekarang pelaku nya adalah Tara.

"Apaan sih anjir?!!" Haris mencoba memberikan peringatan untuk Danu diam tapi tidak berhasil.

"Kita semua bakal selalu ada buat lo" ucap Danu kembali, kali ini Aji memberikan isyarat untuk Danu diam tapi tidak lama senyum merekah diwajah cantik Shaka.

Senyum shaka membuat semua yang ada disana ikut tersenyum juga.

"Eh keluar yuk!" Ajak Zio dan diangguki yang lain.

Enam pemuda tersebut pun keluar menyusuri jalan sembari menikmati pemandangan kebun teh yang indah, Aji selalu setia ada disamping Shaka. Sama sekali tidak membiarkan kekasih hati nya sendirian.

Ditepian tebing yang dulu pernah mereka datangi, Shaka duduk tepat disamping Aji. Walaupun shaka tidak bisa melihat pemandangan itu lagi tapi adanya Aji membuat rasa nyaman itu hadir kembali.
























Acara jalan-jalan mereka berakhir sampai sore, Danu dan yang lain sudah pulang tinggal Aji, Shaka, dan juga Zio. Shaka sudah terlelap kembali setelah seharian dia jalan-jalan bersama yang lain, sekarang hanya ada Aji dan Zio yang masih terbangun.

Zio yang sedang sibuk dengan ponselnya mengerutkan dahi kala melihat Aji yang berjalan ke arah sungai. Zio inisiatif untuk mengikuti Aji dan disana Zio melihat aji tengah duduk sembari menatap hamparan sungai yang luas.

"Banyak banget obat lo" ucap Zio tiba-tiba saat melihat Aji yang tengah memegang sebungkus obat yang Zio yakini tidak hanya satu jenis obat.

Aji yang mendengar suara Zio pun sedikit terkejut, tapi setelah nya Aji melempar obat-obatan tersebut kearah sungai.

"Lo sakit apa?"

"Jantung" jawaban Aji membuat Zio terkejut.

"Dari kapan?" Tanya Zio dengan suara yang ingin menangis

"Dari kecil" Zio menunduk tetesan air mata mengalir dari mata besar nya.

"Shaka tau tentang ini?" Gelengan pelan zio dapatkan.

"Gue harap lo gak ngasih tau shaka tentang ini!" Zio tidak menjawab, dia tidak berjanji karena masalah ini sangat berat untuk nya.










































Next?

Mata Untuk Shaka [ END]✅Where stories live. Discover now