05: Oksigen

757 186 26
                                    

Mark langsung naik ke satu-satunya spot yang ditunjuk sama pemilik rumah tadi pas dia baru dateng

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mark langsung naik ke satu-satunya spot yang ditunjuk sama pemilik rumah tadi pas dia baru dateng. Rooftop.

Begitu buka pintu atas, cuma ada rooftop semen yang kosong dengan kursi lincak, meja kecil, dan parasol di bagian pinggir. Bisa jadi si pemilik sengaja mengosongkan rooftop buat dipakai jemur baju kayak di rumah dia atau bisa jadi rooftop ini kosong karena nggak pernah terjamah, menilik dari lantai semen yang nggak mengkilap. "Tau dari mana gue di sini?"

"Nenek." Dia jalan ke arah Sela yang duduk sambil meluk lututnya menghadap ke utara, arah di mana Gunung Merapi selalu terlihat gagah setiap harinya. "Ini-" Omongannya nggak kelar.

Sela ngekek kecil. "Kaget ya lo?"

Ya iya lah kaget. Anak baik-baik kayak Mark kan nggak pernah nyentuh yang namanya rokok. Walaupun dia anak teknik nih, begajulan nggak masuk dalam kamusnya. "Kamu udah lama ngerokok, Sel?"

"Sejak beberapa bulan kebelakang." Mark ngelihatin Sela pake mata bulatnya. Sela jadi berasa dilihatin anak TK yang ketahuan makan permen tanpa izin. "Iya, sejak nyokap bokap gue cerai."

Oh God.

Mark pengen marahin cewek ini. Bisa-bisanya dia ngerusak diri lebih lanjut padahal hatinya udah sakit. Tapi ya nggak bisa. Mark nggak ada hak marah. "Kamu nggak lupa kan aku pernah bilang kalo I'm all ears for you?" Seenggaknya Mark pengen negasin lagi kalo Sela nggak sendirian. Ada Mark yang siap jadi partner strolling around Jogja with his motorbike.

"Setelah gue cerita semuanya, lo bakal pergi?" Bukannya jawab, Sela malah nanya. "Setelah lo tau di titik mana gue jatuh, bisa lo tetep tinggal?" Dia dorong lututnya buat turun ke lantai semen di rooftop rumah neneknya. Biar dia lebih leluasa ngelihat Mark di sampingnya. "Kalo gue minta lo jangan kemana-mana, bakal lo kabulin nggak permintaan gue?"

Diamnya Mark bikin Sela ketawa. Ketawa perih yang nggak real tentunya. "Gue mau ngerokok sebatang dulu sebelum nganterin Nenek habis ini. Lo balik aja kalo nggak biasa ngehirup asapnya."

--

"Yut, kita kan nggak bisa ngelihat oksigen ya di udara. Berarti ikan nggak bisa lihat air dong sebenernya?"

Ini konsepnya gimana sih? Yuta yang bego apa Narumi yang kepinteran? "Mi, bisa nggak jangan nambahin beban pikiran calon suami? Nggak dikasih pertanyaan aja gue sering overthinking malem-malem, ini pake ditambahin."

"Emang kita bakal nyampe nikah ya, Yut?"

"Mi?!" Yuta hampir aja banting stir ke kiri kalo nggak inget dia masih belum kawin. "Yang bener aja? Gue udah sampe rebutan sama Bapak lho, Mi?!"

Cup

"Jangan panik Yut. Tenang aja, lo bakal tetep gue nikahin kok." Kan Narumi yang dilamar, harusnya Yuta yang ngomong begini nggak sih?

Wedding Operations: Neo Culture Tetanggaan 2.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang