16. Melamar

151 13 0
                                    

"Boleh, ya?"

"Tidak. Sudah berulang kali aku bilang. Manhattan bukan kota yang baik."

"Aku bersama teman-temanku, Julian."

"Kau punya teman?"

Jane mendecak. Sebal sekali disaat seperti ini kekasihnya itu masih saja menggoda.

"Ayolah. Aku janji akan jaga diri baik-baik."

"Begini saja. Kau izin dulu ke Jonathan, jika dia mengizinkan, 100% aku juga akan mengikutinya."

Jane semakin merengek, kemudian ia mendekat. "Wah, kekasihku ini tampan sekali. Aku benar-benar bangga memilikimu, Jul."

Julian terkekeh, tapi tetap menggeleng. "Aku tidak akan termakan rayuanmu, Anak kecil," katanya mengacak rambut Jane dengan gemas.

"Ah, menyebalkan sekali!" Jane cemberut.

Bukan apa-apa. Untuk pertama kalinya ada yang mengajak Jane pergi.   Selama ini di kampus hanya David dan Alfred yang kadang menemaninya ke kantin. Seperti yang sudah diketahui, mahasiswi disini sering memandang sinis dirinya. Apalagi dosen tertampan merekapun dekat dengan Jane.

"Kau ingin berangkat bersamaku atau naik bis?" tanya Julian.

"Naik bis saja!"

"Ok. Kau punya uang?"

"Aku bukan anak SD yang akan menangis karena tidak punya uang!! Dasar pria tua menyebalkan," ucap Jane seraya pergi meninggalkan Julian.

Sebenarnya Julian ingin memperbolehkan Jane untuk pergi. Namun, ia tahu bahwa orang membencinya. Jadi dipikiran buruknya orang yang mengaku teman itu bisa membuat Jane terluka. Kasihan juga sebetulnya melihat Jane hanya diam di rumah. Paling-paling ia keluar hanya untuk berbelanja dan minum kopi. Itupun seorang diri. Tetapi, mau bagaimana lagi. Ini semua Julian lakukan demi kebaikan Jane juga.

Seharian, Julian tidak bertemu dengan Jane. Kebetulan memang pria itu tidak harus masuk ke kelas karena hanya ada beberapa hal penting yang harus diselesaikan di kampus. Dihubungipun ia tak menjawab. Sampai akhirnya Julian melihat batang hidung kekasihnya itu di lorong. Gadis itu sedang memainkan ponselnya dengan serius. Ia sengaja mendekat tanpa memanggil, hingga tubuh Jane menabraknya.

"Teruslah menunduk seperti itu dan kau akan menabrak tiang listrik di depan, Jane," ucap Julian.

Jane tak merespon. Ia jalan begitu saja tanpa perduli dengan Julian.

"Hey, kau ingin pulang?" Tanya Julian seraya mengikutinya dari belakang.

"Aku ingin kabur."

Julian terkekeh. "Ternyata kekasihku lucu juga jika sedang marah."

"Tidak lucu!"

"Mau ice cream?"

Jane menghentikan langkahnya yang sontak membuat Julian juga melakukannya.

"Kau pikir aku anak kecil?"

"Um, kalau aku tidak salah ingat, dulu juga kau berkata seperti itu, tapi tiba-tiba saja kau menyebutkan sebuah rasa. Apa sekarang juga seperti itu?"

"Tidak! Aku benci ice cream!"

"Bagaimana kalau menghabiskan waktu sore di central park bersamaku?"

"Tidak mau!"

"Hey, ayolah. Aku kan besok tidak bisa bertemu denganmu karena harus bekerja. Apa kau tidak akan merindukanku?"

Ya, bisa dibilang hanya Julian yang mampu meluluhkan keras kepala Jane. Buktinya, kini ia sudah menggandeng Julian ke parkiran. Beruntunglah tak banyak orang di sekitarnya.

HalcyonWhere stories live. Discover now