Part 5 - Permintaan Tak Dinyana

5.5K 328 5
                                    

Cinta bisa dicari kembali, tapi sahabat seperti dia tidak mesti ada lagi.

Itulah yang selalu Rahma tanamkan dalam hati. Karena dia punya seorang sahabat yang memiliki selera yang persis dengannya hingga dia berpikir tidak akan merusak persahabatan mereka hanya demi cinta.

"Din, kita tuh punya selera mirip. Gimana kalau suatu saat kita menyukai laki-laki yang sama?" ujarnya suatu ketika pada Dinar.

"Gampang lah. Aku tinggal ngalah. Lagian, cowok itu di dunia ini gak cuma satu, Ra. Kenapa harus rebutan coba? Laki-laki kan bisa dicari lagi, tapi sahabat itu gak mesti."

"Tapi, kalau kayak gitu, aku jadi nyakitin kamu dong. Aku gak mau. Jadi, aku juga bakal tinggalin laki-laki itu dan cari yang lain juga."

Dinar hanya tertawa, sementara Rahma meringis.

Dia berpikir, hal yang biasa terjadi di film tidak akan dia alami dalam kehidupan nyata persahabatannya. Namun, pada akhirnya ... apa yang pernah dia bayangkan sekelebat justru menjadi kenyataan. Dan saat dia tahu, semuanya sudah terlambat.

Waktu itu, pernikahannya dengan Fatih sudah berjalan satu setengah tahun dan dia mengandung untuk pertama kalinya.

"Mas, Dinar Azzahra kamu mengenalnya, kan? Dia pindah ke sini pas masuk tsanawy setelah ibunya meninggal dan sekarang ayahnya udah menikah lagi? Dia juga punya adik laki-laki satu yang dulu sakit-sakitan."

"Kenapa tiba-tiba nanyain itu, Dek? Kita sepakat buat gak bahas masa lalu. Lagian kamu sekarang udah hamil, gak usah mikir aneh-aneh. Aku udah ngelupain dia sepenuhnya. Yang ada di pikiranku sekarang cuma kamu sama anak kita."

"Mas, Dinar itu ... Dinar itu Dindin ..."

Suara Rahma bergetar kecil. Saat Fatih memperhatikannya, matanya sudah berkaca dan tangannya gemetar.

"Dindin gak-Dinar itu sahabat baik aku, yang selalu aku ceritain ke kamu, yang selalu nyuruh aku buat sabar, yang ngasih cara-cara supaya aku bisa deket sama kamu dan bikin kamu jatuh cinta sama aku. Ternyata ... dia itu kekasihmu! Ternyata ... selama ini aku-aku-aku ngeluhin laki-laki yang aku rebut dari dia, Mas.

"Allah ... Ya Allah, aku bener-bener buruk. Aku yang terburuk, Mas. Bisa-bisanya selama ini aku gak tahu? Bisa-bisanya selama ini aku gak curiga sama sekali? Padahal, saran yang dia kasih selalu pas sama seleramu. Kenapa aku gak berpikir sejauh itu?

"Hiks, hiks, aku udah nyakitin Dinar, Mas. Aku udah nyakitin sahabat baikku selama ini dan dia justru dukung aku. Allah ... sebenarnya apa yang dia pikirkan? Bukannya dia bakal cuma menderita? Kenapa dia sama sekali gak bilang apa-apa? Allah ... ini salahku. Kenapa aku gak pernah tanya siapa sebenarnya laki-laki yang dia suka yang katanya kejebak sama perjodohan itu. Bener-bener bodoh. Aku bodoh, Mas ... Aku bodoh ..."

"Istighfar, Ra. Istighfar ... kamu gak bodoh, kamu juga gak salah. Ini pilihan Dinar sendiri dan ini juga salahnya sendiri. Kalau emang yang dia rasain ke aku itu cinta, dia gak akan ninggalin aku cuma demi uang! Udah, jangan dipikirkan! Aku udah gak ada rasa apa-apa lagi sama dia! Kamu tenang ya, kasihan dedek yang ada di dalem."

Ketika itu, perasaan bersalah yang amat besar membuat Rahma tidak bisa mengontrol diri hingga dia jatuh sakit dan akhirnya keguguran. Bersamaan dengan itu, Dinar yang sudah susah dihubungi sejak awal menjadi sama sekali tak bisa dikontak. Walaupun dia memohon pada Fatih untuk mencari Dinar, mereka tetap tidak bisa bertemu.

Hari-hari berlalu, Rahma hidup dalam penyesalan dan kesedihan. Anehnya, saat dia sudah tidak peduli lagi dengan Fatih, suaminya yang berganti mengejarnya.

Dinar : Telaga KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang