5

31 3 0
                                    

"Shan?"

Shansa membuka kedua matanya secara perlahan, Ada Hendery disini. Jam sudah menunjukan pukul delapan malam, dan Shansa sedikit bingung karena ia tidak menemukan keberadaan Winwin dan Jungwoo. Apakah Winwin sudah pulang? Apa keadaannya sudah membaik kah?

"Loh, Winwin sama Jungwoo mana? Kok kamu ada disini?"

"Tadi mereka telepon aku, terus mereka langsung izin pulang pas aku Dateng kesini." Hendery mengambil segelas air putih lalu menyodorkan kearah Shansa.

"Minum dulu, biar tenang."

Shansa hanya bisa diam, ia juga tak tahu harus melakukan apa. Ia masih kaget akan kejadian sore tadi, ia merasa semuanya terlihat tidak masuk akal sekali.

"Kata Winwin kamu kena teror?"

Mendengar itu Shansa menjauhkan gelas dari bibirnya. Ia juga jadi teringat akan omongan winwin tadi sore, apa Hendery benar benar terlibat? Tapi jika dilihat dari wajahnya Hendery seperti tidak tahu apapun.

"Aku juga gatau, aku kena teror kayak gitu seudah ketemu sama Xiaojun, Der."

"Kamu ketemu Xiaojun?" Alis Hendery sedikit berjinjit.

Shansa mengangguk kecil,

"Dan aku agak sedikit aneh—" Shansa menggantung ucapannya lalu meminum segelas air putih yang masih ia genggam.

"Aneh gimana?"

"Xiaojun nyuruh aku buat jauhin kamu,"

"Terus kamu mau dengerin kata kata dia gitu?" Nada suara Hendery agak sedikit ditekan.

"Ngga ngga gitu, aku ga bakalan jauhin kamu lah. Xiajoun gapunya hak buat atur atur hidup aku lagi, dia kan bukan siapa siapa aku lagi. Dia cuma mantan dan dia gak punya hak buat atur atur aku,"

"Terus?" Tanya Hendery yang membuat Shansa menelan salivanya dengan kasar.

"Pas aku cerita ke Winwin, Winwin jadi punya pikiran kalau kamu juga ikut terlibat sama teror ini."

"Terus? Kamu percaya gitu gara gara Winwin punya kemampuan lebih di hal hal kayak gini?" Sergah Hendery dengan nada sedikit tak terima.

"Ha—"

"Jadi kamu nyangka kalo aku yang kirim teror ini ke kamu?"

"Ngg—"

"Kamu tau? Aku selama ini ga kabarin kamu karena aku urusin Yora. Yora baru aja meninggal, dan kamu nuduh aku yang kirim teror ini ke kamu?"

"Hah apa? Yora meninggal?"

"Iya, dan kamu sekarang nuduh aku yang kirim teror ini ke kamu?"

"Aku ngga nuduh kamu, aku cuma bilang apa yang Winwin ucapin doang."

"Kamu percaya gitu?"

"Aku cuma ceritain aja, aku ga ada niatan buat nuduh kamu."

Shansa menunduk, menatap tangannya yang masih memegang gelas. Hendery menghela nafasnya, ia sadar ia terlalu terbawa emosi. Beberapa detik kemudian Hendery membawa gadis itu kedalam pelukannya.

"Jangan marah ya? Aku ngga nuduh ka—"

"Udah gausah dibahas lagi," Hendery mengusap punggung Shansa dengan lembut.

"Aku sayang sama kamu, ga mungkin banget kalo aku yang lakuin teror itu." Shansa lagi lagi hanya asik diam, menatap langit malam dari balik jendela.

Kamar yang tadinya terasa panas kini mendadak berubah menjadi sangat hening.

"Ihh kamu ga mandi ya," Hendery terkekeh mencoba mencairkan suasana, Shansa melepas pelukannya.

"Ihh aku man—eh ngga deh." Shan tersenyum ketir, sedangkan Hendery sudah mengacak rambut Shan gemas.

死亡之书 [Siwang Zhi Shu] | HenderyWhere stories live. Discover now