Sebuah Fakta

4.4K 250 3
                                    

Kemarin sore saat mereka bermain, tiba-tiba Gerald mengatakan bahwa ia ingin bersekolah. Mengingat umur Gerald sudah lima tahun, Anna jadi ingin memasukkan dia ke sekolah tk. Anna memiliki teman yang mengajar di sebuah tk, ia bisa menanyakannya nanti. Apa bisa Gerald langsung masuk ke kelompok b langsung? Anna coba tanyakan dulu.

Namun sebelum itu, ia harus mendapat persetujuan Jeremy terlebih dahulu. Anna masih menghormati Jeremy sebagai seorang suami dan kepala rumah tangga.

"Tidak bisa, aku harus segera ke kantor," jawab Jeremy datar.

Anna melirik jam tangan yang ada di pergelangan kirinya. Ia berdecak, masih pukul tujuh lebih, padahal Anna tau jam kerja kantor Jeremy jam 8. Artinya masih banyak waktu untuknya hanya sekedar berbincang sepuluh menit saja dengan Anna.

"Oh ayolah ini masih sangat pagi Jer, hanya sebentar. Aku hanya butuh waktu sepuluh menit saja tidak lama,"

"Dua menit," ujar Jeremy sambil menyendokkan nasi ke dalam mulut.

Anna mendelik, dua menit dari banyaknya waktu yang pria itu berikan. Anna mengenggam erat garpu dan pisau makannya, ingin sekali Anna lempar ke wajah Jeremy. Laki-laki itu benar-benar angkuh, semakin benci saja Anna kepadanya.

"Bagaimana kalau lima menit?" tawar Anna. Ia mencoba mengalah meski hatinya sudah tumbuh rasa ingin mencakar Jeremy.

"dua menit," Jeremy mempertahankan jawabannya.

Benar-benar pria egois yang menjengkelkan. Anna menghembuskan nafasnya pelan, masalahnya apa yang bisa ia bicarakan dalam waktu singkat itu? Apa perlu Anna membayar permenitnya bila ingin mengobrol dengan Jeremy?

"Hanya dua menit?" Anna memastikan.

"dua menit atau tidak sama sekali!" tegasnya.

Anna memutar bola matanya kesal namun tidak ada yang bisa Anna perbuat selain menuruti laki-laki brengsek itu, daripada Jeremy tidak memberinya kesempatan berbicara. Anna lakukan ini demi Gerald, "Baiklah."

Setelah makan, Jeremy terlebih dahulu pergi ke ruang tengah kemudian Anna menyusulnya. Karena Jeremy hanya memberikan waktu dua menit, Anna langsung mengutarakan hal apa yang akan ia bicarakan.

"Berhubung umur Gerald sudah genap lima tahun, bagaimana kalau dia kita daftarkan ke sekolah? Gerald juga butuh interaksi dengan teman-teman sebayanya," kata Anna to the point. Sebenarnya Anna sedikit cemas Jeremy tidak setuju dengan niatnya. "Aku punya teman seorang guru taman kanak-kanak, kurasa dia bisa membantu jika kau mengizinkan Gerald sekolah."

Jeremy mendengarkan wanita di depannya yang sedang berbicara panjang lebar, "Terserah kau saja." jawabnya datar.

Anna mengepalkan tangannya erat-erat, rasanya ingin ia hantamkan saja. Namun Anna menahannya, bisa-bisa ia habis di tangan Jeremy. Anna berpura-pura tersenyum di depan Jeremy, "Apa kau setuju?"

Jeremy berdiri dari duduknya, mengangkat sebelah alisnya, "Apa kau tuli?"

"Sabar Anna, sabar!" batin Anna. Ia hanya bisa mengelus dadanya sabar.

"Aku tidak banyak waktu lagi, kalau hanya ini yang ingin kau katakan. Aku akan pergi sekarang," Tanpa menunggu jawaban Anna pria tersebut melenggang pergi.

Anna melambaikan tangannya sebagai formalitas saja, "Ya. Hati-hati di jalan Jeremy!" Teriak Anna yang masih bisa di dengar Jeremy. Namun Jeremy sama sekali tidak menggubrisnya.

"Awas kau kena sial, dasar muka datar!" lirih Anna menyumpahi Jeremy.

Lebih baik Anna kembali ke kamarnya, melihat putranya apakah Gerald sudah bangun. Pasalnya Anna sengaja tidak membangunkan bocah tersebut. Anna membiarkan Gerald tertidur, karena Anna tidak tega. Keliatannya ini adalah tidur ternyenyak Gerald, terlihat sangat jelas di wajah damai bocah itu.

Perfect Duda (On Going)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant