14. Hassya dekap Gitar nya erat-erat

461 87 13
                                    

Suara mobil yang memasuki Garasi awal tidak menganggu sama sekali tapi mengingat papa nya baru pulang ke rumah satu Minggu lagi lalu itu siapa? Raksa membuka gorden kamar nya dan di bawah sana mama nya keluar dari mobil.

“Mampus bisa mati gue kalo mama tahu, gue masih suka main musik.” Raksa menyimpan buku yang isinya lirik-lirik lagu yang belum sepenuhnya rampung ke dalam laci meja belajar. Gitar nya ia simpan di bawah tempat tidur.

Dengan senyum jumawan Raksa menyambut Nadin dengan tangan terbuka lalu mereka bedua berpelukan. Nadin memang sengaja tidak memberikan kabar terlebih dahulu bahwa ia akan mengunjungi Raksa.

Narapati sang pemilik rumah pun tidak tahu menahu mantan istrinya itu akan berkunjung ke rumah. Tidak apa lah dulu juga rumah ini adalah rumah Nadin.

Raksa seperti tidak marah lagi dengan Nadin. Anak nya kembali seperti Raksa yang Nadin kenal iya Raksa yang manja Seperti sekarang.

Dia berencana untuk menginap disini, butik nya sudah bisa di handle oleh orang kepercayaan nya, sekarang yang Nadin mau adalah mengahbiskan waktu bersama anak nya.

Pandangan Nadin menelisik ke taman belakang, Bunga yang dulu sempat ia tanam sudah hilang, lagipula Bunga-bunga itu pasti sudah layu dan mengotori Taman. Tidak jauh disana ada seorang anak yang sedang berkutik entah dengan apa.Nadin tertawa meremehkan.“Tidak kah ada hal berguna lain yang bisa kamu lakukan?” 

Hassya mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa yang ada di depan nya, wajah mungil itu tersenyum tulus . Ia sedikit membenarkan kacamata yang bertengger di hidung nya, kemudian ia buru-buru berdiri untuk menyalami tangan halus mama dan jelas saja itu di abaikan oleh Nadin, tangan Hassya menggantung di udara untuk beberapa menit.

Tidak mau banyak berinteraksi dengan Hassya, Nadin melangkahkan tungkai nya ke dalam rumah kembali. Meminum minuman yang di buatkan Raksa. “Mama ke kamar dulu, istirahat. Nanti mama masakin makanan kesukaan kamu, sekarang kamu belajar gih.”Titah nya pada si sulung. Nadin lupa atau memang tidak peduli hari ini hari Minggu yang dimana harusnya semua anak beristirahat dari kegiatan belajar dan menikmati hari libur mereka.

“Jangan kaya dia.” Tunjuk Nadin bengis kepada anak bungsunya.“ Bukan nya belajar dan mengembangkan skill dia malah asik menggambar sesuatu yang tidak berguna, apa dia pikir menjadi seniman akan menjamin kehidupan nya. Gak akan Raksa, seni tidak akan membuat hidup kamu berkecukupan. Jadi kamu ingat, belajar yang rajin masuk universitas negeri dengan jurusan yang mama pilihan. Agar nanti setelah lulus kamu mendapatkan pekerjaan yang menjanjikan.”

Raksa menunduk dan mengangguk ada sesuatu didalam dirinya yang bergejolak, amarah? Rasa tidak terima? Seni tidak akan membuat hidup kamu berkecukupan.

Sebelum masuk Hassya dapat melihat raut sedih Mas nya disana. Hassya tahu bertapa Raksa mencintai musik. Tapi kenapa dia tidak mau jujur kepada mama tentang apa yang dia suka, mungkin dengan berkata jujur Mama akan mengerti.

Ia melihat lukisan Bunga mawar yang ada di tangan nya. Biarpun mama bilang ini tidak berguna tapi Hassya gak sakit hari Mah karena lukisan ini untuk mama. Hassya tidak bisa memberikan mama kebun Bunga yang Hassya mampu hanya memberikan lukisan ini, Hassya harap suatu saat nanti Mama dapat menerima dan memajang lukisan ini di rumah mama. Rumah yang didalam nya ada mama, papa dan Mas Raksa.

••••••

“Gitar siapa ini?” Nadin menunjuk Gitar yang ia temukan di kamar Raksa, rasa takut tiba-tiba menghantui nya tidak tidak mungkin anak nya bermain musik. Raksa tidak mungkin memainkan alat-alat tidak berguna ini.

Raksa merasakan aliran darah nya berhenti saat melihat Nadin menunjuk Gitar kesayangannya dengan sebelah kaki, Gitar itu tergeletak di atas lantai, semalam Raksa tidak bisa tertidur, insomnia nya datang kembali.

Sepuluh Hari Di Bulan Juni✓Onde histórias criam vida. Descubra agora