#9 Hampir Saja

45 8 0
                                    

Sebenarnya belum mau update

Tapi daripada kelamaan, update deh 😂

Selamat membaca, maaf kalau part nya agak gimana gitu...
_________________________________________

Teriakan anak laki-laki mengudara di pinggir pantai, ditemani langkah riangnya di sepanjang garis pantai. Ombak kecil beberapa kali menyapu kaki kecilnya, meninggalkan jejak buih putih di sana.

Takahiro berlari kencang, sesekali melihat ke belakang. Melonggarkan tenggorokannya dengan nada tinggi saat pria datar itu mengejarnya. Di sisi lain, pria yang surainya menyatu dengan senja tampak berdiri santai di bawah pohon.

"Tolong!!" teriaknya semakin menggila.

Akutagawa hampir berhasil meraih lengan kecil Takahiro, tapi permukaan kulit Takahiro sangat licin seperti lilin. Akutagawa berdecak, Takahiro sangat sulit digapai seperti Dazai Osamu—ayah bocah itu.

"Payah sekali!!" Chuuya berteriak dari tempatnya berdiri. Ia jadi geram sendiri saat Akutagawa gagal menangkap Takahiro. "Larimu masih saja lambat, Akutagawa!!"

"Bantulah aku, Chuuya-san!!"

Kepala Chuuya langsung menggeleng, ia lebih senang berantai ketimbang menguras hidupnya mengurusi anak Dazai. Maka itu, Chuuya langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Oji-!"

"Taka-kun!!"

Baru saja Chuuya melihat sekumpulan burung dara terbang melewatinya. Sampai suara Akutagawa yang meneriaki nama Takahiro langsung membuatnya menoleh. Iris matanya melebar, detak jantungnya saja sempat berhenti untuk sesaat.

"Taka-kun!!" Chuuya berlari kencang mendekat, wajahnya memasang ekspresi panik.

Akutagawa berdecak kesal, ia tidak memakai jas hitamnya, rashomon miliknya jadi tidak bisa keluar. Berlari sekuat tenaga sampai akhirnya bisa meraih tubuh malang Takahiro.

"Uhuk...hhhahh..."

Tubuh Takahiro basah kuyup karena tadi ia termakan ombak besar. Tanpa sengaja ia berlari mendekati air laut, sampai ombak besar bisa menjangkaunya. Takahiro memeluk erat Akutagawa, nafasnya masih terputus-putus.

"Bagaimana bisa?!" tanya Chuuya panik, hampir saja ia diamuk masa oleh Yuko.

"Dia jatuh dan ombak besar datang," jelas Akutagawa sekenanya. Tangan kanannya menepuk pelan punggung kecil Takahiro, sementara tangan yang lain menggendong bocah itu. "Semuanya sudah aman, jangan takut..."

Takahiro masih terkejut, ia masih ingat dengan jelas bagaimana jantungnya gagal bekerja, paru-parunya berhenti memompa udara masuk—keluar. Saat jatuh, tiba-tiba saja Takahiro merasa mati, apalagi air laut yang agak asin membuat matanya tidak bisa terbuka.

"Taka-kun, masih kesulitan bernapas?"

Takahiro menggeleng dalam pelukan Akutagawa, menyembunyikan wajahnya sedalam mungkin. Ia masih terlalu takut untuk melihat langit cerah.

Chuuya bernapas lega, jawaban Takahiro cukup menenangkan meski hanya gelengan pelan. "Kalian jadi basah kuyup."

Sejenak Akutagawa menunduk, memperhatikan kemejanya. Basah. Itupun karena ia memeluk tubuh basah kuyup Takahiro. Akutagawa menghela nafas, lalu melirik langit senja sebentar setelahnya menatap Chuuya.

"Apa kita pulang saja?"

"Entahlah, dua orang itu belum ada menghubungiku." Chuuya merogoh kantong celananya, mengambil ponsel. Tidak ada panggilan dari orang tua Takahiro, yang ada pesan singkat yang dikirimkan oleh Kouyou. "Malah Ane-san yang mengirim pesan, ia menyuruhku kembali karena ada rapat."

Hazelnut (Red-Blue #2)Where stories live. Discover now