-12-

7.2K 1K 164
                                    

Sudah seminggu sejak pertemuannya dengan Jeno, pria itu tak mengabari Jaemin.

Sekarang yang bisa Jaemin lakukan hanya duduk ditepi kasur seraya memandang ponselnya dengan pilu. Dia beranjak mendekati kalender yang berada diatas meja belajarnya.

Tersisa tiga hari.
Sesuai seperti apa yang ia harapkan, tapi dia takut akhirnya mengecewakan.

Jaemin turun menuju lantai bawah untuk mengambil minum karena persediaan minuman kamarnya habis, langkahnya terhenti saat sang papa menghampirinya.

Jaemin terkejut saat pria jangkung itu tiba-tiba memeluknya, gelas yang Jaemin pegang hampir saja jatuh karena dia terlalu kaget, dapat ia rasakan tangan hangat sang Papa mengusap punggungnya.

“Terima kasih ya, Jaemin” Tutur Winwin lembut setelahnya pelukannya terlepas, dia melempar senyum kearah Jaemin.

Sangat lama sekali mereka tak sedekat ini, bahkan lama sekali Jaemin tak melihat sang Papa tersenyum kearahnya. Sikap baik dan hangat seperti ini yang sejak dulu Jaemin inginkan.

Tapi kenapa?

“Papa? Terima kasih untuk apa?” Tanya Jaemin dengan alis bertaut.

“Karena kau akhirnya mengalah dan membiarkan adikmu bersama Jeno” Tutur Winwin dengan senyum.

Wajah Jaemin berubah datar mendengar pernyataan sang Papa, dia letakkan gelas yang ia pegang keatas meja. Otaknya berputar cepat mencerna apa yang baru saja Papanya katakan.

“Pa, maksud Papa?” tanya Jaemin.

“Kau akhirnya mengalahkan untuk adikmu? Mereka akan segera bertunangan, Jaemin” Tutur Winwin membuat Jaemin mengulum senyum kecut dengan kepala menggeleng, wajahnya memerah dengan liquid bening menggenang di kelopak matanya.

“Tidak mungkin, Pa...” Lirih Jaemin.

“Ya, Renjun memang belum mengatakannya. Tapi sepertinya dia sedang berusaha membuat kejutan” Jawab Winwin.

“Maksud Papa?” Tanya Jaemin, Winwin berdecak kemudian mengeluarkan ponselnya dari piyama tidur yang ia pakai.

Jaemin diam melihat Winwin tampak sibuk mengutak-atik benda pipih itu lalu memberikannya pada Jaemin, sang putra dengan ragu menerimanya dan melihat sebuah video diputar disana.

“Teman Papa bertemu mereka di toko cincin tadi siang. Mereka sepertinya sedang melihat cincin pertunangan” Cerocos Winwin.

Air mata Jaemin akhirnya turun melihat video yang terputar di ponsel sang Papa. Memang benar, bahwa Renjun dan Jeno berada di toko cincin, Jaemin bahkan bisa melihat Jeno menyematkan cincin di jari sang adik dan dia lihat keduanya tertawa.

Secepat itukah Jeno berubah? Jadi dia benar-benar mencari orang lain untuk segera di nikahi? Tapi dia tak menyangka jika orang itu adalah Renjun, adiknya. Padahal keduanya selama ini bersikeras tidak memiliki hubungan apapun.

“Pa, tidak mungkin...” Lirih Jaemin.

“Tidak mungkin bagaimana? Kau sudah lihat sendiri videonya”

“Tapi Jeno bilang dia ingin menikahiku setelah mendapat restu dari Papa”

“Astaga anak ini berhalusinasi lagi” Rutuk Winwin memutar bola matanya jengah.

“Lebih baik aku mendesign untuk jas pertunangan Renjun saja” Dengusnya seraya beranjak.

“Pa, aku sungguhan. Jeno bilang dia akan...”

“Lalu kenapa dia di toko cincin bersama adikmu dan kau lihat sendiri Jeno menyematkan cincin itu kan?” Sahut Winwin seraya berbalik dengan suaranya yang lantang.

Minderella [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang