، ✷ ⸒: Hampa [9] !

1.1K 126 0
                                    

      Suasana di apartemen renatha cukup sepi, dan berita meninggalnya Renatha membuat apartemen tersebut hanya dirawat oleh keluarga pak Yusuf.

Sudah 10 hari sejak meninggalnya Renatha,  Jessica dan Jeno tak pernah bertatap muka lagi,  hp mereka pun sama sama tak aktif.

Dan mereka izin kepada pihak kampus untuk libur beberapa hari lagi,  untung saja pihak kampus memahami alasan mereka berdua.

Jessica sama seperti Jeno,  mereka sama sama tak nafsu makan,  sering di kamar,  dan malam kadang menangis di balkon rumah masing masing.

Pihak keluarga mereka berdua pun iba,  mereka tahu yang paling merasa kehilangan sosok manis seperti Renatha itu Jeno dan Jessica.

Saat ini sudah pukul 20.00 wib,  bunda Wina membuka pintu kamar anak sulung nya dengan perlahan.

Ia membuka pintu menggunakan kunci cadangan,  karna ia tahu sang anak pasti mengunci pintu kamarnya dari dalam.

Setelah masuk kedalam kamar sang putri,  manik bunda Wina mengedar ke segala penjuru kamar, 

Manik nya menangkap sosok putri nya yang duduk di kursi dekat balkon sembari menyembunyikan wajahnya di lipatan tanganya di meja .

Wina meletakkan makanan yang ia bawa di nakas kamar lalu ia berjalan menghampiri putri nya,  lalu menepuk perlahan bahu bergetar sang putri yang ia ketahui saat ini sedang menangis

" Nana...  " ujarnya pelan

Jessica mendongak lantas beringsut memeluk erat tubuh sang ibu,  ia menyembunyikan wajahnya di dada sang ibu.

Wina hanya menghela nafas lantas mengelus perlahan surai panjang berwarna dark brown milik sang anak.

" ayo makan, kamu gamakan siang tuh makan siangnya dianggurin " bujuk Wina perlahan.

Jessica menggelengkan kepalanya perlahan.

" ga laper bunda..  " ujar nya pelan

Wina menghela nafas lantas memegang bahu sang anak.

" listen,  ini bukan kesalahan kamu bukan pula kesalahan Jeno ini murni dari takdir yang diatas,  kita sebagai manusia cuma bisa pasrah sama kehendak yang diatas,  sedih boleh tapi jangan keterusan paham?  " ujar Wina.

Jessica hanya mengangguk , Wina tersenyum lantas mengecup pipi gembil putrinya  , ia pun beranjak sembari menarik perlahan tangan Jessica.

Jessica hanya mengikuti langkah sang ibu

Wina mendudukkan Jessica perlahan di sofa disana lantas mengambil makanan serta segelas air lalu berjalan ke arah Jessica.

Setelah duduk,  bunda Wina pun mulai menyuapi Jessica

Untungnya Jessica mau memakan sedikit demi sedikit

Saat suapan terakhir Wina tersenyum lantas mengusap pinggiran bibir Jessica yang terdapat sisa bubur menggunakan tissue.

Sebelum beranjak,  bunda Wina mengelus perlahan surai milik anaknya lantas berkata ;

" jangan sedih terus ya nak,  hati ayah sama bunda sakit liatnya sayang " ujar bunda Wina diangguki oleh Jessica.

" maafin jessica ya bunda " ujarnya lalu memeluk erat tubuh ibunya

" yaudah sekarang princess bobo, katanya mau kuliah " ujar bunda Wina tersenyum

" iya bunda "

Jessica melepaskan pelukannya dari tubuh sang ibu lalu menidurkan tubuh nya di kasur miliknya.

Bunda wina menarik selimut milik jessica lalu menyelimuti tubuh sang putri hingga ke bahu.

Ia mengecup pipi dan pelipis sang anak dan menghidupkan  lampu tidur lantas mematikan lampu ruangan,  ia beranjak sembari membawa bekas makanan tadi keluar.

" Nana , setetes air mata kamu sama dengan gagalnya ayah dan ibu membahagiakan mu, jangan pernah menangis sedih sayang, menangis bahagia lah walau nanti nyawa kami berdua menjadi alasan kamu bahagia.  Buna sayang Nana,  jangan nangis lagi buna mohon. " ujar bunda wina lalu beranjak ke arah pintu kamar dan menutup pintu bercat biru dan putih secara perlahan

Tanpa bunda wina tahu jessica menangis dalam diam.



.
.
.
.














    Di sebuah rumah mewah ada sosok laki laki yang termenung di balkon kamarnya sampai tak menyadari sang ayah duduk disamping dan menepuk bahunya membuat sang empu terkejut

" Nono " ujar pria dewasa tersebut 

Remaja yang dipanggil ' Nono ' tersebut tanpa sadar meneteskan air mata nya

Nama kecilnya,  dimana ia selalu berlindung di balik tubuh tegap sang ayah yang selama hidupnya ia kagumi

" Daddy..  Hiks " ujar jeno menangis keras di pelukan sang ayah

Jergaza,  ayah dari Jeno anak pertama nya dengan Rembulan,  tumbuh menjadi pria cuek jika di luar tapi manja jika berada di rumah

" Nono,  Nono udah besar,  udah ga sering ngambek gara gara bumblebee nya mas Malve pinjem,  udah ga nangis lagi kalo Daddy tinggal dinas luar kota atau luar negeri " ujar daddy Je ke Jeno

" kapan ya terakhir daddy lihat kamu nangis " tanya daddy Je dijawab gelengan sang anak membuat sang ayah gemas akan tingkah putranya yang sangat menggemaskan

" sedih boleh tapi jangan keterusan " ujar daddy Je

" daddy tahu kamu ngerasa kehilangan,  tapi coba liat Jessi dia lebih ngerasa kehilangan.  " ujarnya

Jeno hanya menunduk sesekali berguman tak jelas

" udah malem,  ayo tidur besok kamu mulai kuliah " ajak daddy Je diangguki Jeno.

Mereka pun mulai masuk kedalam kamar dan menutup pintu balkon kamar dan menurunkan gorden.


CHAPTER 9, FINAL!

FRIENDZONE | NOMIN GS [√]Where stories live. Discover now