sunset

3.3K 224 14
                                    

***
.
.
.
.
.






Hidup memang tak seindah imajinasi, apa yang kita rencanakan selalu saja berbeda dengan takdir dari Tuhan. Seperti Zee Pruk Panich, lelaki berusia 24 tahun. Hidup seorang diri ditengah hiruk pikuk kota Bangkok, hanya untuk menuruti keinginan kedua orangtuanya melanjutkan pendidikan di jenjang universitas. Sedangkan kedua orangtuanya hanyalah buruh pekerja kasar di Chiangrai. Jika boleh jujur, Zee tak masalah kalau hanya meneruskan pendidikan di kota kelahirannya. Namun, melihat kerja keras kedua orangtuanya demi mewujudkan mimpi mereka menjadikan anak semata wayangnya sebagai orang sukses, Zee terpaksa menurut. Yang bisa ia lakukan hanya belajar dan bekerja paruh waktu agar mampu memberi napas kepada kedua orang tuanya dalam masalah biaya hidup





Semua berjalan lancar hingga Zee masuk semester ke tiga, karena biaya studynya semakin tinggi. Jadi ia memutuskan mengambil cuti diam-diam agar ia bisa fokus bekerja dan mengumpulkan lebih banyak uang.





Jadi, disinilah Zee, termenung menatap hamparan ombak tepi pantai yang terletak tak jauh dari condominium kecilnya. Meski tak bisa berenang, Zee sudah terbiasa dengan laut. Duduk diatas pasir pantai, memandangi laut, membuatnya sedikit lebih tenang dan ingat akan kampung halaman. Ditemani sebotol bir dan permen lolipop pengganti rokok, pikirannya berkelana hingga senja itu datang.




Dengan terbenamnya matahari, lelaki berhoodie biru dongker itu kembali menapaki hamparan pasir untuk kembali ke condonya. Langkah itu enggan beranjak, ia ingin terus disana, deburan ombak pasang itu semacam nyanyian merdu yang menyapu gendang telinga. Namun baru beberapa langkah sepatu converse itu meninggalkan jejak, matanya menangkap sesuatu. Lebih tepatnya tubuh seseorang yang tergeletak di pinggir pantai, seperti telah terbawa ombak dari tengah laut. Karena memiliki rasa kemanusiaan, Zee mendekat, dan berjongkok di sisi tubuh yang tertelungkup itu. Sosok remaja laki-laki berpakaian serba putih nan tipis dengan wajah pucat akibat terlalu lama berada di air.





"Dia masih hidup" Gumamnya ketika mencoba menyentuh nadi lelaki dihadapannya. Batinnya berperang, antara menolong, atau membiarkannya di tempat.


"Khun? Bangunlah".



Tak ada jawaban, Zee menoleh ke kanan dan kirinya. Tak ada seorangpun disini, karena memang pantai yang terletak di belakang sebuah bangunan condominium sederhana itu bukanlah pantai wisata. Jadi tanpa pikir panjang lagi, Zee menanggalkan hoodie yang dikenakan untuk membalut tubuh lelaki itu dan membawanya pulang. Persetan dengan resiko yang akan ia terima, ini adalah nyawa manusia.


***





Kedua obsidian itu terbuka perlahan, rasa hangat nan nyaman dari tubuhnya membuat remaja lelaki itu kembali dari alam bawah sadarnya. Baru beberapa detik ia mengedarkan pandangan ke sekeliling, terdengar deritan pintu terbuka.

"Kau sudah sadar?". Tanya lelaki yang asing dalam ingatanya. Ia mendekat, menaruh sebuah nampan pada nakas di sisi ranjang dan duduk menghadapnya. "Bagaimana? Apa kau merasa sakit?".


Remaja lelaki itu berkedip polos seolah tak mengerti ucapan lawan bicaranya.


"Siapa namamu? Dan tinggal di mana?".


A cute boy called Nu [ ZeeNuNew ] [END]Where stories live. Discover now