City of love ; Sequel Part.3

263 37 22
                                    

      Ku fikir lembar cerita perihal kau dan aku sudah tidak akan pernah terbuka lagi. Sebab tidak lagi ada alasan untuk kisah kita tetap berjalan. Segalanya telah usai sebagai satu kesalahan yang  patutnya tidak terjadi. Tapi alur itu masih terus berjalan meski tidak aku harapi.

"Dante Kim."

"Kau masih mengingatku." Pria pemilik senyum kotak  itu terlihat merasa lega karena aku masih mengenalinya.

"Hm. Kau juga."

         Juga, aku fikir degup itu tidak akan pernah lagi kurasakan, tapi serupa sebuah jam rusak yang kembali berputar secara tak terduga. Detak itu kembali mendebarkan irama yang sama seperti saat kali pertama aku menatapi sepasang netra indah pria bernama Dante tersebut.

"Kau bekerja di sini?"

         Aku dan Dante duduk berhadapan di satu meja ditemani secangkir americano yang asapnya masih mengepul dari permukaan cangkir. Memulai dengan begitu canggung. Jangan tanya lagi mengapa keadaan kami begitu.

"Toko ini milikku." Dante terlihat sedikit terkejut mengetahuinya. Sudut bibirnya kemudian melengkung menyuguh senyuman yang sulit untuk aku artikan.

"Dulu kau selalu sibuk mengagumi setiap dessert yang kita cicipi setiap kali mengelilingi toko di sekitar pusat kota. Rupanya ini tujuanmu, baker?"

"Bisa dibilang begitu. Aku double degree chef pasta dan pastry."

"Ah, aku tidak tahu." Dante menyesap kopinya sambil sesekali melempar pandangan ke luar jendela. Memperhatikan pejalan kaki dan kendaraan lalu-lalang. Dia tidak banyak berubah hanya sorot matanya tidak secerah dahulu. Entah apa kabarnya selama delapan tahun terakhir ini.

"Sepertinya dulu aku lupa menceritakan soal pendidikanku." Sambungku kembali menghidupkan pembicaraan.

"Bagaimana kabarmu belakangan ini?" tanya kami serempak.

"Kau duluan." tawarku.

"Aku bercerai." ucap Dante yang membuatku sedikit terkejut. Tidak ku sangka ia akan mengatakan itu. Apa ia melakukan kesalahan yang sama lagi? Maaf saja jika fikiranku buruk. Kau tau? Orang berkata jika sekali mendua tidak menutup kemungkinan orang itu akan mengulangi kembali. Dan ya. Aku kira bisa saja bukan pria ini melakukan itu. Tapi ternyata dugaanku salah.

"Kau baik-baik saja?"

"Tidak masalah. Itu terjadi sekitar 2 tahun lalu. Aku baru mengetahui jika ia mengkhianatiku. Aku sibuk bekerja sementara ia sibuk bercinta, menghabiskan uangku untuk membiayai kekasihnya dibelakangku."

"That's tragic."

"Aku pantas mendapatkannya."

"Yah, kau benar." timpalku menyetujui. Apa aku terlalu kejam? Jawaban itu terlontar begitu saja dari mulutku. Niatnya hanya bercanda tapi tampaknya aku salah pilih.

"Itu menyakitkan saat kau membenarkan. Tapi aku tidak bisa membela diri juga." Dante kembali menyesap perlahan kopinya yang sudah hampir tersisa setengah dari cangkir.

      Aku masih sibuk memperhatikan sosok jangkung nan duduk di hadapanku ini. Menemukannya kembali seperti ini, tepat di hadapanku. Dahulu aku selalu berfikir akan bagaimana jika kami bertemu lagi. Apa aku akan memaki? Atau setidaknya bersikap dingin seperti terakhir kali? Tapi kenyataannya aku justru kehilangan kata. Tidak ada lagi amarah atau kekecewaan. Waktu barangkali benar telah mengubur segala kecewaku. Atau sebab alasan lainnya?

"Kau belum menjawab pertanyaanku. Bagaimana kabarmu?"

"Mommy,-...." Bola mataku langsung berotasi ke sumber suara. Sesekali melirik ke arah Dante yang tampak terkejut.

*****

Dante Kim Pov

      Lara Chou. Wanita yang selalu menjadi bayang-bayang nan menghantuiku selama ini tengah berada di hadapanku. Aku tidak pernah berhasil menemukan dia saat dulu masih mencoba mencari. Tidak disangka malah menemukannya semudah ini. Kebetulan yang sungguh mengejutkan. Ia masih tetap cantik seperti dalam ingatanku. Tubuh Lara kini sedikit lebih berisi meski wajahnya masih tampak tirus. Terlihat lebih baik. Membuatku bersyukur menyadari ia baik-baik saja.

       Aku baru akan bertanya bagaimana ia menjalani hari-harinya sejak kami terpisah sebelum sebuah suara menginterupsi percakapan kami. Seorang anak kecil berteriak memanggil sang ibu. Tapi bukan itu yang membuat aku heran. Anak itu berlari ke arah Lara. Lara Chou, dia seorang ibu? Dia sudah menikah?

"Siapa?"

      Pertanyaan bodoh. Bagaimana bisa aku mengatakan itu ketika sudah jelas mendengar anak itu menyebutnya mommy.

"Dia Putraku."

Putra? Dante. Apa yang membuatmu begitu terkejut? Bukankah itu hal yang wajar. Sudah delapan tahun berlalu. Jelas saja dia sudah menikah dan menjadi seorang ibu. Ku tarik sudut bibirku mengulas senyum tipis mencoba terlihat seramah mungkin. Anak kecil itu tengah menatap ke arahku. Aku tidak tahu pasti berapa usianya, mungkin sekitar 5 tahun. Ia memiliki rambut hitam sama seperti Lara. Hidung kecil mancung dan sepasang mata yang sedikit sipit tapi memiliki iris coklat gelap yang besar.

"Halo." sapaku namun ia menoleh ke arah Lara seperti tengah meminta penjelasan.

"Ucapkan salam pada teman mommy." Anak itu melirik ke arahku, melangkah mendekat kemudian mengulurkan tangannya tanpa ragu.

"Hello. Im Orion." ucapnya percaya diri. Ku rasa aku tidak perlu heran darimana ia dapat kepercayaan diri seperti itu. Terlihat seperti seseorang.

"Nice to meet you, Orion. Aku Dante Kim." Selagi aku menjabat tangan mungil Orion. Seorang pria berjalan ke arah kami sembari berceloteh perihal jalanan yang ia lalui.

"Maaf, kami terlambat. Tadi lumayan macet, juga Orion ingin aku mampir ke toko alat tulis sebelum kemari. Jadi, aku-....." kalimat pria itu terpotong begitu menyadari keberadaanku. Keningnya berkerut heran, sementara wajahnya tampak bingung harus mengatakan apa.

"Sepertinya kau sedang ada tamu. Aku akan membawa Orion jika kau ingin." ucapnya pada Lara.

"Eum. Tolong bermain bersamanya sebentar ya."

Melihat kedekatan keduanya. Ku tebak ia pastilah suami Lara. Pria beruntung yang berhasil mendapatkannya. Sesuatu di hatiku terasa tak benar. Apa aku kecewa? Tidak. Seharusnya aku bahagia Lara menemukan seseorang yang bisa membahagiakan dirinya. Ia tidak membenciku hingga saat ini saja sepatutnya aku bersyukur bukan malah mengharapkan hal lain.

Jika saja saat itu Cecilia belum ada dalam hidupku. Mungkinkah aku yang akan ada di posisi pria itu? Jika saja kita yang ditakdirkan bersama.
Dante Kim. Sadarlah! Apa hakmu memiliki bayangan serupa itu?

tbc

___________________
___________________________________

Introducing our new character. Kenalannya next chapter yaa (. ❛ ᴗ ❛.)

Thanks buat yang masih setia baca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Thanks buat yang masih setia baca. Sorry kalau updatenya lumayan lama and ga begitu panjang. Tinggalkan jejak, kritik dan masukan kalian ya readers. See you next chapt

AdoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang