chp 7

17 16 7
                                    

Hari kedua mos cukup menyenangkan, setelah semalam kami bersusah payah mencari lele. Ralat, setelah semalam mereka bersusah payah mencari lele,hari ini kami disuruh mencari informasi tentang kepanitiaan osis.

Zea sendiri sedari tadi kebingungan tak tau harus bertanya pada siapa. Ingin ia tanya pada abangnya tapi Gion tak terlihat batang hidungnya.

Ia juga ingin bertanya pada kakak kelas yang disekitarnya,tetapi perutnya sangat lapar.Demi kelangsungan hidupnya,ia harus memprioritaskan perutnya.

Zea melihat warung kecil dibelakang sekolah yang sangat sepi,padahal tempatnya cocok sekali untuk nongkrong.Ia mendatangi tempat itu dan terdapat seorang perempuan yang sudah berumur sedang memanaskan sesuatu.

"Mau makan neng?" Tawar perempuan itu pada Zea

"Boleh baksonya satu..?"

"Panggil aja saya mbok Ijah neng" Zea tersenyum lalu mengangguk paham

"Neng murid baru disini ya? Siapa namanya?" Tanya mbok Ijah sambil menaruh kuah bakso di mangkok.

"Iya mbok, nama saya Zea Anindita" mbok Ijah membawa baksonya,lalu diletakkan didepan Zea. Selain bakso,mbok Ijah juga meletakkan teh manis hangat untuk menemani baksonya.

"Zeaa makan ya mbok..." Mbok Ijah mengiyakan. Zea memuji bakso buatan mbok Ijah yang sangat enak. Kalo kalian tau,Zea ini pecinta bakso. Dan baru kali ini Zea makan bakso yang enaknya kebangetan!

"Biasanya ya neng,murid perempuan banyak banget yang kesini,hari ini cuma neng doang yang dateng" Zea mengerutkan keningnya.

"Soalnya mereka kesini tuh mau liat Rafael dan teman temannya yang sering nongkrong disini" Zea makin mengerutkan keningnya bingung. Siapa lagi Rafael? Model kah? Artis kah? Sampe anak anak cewe nyariin mereka.

"Rafael tuh siapa mbok?" Belum sempat mbok Ijah menjawab, orang yang sedang dibicarakan pun datang.

"MBOKKK IJAAAHH MAU MIE GEPREKNYA DONG" teriak Danu dengan semangat paginya.

"SAYAA BAKSO PENTOLNYA KEKEYI YA MBOK" teriak Adrian juga. Emang gaada akhlaknya.

"Eh eh eh ini siapa nih,berani beraninya duduk ditempatnya Sean Gelael" Zea mendongak,apa apaan tempat duduk segala harus dipermasalahin.

Mereka berempat menatap Zea dengan berbagai ekspresi,Danu dengan wajah cengonya melihat bidadarinya makan bakso.

Adrian dengan wajah sok kagetnya karna kedatangan bidadari.
Sedangkan Rafael dan Sean hanya diam saja tanpa ekspresi

Zea berdiri hendak meninggalkan tempat duduknya,padahal baksonya sama sekali belum habis. Dan mereka mengganggu sarapan paginya!

"Duduk" perintah Sean yang membuat ketiga temannya menatapnya bingung.

Hellooo, Sean berbicara dengan seorang perempuan selain bibinya? Suatu keajaiban dunia bukan?

Sean duduk dimeja sebelah Zea dan diikuti ketiga temannya yang masih melongo

"Wah wah Abang Sean kesambet setan apa nich?" Ucap danu dengan nada sok imutnya

Sean menatap Danu datar. Memang kalo manusia es ini sangat susah diajak untuk bercanda. Jadi jangan macem macem deh!

Rafael pindah duduk persis didepan Zea. Ia cukup penasaran dengan perempuan yang bahkan Sean mau mengeluarkan satu kata untuk perempuan itu.

"Siapa namalo?" Tanya Rafael tanpa basa basi,Zea sendiri tidak takut dan tidak merasa diintimidasi. Ia bahkan enjoy dengan baksonya. Menarik bukan?

"Zea Anindita" balasnya singkat,bahkan ia tak menatap lawan bicaranya. Baksonya lebih menarik dan enak dipandang.

"Sopan begitu ngomong sama senior?" Zea menghela nafasnya. Yaelah,tau diri dong! Bakso Zea itu nikmat banget. Mau banget kah ditatap Zea.

"Lagi makan" Danu dan Adrian melongo melihat keberanian cewe itu terhadap Rafael. Mereka bahkan sama sekali tidak pernah dan tidak akan ngelakuin hal gila seperti Zea.

Zea dengan santainya melahap baksonya hingga habis. Sedangkan Rafael diam memandanginya.Zea sebenernya risih,tetapi dia juga bodo amat.

"Udah?" Tanya Rafael sedikit sinis

"Udah nih,ga liat?" Zea menunjukkan mangkok tepat didepan muka Rafael.

"Start the game, Zea Anindita!" Setelah mengucapkan kalimat itu, Rafael pergi entah kemana bersama Danu dan Adrian, kecuali Sean.

"Menarik" Zea menatap Sean bingung,apanya yang menarik?

"Kenapa?" Tanyanya yang dibalas gelengan oleh Zea. Sean sendiri juga bingung kenapa bilang Zea menarik.

"Kak?" Sean menaikkan satu alisnya,ia heran dengan adik kelasnya ini. Tadi saja waktu Rafael berbicara dengannya,ia tidak sesopan ini.

"Ketua osis disini siapa?" Tanya Zea to the point.

Sean mengambil buku catatannya,ia menuliskan sesuatu disana. Yang Zea yakin itu nama nama anggota osis. Lalu ia merobeknya dan meninggalkannya di meja tempat ia duduk.

"Kak mau kemana?" Tanya Zea yang hanya dihiraukan saja oleh Sean.

Sepeninggalan Sean,Zea membaca kertas tadi yang bertuliskan nama abangnya.

Ada apa dengan Abangnya? Apa kakak kelasnya tadi punya masalah dengan abangnya? Zea tidak tau saja kalo abangnya ketua osis.

Satu kata untuk Rafael?

Satu kata untuk Sean?

Satu kata untuk Zea?


Thankyou for reading don't forget to vote and comment 🤍🤍🤍

ZEA [ON GOING]Where stories live. Discover now