𝕽𝗲𝗰𝘂𝗲𝗿𝗱𝗼𝘀

40 17 12
                                    

Pergilah, aku percaya, melepaskanmu adalah cara yang tepat.

•||•

Setelah selesai mengurus berkas-berkas untuk kuliah, Shaquella duduk di meja riasnya. Ia mengambil sebuah kotak yang dimana berisi beberapa foto dirinya dengan Nathan.

Nathan itu tipikal pria yang sangat suka mengabadikan momen di kameranya, lalu di cetak sehingga memiliki foto itu di tangan masing-masing.

Nathan itu tipikal pria yang sangat suka mengabadikan momen di kameranya, lalu di cetak sehingga memiliki foto itu di tangan masing-masing

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Shaquella menatap foto-foto itu dengan pandangan sendunya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Shaquella menatap foto-foto itu dengan pandangan sendunya. Ketakutan ia selama ini terjadi, mereka telah asing seperti sediakala—sebelum mengenal satu sama lain.

Tok. Tok

"Sayang keluar dulu, yuk?"

Shaquella melangkahkan kakinya membuka pintu kamarnya itu. Lalu, mengikuti Mamanya dari belakang.

"Shasa kemana aja? Nggak keliatan dari kemarin." Shaquella tersenyum kecil, itu Mamanya Nathan.

"Lagi sibuk ngurusin berkas tante."

"Jadinya kemana?"

"Ke Yogyakarta, hehe."

Sebenarnya, Shaquella tiba-tiba berkeinginan kuliah di Yogyakarta karena Nathan. Ia ingin melarikan diri dari kota ini, ia tidak bisa berterus-terusan menggenggam sesuatu yang tidak bisa di gapai. Walaupun, ia tidak tahu jika di Yogyakarta, ia bisa melupakan Nathan atau tidak.

"Yah jauh ya sama Nathan. Tante kira bakalan satu universitas."

Shaquella terkekeh sekenanya. Ia menatap ke arah luar yang dimana ada Nathan dan Papanya yang sedang memasuki koper ke belakang mobil. Sepertinya, Nathan akan melakukan penerbangan hari ini.

"Kamu mau ikut ke bandara? Itung-itung nemenin Nathan ke Malaysia."

Shaquella tidak menjawab. Sebenarnya ia ingin sekali ikut mengantarkan Nathan ke bandara, tetapi ia tidak punya keberanian untuk hal itu. Ia takut, rasa sakit diantara keduanya semakin menganga lebar.

"Nggak Tante, hehe. Bentar lagi Shasa ada urusan."

Mamanya Nathan, Meyra, mengusap rambut Shaquella pelan. Ia tersenyum manis. "Yaudah nggak papa, tante berangkat ya cantik."

Mama Nathan melangkah keluar. Hendak balik badan, nama ia di panggil oleh sang Mama.

"Kalau jodoh, pasti bakalan kayak dulu-dulu lagi. Percaya sama Mama."

Mamanya itu seolah-olah mengetahui apa yang terjadi antara Shaquella dengan Nathan. Shaquella tidak menjawab, gadis itu memilih kembali masuk ke dalam kamarnya.

•||•

Kini, Shaquella sedang membereskan apartemennya yang sudah Papa pesankan di Yogyakarta. Sekitar 1 minggu lagi, ia akan masuk kuliah. Tentunya, ia sudah mempersiapkan semuanya di jauh hari.

"Shasaaa makan dulu, yuk."

"Iya, Ma."

Shaquella menghampiri kedua orangtuanya itu. Di meja makan sudah ada ayam kecap yang merupakan makanan favoritnya, tak lupa ada kangkung dan beberapa gorengan yang sudah tertata.

"Sore Mama sama Papa pulang, ya?" Shaquella mengangguk. Sebenarnya, ia masih mau menghabiskan waktunya dengan kedua orangtuanya. Tetapi mengingat Papanya kerja, ia jadi tidak bisa menahan Papa dan Mamanya untuk tinggal lebih lama lagi.

"Tinggal beberapa jam lagi, kita jalan-jalan yuk? Ke Candi Borobudur."

"Gass." Merekapun setelah makan bersama langsung berangkat ke candi borobudur, menghabiskan waktunya bersama-sama.

Selama di perjalanan, pikiran Shaquella masih terisi oleh Nathan. Entahlah, sangat susah untuk mengusir jauh pria itu di pikirannya. Berbicara dengan Nathan, jalan-jalan, bercanda ria, sesuatu hal yang sangat Shaquella rindukan.

Ia menatap langit siang hari, banyak burung yang berterbangan. Akankah Nathan sudah bahagia tanpa kehadiran dirinya?

Itu pasti, karena selama dengannya, Nathan pasti terus-menerus merasa sakit hati. Begitu pula dengan Shaquella. Gadis itu mengetikkan beberapa deret kata di diarynya.

Aku jika terus bersamamu itu akan menyakitkan. Tetapi, jika tidak bersamamu itu jauh lebih menyakitkan dari sebelumnya.

Gadis itu mendongak, menahan air mata yang ingin keluar. Ia tidak bisa terus seperti ini. Ia akan memulai kehidupannya kembali tanpa bayang-bayang masa lalunya. Harus. Ia harus bisa tanpa adanya Nathan.

Kehidupan mereka selanjutnya segera dimulai, tanpa ada salam perpisahan, mereka sama-sama saling meninggalkan.

•||•

Recuerdos [ SHORT STORY - END ]Where stories live. Discover now