Friends

4 0 0
                                    

Minggu pagi yang cerah namun tak secerah perasaanku. Aku terus berbaring diatas kasur tanpa melakukan apapun. Sejak semalam aku tak melepaskan guling yang ada di pelukanku saat ini. Kepalaku mulai sakit namun air mataku rasanya tak kunjung berhenti untuk keluar. Guling yang terasa lembab, tisu yang bertebaran dimana – mana serta wajah yang terlihat kacau menemani minggu pagi yang cerah ini.

Tokk Tokkk Tokkk

Aku mengabaikan bunyi ketukan pintu yang terdengar

Tokkk Tokk Tokk

Bunyi ketukan itu terus menerus terdengar diikuti dengan suara mengmpat yang terdengar dari seberang pintu.

ANNNAAAA!!! Suara teriakan dengan amarah dari sebrang pintu yang membuatku terkejut. Aku langsung membuka pintu. Setelah pintu terbuka, terlihat wanita seusiaku dengan wajahnya yang merah karena kesel sedang menenteng tas belanja di tangan kirinya. Tanpa basa basi wanita tersebut langsung masuk ke kamarku diikuti denganku yang berjalan di belakangnya. Ia meletakkan menyusun barang yang ia bawa kedalam kulkas sambil membelakangiku seraya berkata

"Lo tuh ......" ucapannya terhenti Ketika membalikkan badannya dan melihat keadaanku. Ia langsung memelukku. Hal ini membuatku mulai menangis di pelukkannya.

"gapapa an, hari ini lo bisa nangis semau lo, keluarin semua kesedihan lo" ucap Wanita itu

"s s sakit banget ra" ucapku terbata - bata yang dilanjutkan dengan tangisan , Wanita itu semakin mengeratkan pelukannya terhadapku

"raa, pelukan lo bikin gua susah nafas" lanjutku

kemudian keira melepaskan pelukannya dengan noda ingus yang menempel di bajunya dan tertawa. Aku tersenyum tipis kemudian kami duduk di sofa.

"emang brengsek si arkan nih" ucap keira sambil mencoba menelfon arkan.

Aku menghentikan keira "gausah ra, gua gamau denger suara arkan untuk saat ini"

Keira mengerti kondisiku saat ini sehingga dia tak jadi menghubugi arkan. Keira berjalan menuju kulkas dan mengambil beberapa roti serta minuman. Setelah itu Kembali duduk disampingku.

"btw ra, kenapa lo bisa disini?"

"gua semalem ngeliat sg temen arkan dan disitu ada arkan sama temen – temennya dan perempuan uler itu tapi gak ada lo, dan gua baru sadar ketika si uler bilang  sekarang arkan bakal sering sama kita kata si uler sambil cium dan peluk arkan DAAANN ARKAN GAK ADA PENOLAKAN SAMA SEKALI DENGAN KELAKUAN SI ULER KE DIA KEMUDIAN GUA COBA HUBUNGIN LO TAPI LO GABISA DI HUBUNGIN SAMSEK" ucap keira dengan nada tinggi yang mewakilkan kekesalannya.

"dari situ gua sadar bahwa kalian pasti lagi ada masalah, setelah itu gua sampe disini sekitar 15 menit yang lalu. Gua coba untuk masuk tapi pin pintu lo berubah dan gua sadar kalau lo putus sama arkan" lanjut keira

Aku Kembali menangis dan mulai memeluk keira sejenak dan melepaskan nya. Aku terharu karena tanpa aku beritahupun keira sudah mengerti bahwa aku dan arkan sudah putus. Aku menghapus sisa – sisa air mataku dan pergi kekamar mandi untuk mandi. Air segar yang mengenai kulit kepalaku, membuat kepalaku Kembali fresh. Selesai mandi, aku mulai merias wajahku dan bersiap untuk pergi keluar.

"mau kemana lo dandan gitu?" tanya keira

"kita bakal jalan – jalan, gua butuh udara segar. Yakali hari secerah ini harus kita lewatin karena galau"

Aku mencari kacamata hitam dan memakainya serta mengambil roti serta susu yang di ambil keira sebelumnya dan memasukannya kedalam tasku.

"let's go" ucapku sambil menarik tangan keira

Keira tersenyum seraya berkata "kacamata item lo kek mau mijit"

Aku tertawa "mau saya pijit bu?" 

****

Rambu lalu lintas yang semula hijau mulai berganti merah. Selagi lampu merah aku mengambil roti didalam tasku dan mulai memakannya. Lagu yang terputar mulai berganti dengan lagu dean lewis – be alright.

Lagu yang telah lama tak kudengar namun tanpa sengaja terputar di saat yang tepat. Entahlah, lagu ini membuatku kembali galau dan hampir meneteskan air mata. Lampu berpindah hijau dan kami melanjutkan perjalanan.

Akhirnya kamipun sampai di taman bermain. Aku menghabiskan waktu bersama keira di taman bermain ini. Aku sangat senang hingga aku lupa bahwa sejam yang lalu aku masih menangisi kepergian arkan. Tak terasa matahari mulai terbenam dan menghasilkan langit berwarna orange kemerahan yang nampak indah di pandang dan kami pun berniat pulang.

Dalam perjalanan kami berhenti makan di salah satu rumah makan kesukaan kami, sudah lama sekali aku tidak menghabiskan waktu bersama denga keira bahkan kami terakhir makan bersama seperti saat ini sekitar 6 bulan yang lalu, hal ini terjadi karena kesibukan kami masing – masing. Keira tak selalu ada saat aku membutuhkannya namun dia selalu ada disaat yang tepat seperti kali ini.

Kami berniat pulang namun di dalam perjalanan keira mengajakku kesalah satu bar untuk bertemu dengan teman – teman kami yang lain, tanpa banyak basa – basi aku langsung melajukan mobilku ketempat yang keira maksud.

Sesampainya disini aku tanpa sengaja melihat teman – teman arkan namun tak ada arkan disana, Deg deg deg hatiku berdetak kencang, nafasku terasa tidak beraturan. Aku memegang tangan keira seraya berbisik "ra, gua takut banget kalau ketemu arkan disini"

"gapapa ann, kalau lo ketemu arkan itu kesempatan bagus karena arkan bakal tau bahwa lo baik – baik aja tanpa dia"

Aku mulai mengatur nafasku serta mempersiapkan hatiku jika tanpa sengaja bertemu arkan. Aku melewati teman – teman arkan, salah satu temannya yaitu yudha menyapaku "lo disini juga ann, arkan barusan pergi"

"oh iyaa?? btw  gua buru -  buru nih, dah di tungguin anak-anak. Gua duluan ya yud"

"okee ann"

"untungnya arkan barusan pergi, kalau engga. Gua yakin gua cuma bisa matung di depan dia" ucapku pada keira.

Alunan music yang menggema memenuhi seluruh area ruangan membuatku melupakan semua kesedihanku sebelumnya hingga aku lupa bahwa aku dan arkan berada di tempat yang sama walaupun di meja yang bebeda. Jam telah menunjukan pukul 02.00 dini hari.

Kami berniat pulang. Keira dan yang lain sudah jalan terlebih dahulu dan menyisakan aku dan ardo di sofa, lalu kami berdua pun bergegas keluar dari bar tersebut. Keira pulang bersama teman yang lain karena rute kami berbeda. Kebetulan tempat tinggal aku dan ardo se arah jadi kami bisa pulang bersama. Saat di parkiran tanpa sengaja aku bertemu arkan dan mata kamipun bertatapan, aku yang kaget refleks menggenggam tangan ardo dan ardo yang bingung pun melirik kearahku dan arkan sambil menegornya. Aku tersenyum kemudian langsung masuk ke mobil diikuti dengan ardo. Kami pun pulang.

Walaupun hari ini aku besenang – senang namun tak bisa dipungkiri bahwa aku tak senenang Ketika Bersama arkan. Walaupun begitu mulai sekarang aku harus mencari kebahagiaanku yang lain.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 13 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

EtherealWhere stories live. Discover now