Dua puluh satu

3.1K 178 68
                                    

"Tugas utama bagi seorang suami bukanlah sekedar memberi makan istrinya. Tugas utama seorang suami adalah mengajarkan istrinya shalat, mengenal Allah, dan menjaga istri dari api neraka."

–Muhammad Avan Ghazalah–

—Zaujati—

Agni terbangun dari tidurnya, gadis itu terus memegangi perutnya yang sangat sakit. Mungkin karena hari ini adalah haid pertamanya jadi ia merasakan rasa sakit di perutnya.

Jujur, Agni belum pernah merasakan sakit perut sampai seperti ini ketika haid. Gadis itu melirik Avan, tidak tega ia membangunkan suaminya. Avan baru tidur satu jam, mana mungkin Agni tega membangunkannya.

Agni berusaha turun dari kasurnya, berjalan dengan pelan menuju dapur. Memasak air di sana untuk mendapatkan air hangat untuk mengompres perutnya. Selama menunggu, Agni terus saja memegangi perutnya.

Agni terkejut ketika ada sebuah tangan melingkar di perutnya, ia menoleh dan mendapati Avan berada di belakangnya.

"Loh Van, kok bangun? Kan lo baru tidur sebentar."

Avan melirik panci berisi air yang sedang dididihkan. "Kamu ke kamar saja, nanti saya antar air hangatnya untuk di kompres di perutmu."

Kedua bola mata Agni terbelalak. "Kok lo bisa tau perut gue lagi sakit?"

"Saya suami kamu Agni, kita juga tidur bersama. Jadi saya sudah pasti tau kalau kamu kenapa-napa."

Baper? Tentu saja! Jika kalian di posisi Agni saat ini pasti kalian akan langsung jungkir balik. Avan selalu tau jika terjadi sesuatu pada Agni, apakah suaminya itu cenayang?

"Yaudah deh," ujar Agni menurut.

"Bisa sendiri?" Agni mengangguk.

Selang beberapa waktu setelah Agni menunggu Avan, lelaki itu datang dengan botol yang sudah diisi air hangat untuk mengompres perut Agni.

Agni sebenarnya ingin mengompres sendiri, namun Avan menolak. Agni akhirnya menurut, Avan dengan telaten mengompres perut Agni.

Agni bisa melihat wajah Avan dari dekat. Kulitnya yang putih, hidungnya yang tak terlalu mancung, matanya yang indah, ah! Agni rasa para gadis akan jatuh cinta hanya dengan menatap Avan. Kenapa Agni baru sadar jika suaminya ini tampan? Bahkan sangat tampan.

"Jangan lihatin saya terus, nanti suka," ujar Avan sambil terkekeh.

Agni berdecak, merasa malu karena terciduk menatap Avan. "Dih, gue gak bakalan ya suka sama lo!"

Avan menatap mata Agni lekat. "Yakin?" Meremehkan.

Glek.

Agni menelan ludahnya susah payah, ditatap seperti itu oleh Avan membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Van, lo bisa munduran dikit gak?"

Bukannya mundur, Avan malah semakin mendekat. "Kenapa? Kita kan sudah sah."

"AVAN!"

Avan terkekeh, lalu memundurkan badannya. Sementara Agni mengatur deru napasnya yang tak beraturan.

"Nyebelin banget sih," gerutu Agni.

Agni kembali menatap Avan ketika cowok itu sibuk mengompres perutnya lagi. Tanpa disadari lengkungan senyum terbit di bibirnya.

"Kok bisa ya gue nikah sama cowok sempurna kayak lo."

Ucapan Agni membuat Avan menoleh. "Kenapa tidak? Yang namanya jodoh mau kita pergi sejauh apapun, pasti akan kembali juga."

ZAUJATIWhere stories live. Discover now