40~Ending

881 66 33
                                    

"Akhir yang terpilih bagaimana kedepannya biar waktu yang menjawab"

_Raka Derana Kanagara_






Happy Reading

***






Suara decitan roda-roda brankar mengiring langkah, lalu-lalang umat manusia sibuk dengan urusan masing-masing.

Ragu pijak langkah menapak, di depan ruang rawat VIV dirinya berdiri antara melangkah masuk atau berbalik badan mengurungkan niat.

Tapi terlanjur berucap selayaknya sebuah janji yang harus ditepati sebab tak mau sama seperti mereka yang senantiasa ingkar.

Menoleh pada seorang laki-laki yang menepuk-nepuk pundaknya, berdecak kesal saat Riki mengangguk tanpa beban. Sementara ia yang harus menghadapi sepasang orang dewasa di dalam sana, menyebalkan.

"Diam di sini, lo berdua berani ikut masuk gue pergi saat itu juga" pesan Raka.

Memantapkan hati mendorong daun pintu mengantar raga itu masuk, apa yang akan ia ucap, apa reaksi kedua 'orang tua' ia tidak tau. Sungguh canggung berhadapan dengan orang yang dihindari.

"Raka" lirih wanita yang terbaring di atas ranjang pesakitan.

Mata itu tampak berkaca-kaca pun dengan pria yang kini menatap penuh rindu, ini bukan mimpi kan. Raka nya di sini, kembali bersama mereka.

Menghela napas panjang Raka mengikis jarak, memperhatikan kondisi fisik ibunya yang memprihatinkan begitu pula pria yang selalu berbicara tegas padannya kini tampak kurang terurus.

"Gimana? udah mendingan?" tanya Raka datar.

Mila hanya terdiam dengan tatapan penuh harap, Raka tak terlalu menanggapi.

"Semoga cepat sembuh" ucap Raka sebiasa mungkin.

Remaja itu membalikkan badan hendak pergi, ia tidak ingin berlama-lama berdekatan dengan mereka. Walaupun ada rasa iba menyeruak tanpa diminta.

"Raka jangan pergi" cegah Mila sendu.

Bagaimana mungkin anak itu pergi lagi, bahkan belum ada 5 menit di pertemuan mereka.

Menghentikan langkah sejenak sebelum kembali melangkah menjauh, tujuannya kesini hanya untuk melihat saja seperti permintaan Riki.

"Raka maafkan ayah nak, tetaplah di sini" Cegah Fahri mencekal lengan putranya.

Berbalik badan menatap nyalang pria yang berstatus ayahnya meski bukan ayah kandung.

"Ayah...... ayah sadar sulit bagi kamu memaafkan segalanya, tapi bolehkah ayah menerima kesempatan terakhir Rak. Ayah janji kali ini akan memperbaiki semuanya, ayah akan menjadi sosok orang tua yang baik seperti yang kamu inginkan" ucap Fahri penuh harap.

Tidak menutup kemungkinan Raka mau memberikan setitik kesempatan mengembalikan gelas yang pecah utuh seperti semula. Hal yang paling ia harapkan hanyalah kesempatan terakhir.

"Apa yang ingin di benahi? Kita terikat di dalam ruang sesak menyakitkan, akan lebih baik jika kita saling berjauhan karena jika dipaksakan untuk menetap justru akan lebih saling menyakiti" ujar Raka melepas cekalan sang ayah.

"Puluhan kesempatan pun tidak akan bisa memperbaiki sesuatu yang terlanjur rusak, lapuk bahkan berkarat." Fahri menunduk dengan netra berkaca-kaca, tidak ada lagi ego atau kesombongan yang ia tampakkan.

I'm Still Hurt Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang