9

15.3K 1.3K 50
                                    

Jeno sekarang tengah berada di kamar mandi, mengunci dirinya disana, Jeno sedang memikirkan cara untuk bebas dari Na Jaemin.

Jujur, Jeno sedikit takut dengan aura Na Jaemin yang menyeramkan, apalagi wajahnya yang datar, mata tajamnya, bahkan suara nya yang berat dan dingin, intinya Jeno takut dengan Jaemin.

Dia harus segera memikirkan cara untuk kabur dari tempat ini, tapi Jeno tidak tau dirinya sedang berada dimana, ah yang penting dia keluar dulu dari tempat ini.

Sibuk memikirkan cara agar terbebas dari Na Jaemin, Jeno tak sadar jika orang yang sedari tadi dia sumpah serapahi kini sedang memanggil manggil dirinya di luar kamar mandi.

Hingga suara ketukan kasar menyadarkan Jeno dari fokusnya.

Tok tok tok!!!!

"Jeno!! Jeno, kamu didalam?!!" Suara Na Jaemin terdengar membuat Jeno panik seketika.

Jeno berdiri, dia harus apa?, Jeno takut membuka pintu, "arghh sialan! Gue harus apa?!!" Jeno mengusak rambutnya kasar.

"Lee Jeno, buka pintu nya atau kamu saya keluarkan paksa!!" Jaemin kembali berucap, menekan setiap katanya dengan nada dingin, membuat Jeno semakin ketakutan.

Jeno mau tak mau memberanikan dirinya untuk membuka pintu.

"Lee Je-

"Apaan sih anjing?! Berisik banget lo!" Ucapan Jaemin terpotong oleh Jeno yang membuka pintu dengan kasar.

Jaemin menatap Jeno datar, "Ngapain kamu didalam? Saya udah panggil panggil kamu gak jawab" ucap Jaemin dingin.

"Coli" Jeno berucap dengan santai dengan mangalihkan pandangan nya agar tak menatap mata tajam Jaemin.

Jaemin yang mendengar ucapan Jeno hanya menghela napas, " Hahh terserah kamu saja, sekarang Cepat makan dulu" Jaemin menarik tangan Jeno, tapi Jeno tak bergerak sedikit pun.

"Gak!" Jeno berusaha melepaskan cengkraman Jaemin pada pergelangan tangannya.

"Menurut atau--

"Ayahmu dalam bahaya" Jeno menirukan cara Jaemin bicara, "bodo lah anjir, mau lu apain juga terserah, gak peduli" ucap Jeno tak acuh.

"Baiklah jika itu mau mu" Jaemin pergi begitu saja dan tak lupa mengunci pintu kamarnya.

Jeno menatap Jaemin yang hilang di balik pintu dengan perasaan khawatir, 'jaemin gak bakal apa apain papa sama Reno kan?" Jeno berucap dengan khawatir.

Jeno melirik meja nakas, terdapat satu porsi makanan disana, tapi Jeno tidak ada nafsu makan, dia duduk di pinggir kasur, Jeno jadi memikirkan ucapan nya tadi, Jaemin tak akan menyakiti papa dan adiknya kan?

"Haish sialan!" Jeno mengusak rambutnya kasar, kepalanya pusing sekarang.

...

Sudah tengah malam, dan Jaemin tak kembali menemui Jeno, dari siang tadi Jaemin pergi, Jeno jadi semakin takut, Jeno bahkan tak menyentuh makanan yang Jaemin bawa tadi siang.

Jeno masih terduduk di pinggir kasur, terus menatap pintu, dia berharap Jaemin datang, dia ingin menanyakan tentang papa dan adiknya.

Kulitnya yang sudah putih pucat kini semakin pucat, bibir merah muda nya kini sangat pucat, keringat juga terus keluar dari dahinya.

Jeno tak bisa jika telat makan, apalagi jika dia melewatkan makan siangnya, dan Jeno baru saja melewatkan makan siangnya, bahkan melewatkan makan malam.

Kepalanya sudah sangat pusing, tapi Jeno berusaha tetap terjaga, dia masih tak bisa tenang karena ucapannya tadi siang.

Jeno bahkan sulit mengatur nafasnya sekarang, kepala nya sangat sangat pusing, matanya berat, hingga akhirnya kesadaran Jeno mulai hilang dan gelap yang didapati nya, Jeno tak sadarkan diri, terbaring lemas di atas ranjang.

...

Mata sipit nya mengerjap pelan, mencoba membiasakan netra nya dengan cahaya yang masuk melalui jendela, dia menggulirkan bola matanya ke seluruh ruangan.

Lee Jeno, lelaki april itu baru terbangun dari pingsan nya, Jeno mencoba bangun untuk duduk, tapi kepalanya mulai berdenyut saat dia bergerak, dia akhirnya kembali berbaring.

Ah, Jeno jadi teringat apa yang membuatnya seperti ini, papa dan adiknya... apa mereka baik baik saja? Jeno jadi kembali dibuat overthinking, Jeno menatap kosong langit langit kamar, pikirannya terus memikirkan papa dan adiknya.

"Jeno, kamu sudah bangun? Bagaimana kondisimu? Apa kepalamu pusing?" Suara seseorang menyadarkan Jeno dari acara melamunnya, Jeno melirik kearah suara itu, ah, Na Jaemin ternyata.

Jeno hanya diam, bahkan ketika Jaemin duduk di sisi ranjang dan mengelus rambutnya.

"Hey, saya bertanya" Jaemin mengelus pipi pucat Lee Jeno, Jeno hanya melirik malas Jaemin lalu kembali menatap keluar jendela.

"Lee Jeno, jangan membuat saya marah", Jaemin mulai tersulut emosi, orang ini sangat mudah terpancing emosinya.

"Ck apaansih?" Jeno berucap dengan kesal, walau suara nya sangat serak dan terdengar lemah.

"Jawab pertanyaan saya, jangan pura pura tak mendengar" ucap Jaemin dengan penuh penekanan .

"Gue baik, puas?"Jeno mendelik.

"Kenapa kamu gak makan? Mau mati konyol kamu?melewatkan makan siang dan makan malam, bahkan kemarin kamu belum sarapan, dan malam sebelumnya kamu gak makan malam juga" Jaemin berucap panjang lebar.

"Cih sok tau" gumam Jeno dengan pelan, sangat pelan.

"Kenapa kamu gak makan? Apa makanan nya tidak sesuai selera kamu? Kamu harus makan Lee Jeno, jangan sampai ayah kamu menuduh saya sudah melakukan sesuatu ke kamu sampai kamu sakit begini, bahkan kamu baru sehari tinggal sama saya, tapi kamu sudah sakit"

Jeno tak peduli dengan semua ucapan Na Jaemin, "ya makanya lepasin gue, biar lu gak kena tuduh, ribet amat idup lu" Jeno berucap dengan sinis.

"Bukan hidup saya yang ribet, kamu yang bikin hidup kamu sendiri ribet, gak mau makan segala, kan kamu jadi sakit, sekarang kamu makan terus minum obat" Jaemin akan membantu Jeno untuk bangun dan duduk, tapi tangannya di tepis dengan kasar oleh Jeno.

Jaemin menghela nafas, mencoba menahan amarahnya, "sekali saja menurut sama saya Lee Jeno, ini juga demi kebaikan kamu sendiri".

Jeno tak menjawab, dia memiringkan badannya, membelakangi Jaemin, dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.

"Hahhh astaga, kenapa susah sekali menyuruhnya makan" Jaemin bergumam, menghela nafas gusar.

Tbc

NonoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang