TOK
TOK
"Dery!"
"Ya?! Sebentar"
Buru-buru kubuka pintu, sudah ada mae didepan pintu. Mae tampak panik, membuat aku bingung. Baru ingin bertanya...
"Dery jaga adikmu dulu ya! Mae dan papimu mau kerumah sakit, baba Winwin tiba-tiba saja pendarahan"
Aku terkejut, tetangga depan pendaharan? Oh, aku mendengar kabar kehamilannya minggu lalu.
"Ya..." Jujur aku tidak ikhlas menyetujui hal yang paling ku benci didunia ini, yaitu harus menjaga adik.
Argh! jika adiknya seimut serta selucu si bungsu dari kembar tidak menjadi masalah. Jelas ini kebalikannya, sejak lahir mungkin adikku tidak bisa diam barang sedetik saja.
Ah, aku lupa memperkenalkan diriku. Namaku Hendry, aku anak pertama dari dua bersaudara dan kupastikan mae serta papi tidak memiliki anak lainnya. Cukup Haechan, adikku satu-satunya!. Bukannya terlalu sayang atau apa, aku hanya... trauma memiliki adik.
Ada satu yang unik mengenai keluarga kami, dimana kami berempat tidak ada yang kewarganegaraannya sama. Jangan tanya aku kenapa bisa terjadi, aku juga tidak tahu kenapa.
"Nice! Jangan lupa mereka harus makan dan tidur siang. Sorenya kalau bisa dimandikan sekalian" Mae berkata sembari berjalan meninggalkan kamarku.
Tunggu!
Kenapa terasa ada yang salah?.
"Mereka?!" Adikku cuman satu. Aku berjalan menyusul mae.
Mae berbalik, "Si kembar dititip kesini, Dejun kan ikut kerumah sakit. Mereka udah ada diatas, lagi main sama Echan"
Aku melebarkan mata "Ma-"
"Ya sudah mae pergi dulu, papimu udah lama nunggu di mobil. Bye, gege!" Mae main pergi begitu saja.
BLAMMM
Aku ditinggalkan diam mematung sembari menatap pintu rumah yang tertutup.
1 detik
2 detik
3 detik
CKLEK
"Masuk-masuk! Ayo masuk!" Suara Mae terdengar dan aku melihat Mae membuka pintu lagi, kupikir mae berubah pikiran dan tidak jadi pergi.
"Gege, bubu sama dadda juga ikut kerumah sakit. Titip juga Mark,Jeno sama Yangyang ya... tenang aja, ayah mereka nanti jemput sepulang kerja" Mae mengedipkan mata ke arahku.
"Ya tap-"
"Makasih gege!"
BLAAAMMM
Lagi-lagi aku ditinggalkan dan kali ini dengan tiga bocah ingusan yang menatapku polos.
"..."
* * *
Menjaga satu adik saja sudah membuatku hampir trauma berat, ini malah disuruh menjaga lima lagi. Jiwaku mendadak ketar-ketir, apalagi terhadap adikku sendiri serta yang tertua dari si kembar. Keduanya memang tidak pernah akur setiap kali bertemu.
Benar saja...
PLAAAAKKK
"HUWWAAAA! GEGE, RENJUN MUKUL ECHAN PAKAI MOOMIN!!"
"Jangan nang-"
"APA?! IH NGADUAN BANGET! DASAR CENGENG!"
Ku lihat Renjun memandang adikku ganas, sembari memeluk boneka moomin miliknya.