PART 21.COMEBACK

155 25 22
                                    

*21.

Oue twin peaks, Singapore

🎈

Terkantuk-kantuk Dhiana menunggui Giri yang sedang asyik menikmati curry puff, sejenis pastel jika di Indonesia. Dhiana tak ingin Giri kembali lost.

Dhiana bisa hilang akal jika itu kembali terjadi. Masih teringat dengan baik di benaknya saat mereka menemukan Giri.

Dengan bantuan keamanan mereka kembali melihat CCTV.  Untuk memastikan apakah Giri sudah kembali masuk kondominium? Seperti yang mereka lihat dari CCTV di awal pencarian, Giri keluar dari kondominium.

"Cara teraman adalah jangan sampai dia pegang Access Card, ataupun Control Card System."

Ucap Zidan yang kala itu langsung pulang. Ingin membantu. Melototi CCTV,mencari sosok Giri. Memberi petunjuk pada petugas untuk mempercepat atau memperlambat tayangan yang mencurigakan.

"Aku gak tahu dia bawa kartuku, Zi. Mungkin dia ambil di dompetku."

Sanggah Dhiana saat itu, tak habis pikir bagaimana Giri masih bisa menggunakan kartu yang bisa mengakses lift dan basement.

"Ini tolong di perbesar, Pak."

Ucap Zidan kala itu, petugas menurut memperbesar bagian taman. Dan...

Jantung Dhiana amblas saat melihat sosok yang sangat dia kenal sedang bermain air pancuran, bahkan masuk ke dalam kolam. Mungkin halusinasi Giri merasa itu adalah tempat mandi.

"Dhii...tungguu....!"

Saat itu Dhiana tidak peduli dengan teriakan Syifa juga yang lain.Satu di otaknya. Jangan sampai kehilangan Giri lagi. Masih terbayang dengan jelas bagaimana ia memeluk dan menciumi Giri tanpa peduli itu tempat umum.

"Kenapa kamu nangis, Nin? Aku cuma mandi."

Giri saat itu masih saja memanggilnya Nindy dan keheranan melihatnya menangis. Syifa bahkan ikut menangis melihat Giri yang basah kuyup di tuntun Arga dan Dhiana meninggalkan taman.Pasti ikut sedih dan prihatin melihat kondisi sahabatnya. Yang seperti hidup di 'alam halusinasinya'sendiri.
Memprihatinkan, seorang dr.Giri Adhi Nata bisa mandi di kolam taman.

"Kenapa, Nin? Kamu mau?"

Pertanyaan Giri membuyarkan lamunan Dhiana. Dhiana menggeleng. Ia hanya menahan kantuk karena Giri merasa ini siang bukan malam.

"Tidurlah, Dhi..biar mas yang jaga."

Ucap Arga. Kasihan melihat adik iparnya terkantuk-kantuk. Dhiana menggeleng. Ia sudah cukup merepotkan Arga hingga kakak iparnya itu cuti kerja. Padahal sebenarnya punya banyak kasus yang harus di tangani.

"Aku lapar, Nin. Mau chicken mushroom."

Hah?Lapar lagi? Bukannya tadi sudah makan? Bahkan ngemil curry puff. Di kulkas ada bahan apa saja? Seingat Dhiana cuma ada fish ball sama squit head. Itu yang Dhiana beli, yang lain milik Syifa. Meski Dhiana bebas di sini ia tetap tahu batas. Di beri tempat tinggal saja sudah lebih dari cukup.

"Mas belikan di luar sebentar, Gi."

Ucap Arga sambil bergegas keluar. Tapi di cegah Dhiana,sebisa mungkin Giri harus makan masakan rumah, karena lebih aman.

"Kamu catat bahannya, Mas harus belanja apa."

Dhiana mengambil notes di atas nakas. Mencatat apa yang di butuhkan. Saat itulah Syifa muncul. Karena mendengar suara mereka. Dhiana minta maaf karena mengganggu istirahat mereka.

"Tak apa, Dhi. Aku mengambilkan Zidan minum."

Tanggap Syifa dengan senyum. Mengambil air mineral dari kulkas. Menoleh sambil memegang botol saat Giri bersuara.

  🅺🅸🅻🅻🅴🅳 🅳🆁🅴🅰🅼 ( 🆃🅷🅴 🅴🅽🅳 )  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang