Teman Cintaku

90 7 0
                                    

Tap tap tap ...

Suara derap langkah dua insan yang sedang berjalan menyusuri susunan tangga membuat Dita seketika memegang pergelangan tangan Gusti.

Pasalnya mata Dita tertutup rapat oleh sehelai kain kecil semenjak Gusti mengajak Dita untuk pergi.

Kedua anaknya sudah terlebih dahulu pergi mendahului kedua orang tuanya.

🎶Bahagianya diriku telah milikimu
Tak pernah ku meragu
Tak lagi ku mencari cinta selainmu
Takkan kutinggalkan kamu
Jika ku dapat menata jalanku
Kuingin kau selamanya denganku🎶

Alunan nada-nada piano yang teramat merdu seketika menusuk rungu Dita. Ia tak dapat melihat, namun indra pendengarannya mampu menangkap suara merdu dari instrument musik yang sedang dimainkan oleh seseorang.

"Mas, kita mau ke mana?" tanya Dita seraya tangannya tak pernah terlepas dari genggaman tangan suaminya.

"Ikutin langkah aku aja ya."

"Ya tapi ini mau ke mana dulu?" sela Dita.

"Nanti aku kasih aba-aba."

Dita menggerutu sebal. "Kamu tuh jangan main rahasia-rahasia gitu deh. Langsung aja ngomong mas."

Gusti berdecak gemas. "Sabar dulu."

🎶Engkau wanita tercantikku
Kuingin kau tahu
Maukah kau jadi teman cintaku
Tak akan ku mencari cinta selainmu
Takkan kutinggalkan kamu
Jika ku dapat menata jalanku (menata jalanku)
Kuingin kau selamanya denganku🎶

"Dalam hitungan tiga sampai satu, kamu boleh buka kain penutup matanya," titah Gusti pada Dita.

Dita hanya mengangguk pasrah karena matanya sudah terasa pegal.

Gusti memulai hitung mundur. Gusti merasa jantungnya berdebar tidak karuan. Pasalnya ia menyiapkan semua ini serba mendadak.

Kalau saja Dita saat itu tidak mengirimkan foto dirinya dengan bunga, mungkin saja Gusti akan lupa.

Jika mengingat hal itu membuat Gusti seketika meringis saat kilas balik memori mengerikan itu terjadi selama dua bulan ini.

Gusti bersyukur masih dikelilingi oleh orang baik yang secara sukarela membantunya tanpa pamrih.

Meski Gusti tahu bahwa dirinya pun perlahan-lahan mengikhlaskan semuanya dan ia berniat untuk memulai lagi dari awal.

"Tiga."

"Dua."

Dita semakin mengeratkan genggamannya. Hati dan pikirannya berkelana atas apa yang akan Gusti berikan kepadanya.

Sedari awal ia tidak ingin berharap bahwa Gusti akan memberikan sesuai keinginannya. Apalagi semenjak mengetahui Gusti baru saja terkena musibah, semakin diurungkan kembali niatnya.

Dita berpikir yang terpenting adalah dirinya bisa kembali bersama dengan suaminya. Itu saja sudah cukup. Melihat suaminya berada di sisinya dan tidak akan pernah meninggalkannya lagi, membuat Dita selalu bersyukur atas apa yang Tuhan kasih untuk keluarganya.

"Siap?" tanya Gusti memastikan. Ia memandangi wajah cantik istrinya yang pada hari ini mengenakan baju yang senada dengan dirinya.

Dita mengangguk. "Siap tapi deg-degan juga."

Gusti terkekeh geli saat melihat bibir Dita mulai mengerucut gemas.

"Sa..."

Gusti sengaja bermain-main dengan istrinya. Ia hanya ingin melihat wajah menggemaskan yang selama ini ia rindukan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 10, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Teman Cintaku Where stories live. Discover now