7 - Makan Malam Terburuk

986 94 6
                                    

7 – Makan Malam Terburuk

Jika bisa, Lana tentu lebih memilih menolak acara makan malam itu. Terlebih, karena itu adalah makan malam keluarga. Karena Lana tahu lebih baik dari siapa pun, bagaimana acara makan malam seperti ini bisa menjadi acara yang paling berisik dan menyebalkan.

Sialnya, keluarga Remy sama saja seperti keluarga Lana. Mereka sama-sama banyak bicara dan suka sekali membicarakan hal tak penting seperti, di mana salon langganan Lana, di mana tempat perawatan Lana, dan hal-hal tak penting lainnya. Mereka memuji rambut Lana yang malam ini diurainya bebas.

Bukan apa-apa, Lana tak sempat menata rambutnya karena pemberitahuan mendadak Remy, jadi dia hanya mengurai rambutnya dan memilih gaun terbaiknya yang tidak akan mencolok di pesta seperti ini, tapi juga tampak cukup elegan.

Mereka terus bicara tanpa henti, bertanya tanpa henti. Bahkan sebelum Lana sempat menjawab pertanyaan itu, yang lain akan menanggapinya dengan sok tahu. Begitulah acara makan malam itu berlangsung.

Di sisi lain, Lana memperhatikan Remy yang tampak santai saja dan tak sedikit pun peduli atau ikut campur ketika Lana diberondong berbagai pertanyaan oleh kerabat-kerabatnya.

Hingga kemudian, seseorang menanyakan tentang alasan mereka tidak berlibur bulan madu. Remy yang akhirnya menjawab,

"Aku nggak punya waktu buat hal kayak gitu. Lagian, kalau aku pergi liburan, siapa yang tahu apa yang bakal terjadi sama perusahaan?"

Terdengar deheman canggung dari mana-mana. Lalu, salah seorang kerabatnya bertanya,

"Apa kamu nggak berencana punya anak? Justru ini kesempatan buat kamu bisa fokus punya anak. Setelah ini kamu pasti sibuk dan ..."

"Itu bukan hal penting buatku sekarang," sela Remy tajam. "Fokus terpentingku sekarang cuma perusahaan. Jadi, buat kalian yang masih ada di perusahaan, kalau kalian mau bertahan di perusahaan, lakukan pekerjaan kalian dengan baik."

Suasana seketika menjadi hening dan tak nyaman. Tampak wajah-wajah gusar yang tak menyembunyikan kekesalan mereka. Sebagian lagi tampak was-was. Namun, itu adalah situasi yang benar-benar tidak nyaman untuk mereka semua, termasuk Lana.

Lana bahkan tak yakin ia bisa menelan makanan dalam situasi seperti ini. Sungguh, ini adalah makan malam terburuk sepanjang sejarah hidup Lana. Dan sungguh, keluarga macam apa ini?

***

Wanita itu jelas tampak tak menikmati acara makan malam tadi. Dia tampak tak nyaman sepanjang acara. Bahkan dalam perjalanan pulang pun, dia tak mengatakan apa pun dan hanya membuang muka keluar jendela.

Neo, Remy, dan Lana, jelas bukan perpaduan yang bagus dalam satu mobil. Baik ketika mereka berangkat maupun dalam perjalanan pulang, tak satu pun dari mereka berbicara. Neo sendiri, karena dia sudah tahu ke mana tujuan mereka, dia tak bertanya.

Padahal, tadinya Remy meminta Neo mengantarkan mereka karena berharap suasana tidak akan menjadi begitu canggung dan hening seperti ini. Namun, sejak tadi Neo tak mengatakan apa pun. Dia bisa setidaknya berbicara tentang sesuatu di kantor, atau tentang siapa saja kerabat Remy yang membuat masalah dan hadir di acara makan malam tadi, tapi dia tak mengatakan apa pun. Di saat seperti ini, dia sungguh tidak berguna.

Jika tahu seperti ini, seharusnya tadi Remy mengajak Asha juga. Mungkin jika dengan Asha, karena mereka sesama wanita, Lana akan merasa sedikit lebih nyaman.

Bukan apa-apa. Remy hanya sedikit trauma karena wanita itu tiba-tiba menghilang di hotel tadi. Siapa yang tahu apa yang wanita itu pikirkan? Melihat bagaimana dia tiba-tiba menghilang, bisa saja dia benar-benar akan kabur suatu hari nanti.

Untuk itu, Remy harus melakukan sesuatu. Namun, apa yang harus ia lakukan agar wanita itu bisa merasa nyaman sebagai istrinya?

"Lana," panggil Remy kemudian.

Lana menoleh padanya, tapi tak mengatakan apa pun.

"Kamu udah punya nomor HP-ku, kan?" Remy bertanya.

Lana tak menjawab dan mengulurkan tangan tiba-tiba, membuat Remy keheranan.

"Apa? Kamu minta apa? HP-ku? Mau masukin nomor atau ..." Kalimat Remy disela jawaban Lana kemudian,

"Kartu namamu." Wanita itu menatap Remy seolah Remy bodoh karena masih menanyakan itu. "Aku nggak punya nomormu, jadi kasih aku kartu namamu. Nanti aku catat sendiri nomormu."

"Oh ..."

Remy lantas merogoh ke saku jasnya untuk mengeluarkan dompet kartu nama yang selalu ia bawa. Ia mengambil selembar kartu nama dari sana dan menyerahkannya ke tangan Lana.

Wanita itu lantas menarik tangannya yang sudah membawa kartu nama Remy dan mengeluarkan ponselnya, lalu mencatat nomor Remy berdasarkan kartu nama itu. Setelah selesai, wanita itu menoleh pada Remy dan mengulurkan kartu nama tadi kembali pada Remy.

"Ini mau kamu simpan atau dibuang aja?" tanya wanita itu.

Remy mengerjap. "Ka-kamu simpan aja ..."

"Aku udah nyimpan nomormu, jadi aku nggak butuh ini," ucap Lana.

"Oh ..."

Remy akhirnya mengambil kembali kartu namanya. Lalu, dia tercenung. Apa semua pasangan suami-istri juga melakukan hal seperti ini untuk bertukar nomor telepon?

***

A Cold MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang