Trouble Maker 2

326 35 43
                                    

Levi mendengar Petra membangunkannya dari tidurnya. Ia kemudian membuka matanya sekilas dan menoleh ke arah jendela. Di luar sana terlihat matahari baru saja muncul sedikit.

Levi mengernyit ke arah Petra, "Ini masih pagi Petra, ngapain bangunin aku pagi-pagi begini? Kamu tahu 'kan kalau aku semalaman begadang gara-gara Eren ngompol dan uring-uringan.." kata Levi serak.

Petra menghela nafas berat, "Iya sih Lev, aku tahu kamu semalaman begadang. Tapi sekarang Eren merengek lagi pengen jalan-jalan pagi katanya. Malah sekarang Eren sudah nunggu kamu lho di ruang tamu."

"Yang bener?" tanya Levi heran. Sebenarnya Levi masih ingin membela diri karena anaknya lebih rajin dari pada dirinya sendiri.

Petra mengangguk, "Beneran, mau ngapain aku bohong sih. Ayo bangun, kasian Eren sudah nunggu dari tadi."

"Tidak ah, aku tidak mau." Levi malah menutup tubuhnya kembali dengan selimut, "Kamu saja yang temani Eren. Aku deh jadwal yang masak hari ini ya?"

Petra menggeleng keras, "Tidak mau! Masakan kamu tidak enak. Seminggu yang lalu saja Eren tidak mau makan saat kamu bilang yang memasaknya."

Levi terdiam dan tidak merespon Petra sama sekali, ia nampak sedih membenarkan ucapan istrinya. Petra kemudian melanjutkan ucapannya, "Kalau misalnya kamu tetap memaksa, ya tidak apa-apa. Tapi kamu juga harus menggantikan aku ke rumah Hanji ya untuk mengembalikan set cangkir teh miliknya?"

Mendengar nama Hanji disebut, Levi jadi merinding. "Baiklah kalau begitu, aku yang akan menjaga Eren."

Petra senang mendengarnya. Tapi Levi belum beranjak dari ranjangnya, sampai Petra sendiri yang harus menarik Levi ke ruang tamu. Levi kemudian duduk di sofa dan di samping kanannya sudah ada Eren. Tapi saat ia menoleh ke samping kiri, Levi terperanjat kaget karena Mikasa tiba-tiba sudah duduk di sebelahnya.

"Eh Mikasa, semenjak kapan sudah ada di rumah abang?" tanya Levi.

"Dari subuh bang," jawab Mikasa.

"Subuh? Habis ngapain? Habis dugem ya? Kebiasaan!"

Mikasa mendengus, "Bukan dugem kok bang, tapi Mikasa habis kumpul sama teman rame-rame di kelab malam nontonin DJ."

"Itu sama saja dugem, Malih!" Levi tidak habis pikir, pagi-pagi adiknya sudah membuat emosi, "Anaknya siapa sih kamu tuh?" lanjut Levi kesal.

"Mikasa bang, bukan Malih! Ya Mikasa anaknya Mama Kuchel dan Papa Kenny lah, dan adik kesayangan abang Levi..." Mikasa menggesek-gesekkan kepalanya ke pundak abangnya seperti kucing.

"Kesayangan? Mohon maaf, adanya kamu tuh selalu sial." Levi mendorong kepala Mikasa menjauh.

Levi melanjutkan ucapannya, "Dari pada kamu nonton DJ di kelab malam, mendingan nonton abang saat main musik."

Mikasa langsung menahan tawa saat ia ingat sesuatu dan tidak terbendung lagi, ia benar-benar tertawa kali ini, "Apa? Nonton abang? Band abang saja tidak jelas, masa namanya 'No Name' haha."

Petra yang mendengar ikut tertawa, ia tahu kisah Band No Name milik suaminya ketika SMA yang pernah diceritakan oleh Mikasa itu. Levi sebagai vokalis, Hanji sebagai gitaris, dan Erwin sebagai drummer.

Levi hanya menatap datar Mikasa dan Petra bergantian. Mikasa lalu melanjutkan, "Aku ingat ketika abang dan lainnya pentas pakai kain kasa putih yang menutup bagian mata. Alih-alih memang terlihat keren tapi malah main musiknya ngaco karena kain kasa yang menutup matanya terlalu tebal. Kak Hanji tidak bisa melihat senar gitarnya dengan jelas sampai-sampai..."

"Mikasa hentikan, itu sudah lama sekali..." Levi tidak mau mendengar lanjutan cerita Mikasa. Namun Mikasa tidak peduli, ia memutuskan melanjutkan ceritanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 30, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang