"Asal lo tahu ya, gue malu punya adek bisu kek Lo!!" teriak Ezza dengan lantang.
"Saya juga malu punya anak nggak berguna kayak kamu," ujar Hito-sang ayah dengan dingin.
"Paru-paru Canva sakit. Dan usia Canva nggak lama lagi. Canva takut penantian C...
Senja kala itu masih mau menampakkan warna orange nya yang terlihat tampak indah. Sebelum malam menenggelamkan paksa matahari, dan digantikan oleh sang bulan. Canva setia menikmati senja yang perlahan tenggelam. Udara yang dingin ia biarkan begitu saja menerpa permukaan kulitnya. Canva duduk di kursi panjang yang ada di taman belakang rumahnya, sendirian. Menikmati segala rasa sakit yang menghujam seluruh tubuhnya dengan diam, dan tenang. Seolah dia baik-baik saja.
Rumahnya tampak sangat sepi. Hito dan Serin pergi keluar kota. Tadi siang, Serin mengabari dirinya, jika Buna harus menemani sang Ayah yang mendapat tugas di salah satu rumah sakit di luar kota. Sehingga dirinya kini berada di rumah sendirian bersama kakak satu-satunya. Tapi sedari jam pulang sekolah sampai saat ini, Ezza belum terlihat sama sekali. Sepertinya belum pulang, karena mobilnya tidak ada di garasi.
Isshh
Canva mendesis sedikit keras, saat tubuhnya terasa sakit semua. Terlebih lagi, tadi dirinya di hajar oleh geng Mahen. Membuat sakitnya berkali lipat sekarang. Canva ingin pergi ke kamarnya, namun tubuhnya terasa sangat lemas, belum lagi kepalanya terasa sangat pusing. Membuat dirinya mengurungkan niatnya.
Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.
"Aden, bibi pamit pulang ya, makan malam sudah bibi siapkan tinggal Aden makan," Lastri, sang pembantu rumah tangga itu menghampiri Canva yang duduk di sofa. Lastri memang asisten rumah tangga di kediaman Hito yang kalau malam pulang.
Canva mengalihkan pandangannya yang semula dari televisi kini ke BI Lastri. Canva tersenyum lalu mengangguk.
"Aden baik-baik di rumah ya, jangan lupa makan yang banyak. Bibi pulang."
"Terima kasih Bi."
Bi Lastri tersenyum, lalu melangkah menjauh.
Keadaan rumah kini benar-benar sepi. Hanya ada dirinya di rumah segede ini. Canva berjalan ke meja makan, dan duduk di salah satu kursi yang ada disana. Setelah mengambil nasi dan lauk, Canva mulai makan. Sebenarnya ia tidak nafsu makan, tapi Canva harus minum obat. Dirinya tidak boleh tumbang, apalagi di rumah tidak ada Buna. Bisa-bisa lewat nanti nyawanya.
Brakk
Canva yang sedang makan terperanjat kaget, ketika pintu utama di buka dengan kasar. Dan pelakunya adalah Ezza. Ezza masuk ke rumah dengan wajah kusut dan acak-acakan, matanya yang nyalang itu melihat ke arah Canva dengan tajam. Sedangkan Canva yang ditatap, segera menunduk, takut. Perasaannya mendadak tidak enak, dan merasakan hawa dingin disekitarnya.
Ezza melangkah mendekati Canva dan—
Bughh
Satu bogeman mendarat di wajah Canva.
Canva yang tak siap dengan pukulan Ezza pun terhuyung jatuh ke bawah.
Uhukk
Canva terbatuk karena tersedak makanannya. Canva menatap Ezza dengan takut, wajah Ezza kini dipenuhi dengan amarah. Dan sangat kentara. Ada apa dengan kakaknya, apa yang terjadi dengannya sehingga pulang dengan keadaan marah.