ADL [18]

37 2 0
                                    

Sesampainya di Rumah Sakit, Natya langsung dilarikan ke ICU untuk penanganan yang lebih intensif. Didalam, Natya tengah dicek oleh Dokter Sebastian yang memang dalam waktu 3 tahun terkahir menangangi keadaan Natya.

Diluar ada Devita dan Devan yang duduk di kursi tunggu ruang ICU, sedangkan Azura terus mondar-mandir seraya sesekali melirik pintu ICU yang tak kunjung dibuka.

Devan yang melihat kegelisahan Azura pun berdiri, "Azura." Panggil Devan, dan Azura pun menoleh.

"Duduk." Ujar Devan lagi seraya melirik ke kursi kosong disampingnya.

"Nggak bisa kak, aku nggak tenang." Ucap Azura sembari menggigit ujung kuku nya.

"Duduk Azura. Jangan membuat saya tambah marah sama kamu. " Kini Devita yang berucap. Seperti biasa menggunakan nada yang ketus.

"Mah tapi kak Nat- " Ucapan Azura terpotong kala Devan kembali membuka suara.

"Kakak bakal ceritain semua tentang keadaan Natya. Kalau Azura mau denger, sekarang duduk. "

Mendengar ucapan Devan, Azura pun duduk dikursi kosong samping Devan. Ia tak melepas pandangannya dari Devan, seolah ingin cepat-cepat mendengar tentang keadaan Natya.

"Tante, sebelumnya Devan minta maaf karena baru ngasih tau ke tante masalah ini." Ucap Devan yang membuat Devita dan Azura melirik kebingungan namun tak membuka suara.

"Natya punya lemah jantung tan. Udah hampir 3 tahun, dan Devan udah tahu dari 2 tahun yang lalu. Satu bulan lalu, keadaan Natya dinyatakan berangsur-angsur membaik, namun entah apa alasan yang membuat kondisi Natya jadi tambah drop dari sebelumnya. "

"Tante, sekali lagi maaf, awalnya saya memang ingin memberitahu tante, namun Natya bersikeras ingin memberitahukan nya sendiri, sehingga membuat saya mengundurkan niat awal saya."

Devita hanya terdiam, ia menangis tanpa suara. Ia bahkan merasa tenggorokan nya seperti terkekik kala mendengar ucapan Devan.

Devita merasa bersalah karena ia mengetahui kondisi Natya dari orang lain. Ia merasa belum menjadi ibu yang baik karena tidak mengetahui bahwa selama ini anak semata wayang nya itu menderita sendirian.

Azura mengelus pundak Devita pelan. Ia bingung harus berekspresi seperti apa. Ia ingin menangis, tapi jika ia menangis siapa yang akan menenangkan Devita dari kesedihan?

Devita memegang tangan Devan yang terkepal diatas paha, lalu menatap anak bernama belakang Narenth itu dengan tatapan sendu.

"Terimakasih Devan. Terimakasih sudah menjaga Natya sejauh ini. Jika tante lebih memperhatikan Natya, pasti keadaan Natya tidak akan seperti ini. Terimakasih nak. "

Devan pun membalas tatapan Devita, "sekali lagi maaf tante. "

**

Detik berganti menit, menit berganti jam. Namun Natya belum menunjukan tanda-tanda bahwa ia akan sadar.

Satu jam lalu Dokter Sebastian telah memberitahu Devita bahwa kini penyakit Natya bertambah parah. Bukan lagi lemah jantung, namun Natya sudah mengalami gagal jantung.

Satu bulan lalu kondisi kesehatan Natya memang membaik, namun karena Natya tidak meminum obat dengan tepat waktu, dan disaat yang bersaman Natya memiliki banyak pikiran, itu yang membuat keadaan nya lama kelamaan semakin drop.

Azura merasa tidak sanggup untuk terus menerus berada di sekitar ruang ICU. Dadanya terasa pengap karena tidak kuat mendengar kondisi Natya.

Azura Dan Lukanyaحيث تعيش القصص. اكتشف الآن