Jika kalian mengira Karina sudah menyerah, maka salah besar. Masih dengan sedikit sisa harapan yang ia miliki, Karina kembali mendial nomor Jeno.
Kali ini Karina sudah mengisi pulsanya. Namun, meski sudah berkali-kali melakukan panggilan, tetap tidak ada jawaban. Ingin rasanya Karina mengirim ulang semua pesan berisi umpatan yang tidak terkirim tadi, agar Jeno tahu apa yang ia rasakan sekarang.
Baru ketika Karina sudah hampir muak, Jeno bersedia mengangkat panggilan teleponnya.
"Halo, Rin? Ada apa?"
"Kak Jeno, aku mau bicara."
Setelahnya, panggilan terputus begitu saja.
Karina ingin menangis saja rasanya begitu panggilan diputus sepihak. Rasanya posisi Karina saat ini begitu menyedihkan, karena hanya Karina seorang yang begitu ingin mendapatkan secuil perhatian Jeno.
Namun, beberapa menit kemudian, Jeno balik meneleponnya.
"Halo, Rin? Maaf aku baru saja selesai briefing. Kau mau bicara apa? Aku sudah ada di luar aula sekarang."
"Kenapa kau tidak mengabariku kalau ikut pertukaran pelajar?"
Jeno diam saja tanpa menjawab.
"Kau lupa sebelum ini kita pernah bicara? Kenapa tidak kau katakan hari itu?"
"Maaf, Rin, aku sungguh minta maaf."
"Aku benci sekali padamu, tahu. Kau tidak berubah. Meskipun kak Haechan sudah bicara denganmu, meskipun aku sudah bicara denganmu. Kenapa kau masih saja begini?"
"Aku tidak mengerti, Rin."
"Kau selalu saja tidak pernah menjelaskan kesalahanmu. Kau selalu lari."
"Rin, apakah aku berbuat salah padamu? Tolong katakan apa salahku. Aku tidak akan tahu kalau kau tidak mengatakannya."
Karina memijit pelipisnya. Begitu pusing.
"Kau memberikan nomorku pada Chenle dan memintaku berkenalan dengannya."
"Dia menyukaimu."
"Aku tidak menyukainya."
"Baiklah, Rin. Sekali lagi aku minta maaf. Aku harusnya tidak mencampuri urusan pribadimu."
Karina berdiri di dekat jendela kamarnya, menatap langit malam yang dipenuhi bintang.
"Aku baru saja memberimu hadiah saat itu, tapi kau justru mengenalkanku padanya. Kupikir kau menolakku."
Ada jeda sebentar sebelum Karina melanjutkan kalimatnya. Ia menarik napas dalam-dalam.
"Tapi sejujurnya aku tidak apa-apa meski kau menolakku, kak. Kau hanya perlu jujur padaku. Katakan semuanya agar aku mengerti."
Karina merasa beban berat di dadanya perlahan beterbangan dibawa angin malam, lalu ia menatap bintang-bintang yang bertaburan di langit. Karina mendadak sedih mengingat bintangnya yang bersinar paling terang tidak ada di sampingnya kini.
"Maaf, aku benar-benar minta maaf."
"Kau menyukaiku atau tidak, kak Jeno?"
"Apa?"
"Kalau kau tidak menyukaiku, sebaiknya jangan minta maaf. Aku tidak akan memaafkanmu."
Jeno tertawa lirih di seberang telepon, menertawakan kalimat Karina yang terdengar seperti merengek.
"Aku minta maaf."
"Kubilang jangan!" Ucap Karina penuh penekanan.
"Kalaupun aku menyukaimu, aku bisa apa, Rin? Banyak yang menyukaimu juga di sekitarku. Aku tidak pernah berpikir punya kesempatan lebih jauh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nomor Asing • Lee Jeno x Yoo Karina ✅
Fanfiction[Complete] Setiap kali ada nomor asing yang menghubungiku, kuharap itu dirimu. Jenrina fanfiction (Hanya cerita random) [Vote dan Comment sangat berarti untuk penulis] Storyline©starsinbottle, 2022 Started : 28 June 2022 Finished : 09 July 2022