Lintas Impian - 8

30 14 1
                                    

Berdasarkan alamat yang dikirimkan oleh Morena, Geisha memberhentikan laju motornya tepat di depan sebuah rumah bercat hijau tosca

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Berdasarkan alamat yang dikirimkan oleh Morena, Geisha memberhentikan laju motornya tepat di depan sebuah rumah bercat hijau tosca. Geisha melepaskan helm dan meletakkannya di atas kaca spion lantas membetulkan pakaiannya. Sebelum masuk ke tempat les persiapan UTBK yang dikatakan oleh Morena, Geisha terlebih dahulu membaui baju dengan sablon tulisan nama toko tempat dia bekerja itu. Istilahnya, itu ialah seragam kerjanya.

Geisha belum sempat pulang ke rumah untuk mandi dan berganti pakaian. Bahkan, untuk pulang makan saja, dia tidak sempat. Sebab, dia bisa saja terlambat jika harus pulang ke rumah terlebih dahulu, mengingat waktu jeda antara jam pulang kerja dan mulainya les hanya setengah jam, ditambah lagi tempat les dan rumahnya yang berlawanan arah. Alhasil, Geisha makan di rumah makan di pinggir jalan. Meski sebenarnya lidahnya lebih cocok dengan masakan khas rumah alias masakan mamanya, namun mau tak mau, Geisha harus makan di pinggir jalan itu, daripada dia tidak makan sama sekali.

Saat memasuki ruang tamu yang sepertinya telah disulap menjadi tempat les di rumah itu, pemandangan pertama kali yang Geisha lihat adalah sekumpulan anak-anak ambis dengan buku yang ada di hadapan masing-masing dari mereka. Kacamata yang ebrtengger di hidung beberapa dari mereka seakan menambah aura-aura pintar di dalam diri mereka. Geisha merasa seperti rumput liar di tengah-tengah taman bunga. Tidak ada harga dirinya. Namun, Geisha mencona untuk tidak menghiraukan semua itu.

Ada kurang lebih 20 meja dan kursi yang tersedia di sana. Geisha memilih untuk duduk di kursi barisan tengah. Tidak terlalu depan untuk dikatakan ambis, dan tidak terlalu terbelakang untuk dikatakan suram. Beberapa menit berlalu begitu saja hingga seorang pria yang Geisha tebak berusia 30an tahun itu keluar dari dalam dan berdiri di hadapan Geisha—beserta kurang lebih 10 orang temannya yang lain. Sepertinya, pria itu ialah tutor dari les ini.

“Selamat sore semuanya. Saya harap, semuanya masih bersemangat untuk mengikuti les ini. Karena, seperti yang pernah saya sampaikan di awal, yang paling diperlukan di sini ialah tekad dan keyakinan untuk bisa terus melangkah.”

Kalimat yang dilontarkan oleh tutor yang ada di depan benar-benar tepat sasaran bagi Geisha. 2 hal yang sangat dia perlukan sekarang ini ialah tekad dan keyakinan. Keyakinan bahwa pilihan yang dia ambil ialah pilihan yang paling tepat.

“Siap, Sir.”

Geisha mengangguk paham. “Sir” adalah panggilan untuk pria itu.

“Saya sepertinya melihat ada wajah baru di kelas ini. Bukan begitu, Nona manis?”

Geisha melirik ke sekitarnya guna memastikan bila bukan dirinya yang dipanggil dengan sebutan “nona manis”. Tapi, sepertinya, itu memang panggilan untuknya. Sebab, setiap pasang mata yang ada di kelas itu memandang ke arahnya.

“Saya, Sir?” Geisha menunjuk ke dirinya sendiri.

Yes, you are. Siapa namamu?”

Geisha berdeham sejenak, sebelum memperkenalkan dirinya. “Nama saya Geisha Nediva. Biasa dipanggil Geisha, Sir.”

Lintas Impian [ Completed ✔ ]Where stories live. Discover now