14. Perkara Gapuro

79 17 5
                                    

Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya, malam ini anggota D'A telah bersiap untuk menjalankan misi pertama mereka setelah rehat selama satu tahun.

Mereka mendapatkan kabar dari kepolisian jika Grandong sering bertransaksi pada salah satu kelab malam yang berada di ujung kota. Maka dari itu, kini Leon dan yang lainnya sudah berkumpul di D'A Resto milik Samudra. Lebih tepatnya, berada di ruangan khusus yang sudah Samudra buat untuk seluruh anggota D'A.

"Gimana penampilan gue?" tanya Gery sembari membenarkan kerah kemeja kasual hitam yang ia kenakan malam ini.

Deo yang ditanya hanya melirik Gery sekilas, remaja dengan hoodie abu-abu serta kaca mata yang bertengger di hidungnya lebih memilih mengabaikan ucapan sang sahabat daripada ia pusing sendiri.

"Cih, sombong banget lu. Mainan hp mulu, kayak ada kuotanya aja," cibir Gery kesal sendiri.

"Lupa, apa pikun? Di sini 'kan ada wifi," sahut Leon yang juga sibuk dengan ponselnya.

"Yaelah mana ada seorang Gery pikun, ya mikir aja dong. Ini kita 'kan lagi kumpul walau Raga belum dateng, jangan pada main hp dong. enggak seru," gerutu Gery sembari mengerucutkan bibirnya.

"Sok imut, lu," ucap Deo lalu meletakkan benda pipih itu di atas meja kemudian menyeruput kopi yang sudah disiapkan oleh Samudra.

"Tau, tuh." Leon pun ikut meletakkan ponselnya. "Si Raga juga mana, sih, belum dateng-dateng dari tadi."

Pintu ruangan dibuka, semua berharap yang datang adalah Raga. Namun, ekspektasi mereka terlalu tinggi karena yang muncul justru Samudra.

Samundra yang baru saja masuk dibuat heran melihat raut wajah mereka, seperti ... kecewa. Ia kemudian berjalan lalu duduk di samping Deo.

"Kalian, kenapa?" tanya Samudra menatap mereka satu-persatu.

Leon menggelengkan kepalanya. "Enggak, kita kira yang dateng si Raga. Taunya malah, Bang Sam."

Samudra mengernyit heran. "Kenapa kalian kayak nungguin Raga banget? Toh, kita juga berangkatnya masih lama."

"Kita itu kepo sama penampilan bocah blasteran Korea itu, Bang. Tapi gue yakin, sih, kalo penampilan gue lebih oke dari dia," kata Gery dengan percaya diri tinggi, membuat semua yang ada di sana merasa jijik.

"Waduhh, pede banget," kelakar Deo memukul kepala Gery pelan.

"Harus pede, dong, jangan kayak Leon. Kerjaannya insecure terus, mana sw-nya galau mulu," cibir Gery dengan melirik Leon sinis.

"Wah, berdosa sekali anda. Cowok asli Jawa, nih," ujar Leon dengan menepuk dadanya bangga.

"Enggak apa-apa lah, sing penting ora mangan gapuro," celetuk Samudra membuat Leon menganga.

"Enggak nyangka gue, Bang. Seorang Samudra Axfriano Adriston, ngikut omongan aplikasi sebelah?" Leon menutup mulutnya tak percaya, begitupun dengan Gery dan Deo yang melongo menatap Samudra.

Samudra memutar bola matanya malas, "Gue juga manusia."

Leon mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti, dirinya menatap ke arah Samudra dengan serius.

"Tapi Bang, sing arep ngeuntal gapuro kui sopo? Lah, wong gapuro karo aku wae luwih gede gapurone," ucap Leon menggebu-gebu dengan logat Jawanya yang begitu kental.

Kini, giliran Samudra yang diam tercengang. Tiga tahun lebih dirinya mengenal Leon, baru kali ini ia mendengar pria itu berbicara dengan bahasa Jawa beserta dialek khasnya.

Deo menepuk pundak Samudra pelan.

"Sabar, Bang. Ini namanya cobain, soalnya kecil kalo besar baru cobaan," ujar Deo nyeleneh.

TOPENG ANINDYAWhere stories live. Discover now