Bab 2

209 17 1
                                    

"Jujur saja... aku takan bersimpatik atas rasa bersalahmu terhadap kematian Rin dan perubahan yang terjadi pada Obito" Naruto mengeluarkan 2 gulungan yang segera dilemparkan pada Kakashi.

Kakashi menerimanya dengan perasaan masih goyah.

"...Hanya dua pilihan, Menghentikannya atau membiarkannya berkeliaran diluar sana dan menyebarkan kebencian pada seluruh dunia!"

Kakashi menggenggam gulung dengan begitu erat. Rahangnya mengeras. Tak mungkin dia membiarkannya.

"Dan perlu kau ingat, dia lebih kuat dari yang pernah kau bayangkan!..." lanjut si pirang. "Gunakanlah gulungan itu untuk meningkatkan levelmu.. Sekalian, tolong bantu Hime-chan karena dia juga punya elemen petir sama sepertimu!"

Shizune menaikan alis saat mendengar kata Hime-chan. Sedang Kakashi segera ngangguk pelan sambil menatap 2 gulir.

Dia ingat selain Sasuke hanya Hinatalah yang mempunyai elemen petir disekitar generasinya. Itu membuatnya yakin jika Hinata sangat penting baginya.

Dan pasti sesuatu terjadi di masa depan sampai Naruto bisa memiliki Byakugan sebagai warisannya.

"Dan kau Ero-sennin" Naruto berpindah pandangan kepada gurunya yang sudah tewas di garis waktunya. "Aku yakin kau telah menemukan markas Akatsuki dan siapa saja anggotanya!"

Jiraya mengangguk tanpa bicara. Jiraya ingin mengaitkan setiap penemuannya dengan pengetahuan dari masa depan si pirang. Jadi siap mendengarkan.

"Kuharap kau tidak pergi sensei, karena terakhir kali yang kuingat, k-kau..hanya dapat mengirimkan kode pada kami tuk mengalahkan mereka!"

Jiraya tertegun. Itu berarti akhir dari perjalanan hidupnya dan dia yakin jika pirang di sana serius dengan ucapanya karena disaat pirang sedang serius, dia selalu memanggilnya dengan sensei.

"Tapi aku harus! Mereka muridku!"

Tsunade memicing atas ucapan Jiraya. Naruto terus coba mencegahnya. "Aku tahu mereka muridmu, tetapi mereka berbeda dengan yang dulu pernah kau temui. Mereka sudah berubah!"

"Jiraya, apa maksudnya dengan mereka muridmu" Tsunade menyela. Setahunya murid Jiraya kini tinggal Naruto.

"Apa kau punya murid lain??"

Kakashi dan Shizune membuat tampang serius ingin mendengarkan lebih. Di sisi lain Jiraya menghela napas akhirnya dia harus memberitahu Tsubade.

"Kau ingatkan jika aku pernah mengajar beberapa anak di Amegakure!" Tsunade mengangguk dan berkata. "...Kalau tidak salah tiga orang, -tapi bukannya mereka sudah tewas,_ karena ada komplik yang melibatkan Hanzo!"

"Tidak! Mereka masih hidup! Entah apa yang bisa membuat mereka berubah!.." Jiraya mengungkapkan. "... A-Aku ingin tahu dan aku harus menemui mereka!"

"Dan kau ingin pulang dengan namamu lagi!" ucap Naruto sakratis. Karena dia masih ingat bagaimana sakitnya ketika mendengar kabar kematiannya.

Jiraya membalas. "Setidaknya aku mati sebagai shinobi yang melindungi desa!"

"Tidak ada izin untukmu pergi Jiraya!" Tsunade berkata tegas. Naruto senang wanita tua itu setuju dengannya.

"Naruto-kun jika kau dari masa depan, bagaimana kalian menghadapinya?"

Shizune masuk pembicaraan, sekilas Kakashi meliriknya sebelum melihat Naruto lagi.

Naruto agak berat memberitahukannya, karena hal itu menghancurkan desanya lebih parah dari serangan Kyubi.

"Tentu saja bertarung!" dia memberikan jawaban bodoh. Diam dari tadi, Kakashi menghela napas sebelum bicara.

Pengganti ( Time-trevel / End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang