Melarikan Diri

10 1 1
                                    

"Kenapa tiba-tiba ngajak gue ketemu?"

Laki-laki itu langsung to the point.

"Duduk dulu. Ga sopan, diliatin noh sama pelanggan lain."

"Ck. Gue ga mau buang waktu soalnya udah janji sama cewek gue mau celebrate my---"

"Nih," Perempuan itu menyodorkan satu kotak hitam yang dihiasi dengan pita berwarna navy.

"Lo inget sama ulang tahun gue?"

"Dua belas tahun temenan sama lo bikin gue hafal sama hari-hari berkesan buat lo, bahkan tanggal jadian maupun tanggal putus lo sama cewek pertama yang lo cintai dulu aja gue inget."

Si laki-laki diam. Menatap kotak itu dan si perempuan secara bergantian.

"Sama-sama Haga," Perempuan ini hanya memandang wajah laki-laki didepannya yang acap kali ia panggil Haga dengan seulas senyum tipis.

"Eh, iya. Lupa Karen. Makasih banyak ya. It means a lot for me."

"Sekalian gue mau pamit sih."

"Kemana? Lo mau pulang kampung?"

"Bukan. Gue mau ke hutan."

"Hahahaha anjir jangan ngelucu dong Karen."

"Emang tampang gue keliatan lagi ngelucu?"

Perempuan yang bernama Karen ini menatap Haga dengan serius.

"Penelitian lagi," Karen seolah mengerti saat Haga berhenti tertawa dan mengerutkan keningnya.

Dua-duanya sama-sama diam.

"Udah sono pergi. Katanya mau ketemu sama cewek lo. Gue juga buru-buru nih, mau packing. Gue besok flight pagi soalnya."

Karen bergegas untuk segera pergi.

"Hutannya di mana, Ren? Terus sampe kapan?"

"Amazon. Ya, gatau lah, yang jelas sampe penelitiannya kelar atau sampe gue jadi Tarzan mungkin," Karen hanya asal nyletuk.

"Harus sejauh itu ya, Ren?"

"Yaa... iya."

"Tetep kabarin gue ya."

"Disana hutan belantara Haga. Gue ga yakin bakal ada sinyal. Udah ya, bye Ga."

Karen sudah melangkah mendekati pintu cafe. Sebelum tangan Haga menarik lengan kiri kemeja Karen.

"Jangan lupain gue ya Ren."

"Kalo gue ga keburu dicaplok piranha ya, hahaha," tawanya terdengar begitu memaksa. Hati Karen perih tiba-tiba mendengar kalimat itu keluar dari mulut seorang Haga Wijaya.

"Gue anter balik, Ren."

"Ga usah. Itu gue udah ditunggu sama temen gue di depan," jawab Karen sembari menunjuk seseorang yang sedang duduk di atas jok motor scoopy hitamnya.

"Lo mending samperin cewek lo, keburu terbang ke kahyangan ntar," tambah Karen.

Langkah kaki Haga justru membeku di tempat.

*****

"Kenapa ga sekalian tadi aja sih Karenina? Kalo gini kan gue repot harus nganterin lo ke kosan dulu."

"Gue tambahin cepek."

"Ih, Karenina lo tuh ya, cewek paling cantik dan paling baik sejagat raya."

"Yeee, giliran dikasih duit aja langsung berubah kek bunglon lu."

"Blacky ini jalan juga pake bensin kali, Ren. Dan kudu beli dulu. Nah, belinya kan pake duit."

"Iya-iya Rona. Sorry deh ngerepotin lo mulu. Oh, iya nih," Karenina menyodorkan ponsel yang dimilikinya itu.

"Sekalian sama charger, airpodsnya ilang tiga bulan lalu. Gue males nyari, apalagi beli lagi."

"Oke, Ren. Nih duitnya," Rona memberikan sejumlah uang yang diambil dari saku denim jacketnya. Karen menerima uang itu dan memberikan selembar seratus ribuan ke Rona kembali.

"Thanks ya, lo udah nyelametin gue dari---"

"Haga?"

"Hahaha iya."

"Gue kan udah bilang Karenina, gausah ketemu Haga pas lo mau pergi jauh gini."

"Ya kan sebagai ucapan selamat tinggal, Na."

"Kalo kayak gini caranya, lo bisa aja ga jadi berangkat besok gara-gara ga kuat jauh-jauh dari si Haga Haga itu. Lo pasti bakalan sedih banget."

"Kata siapa? Orang gue baik-baik aja. Gue ga sedih Rona. Lo sok tahu," Karen berusaha meyakinkan Rona dengan segala ekspresi kebadutannya.

"Bukan gue yang sok tahu, tapi lo yang pinter nyembunyiin apa yang lo rasain dari semua orang."

"Oke Miss Rona yang sok tahu. Dah, sana balik."

"Ati-ati ya Ren disana. Jangan skip makan. Maaf gue ga bisa nganter besok. Gue ngajar pagi."

"Iya Rona gapapa. Sampe ketemu lagi ya. Meskipun gatau kapan sih hehehe. Jangan sekalipun ngasih tau Haga gue di mana, soalnya gue bilang lagi penelitian di hutan Amazon."

"Hahaha hutan Amazon lagi, emangnya lo mau meet and greet sama piranha apa?"

"Ya boleh sih, kalo di Sulawesi ada."

"Yaudah yang penting lo ati-ati. Jaga diri baik-baik. Gue balik dulu ya."

"Oke, bye Rona. Lo juga ati-ati. Jaga kesehatan."

*****

Hari ini, Karen flight ke Sulawesi. Rasanya campur aduk. Di dalam pesawat, tangan Karen masih menggenggam sepucuk surat yang batal dimasukkannya ke kotak hadiah ulang tahun untuk Haga.

"Bisa-bisanya gue baper sama Haga cuma gara-gara dibantuin buat ngerjain proposal sama disemangatin pake genjrengan gitar + suara Haga yang pas-pasan itu. Padahal gue temenan sama Haga udah dari gue masih piyik dan ga pernah ada rasa sama sekali," Karen bergumam dalam hati sambil tersenyum miris, merutuki kebodohannya.

"Bye Haga, Hutan Sulawesi I'm coming."

Karen seolah menyemangati dirinya sendiri. Tiga bulan di hutan. Tanpa ponsel, hanya berbekal kamera, batrei dan tripod di dalam tasnya. Alasan yang cukup masuk akal untuk melupakan perasaannya yang sangat salah karena telah mendarat pada Haga.

Karen menatap jendela pesawat yang hanya menampakan awan-awan.

"Tapi, kira-kira di Sulawesi ada piranha nggak ya?"

- E N D -

SORRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang