⚠️ [25] HI PAPA

23.1K 3K 532
                                    

-HI PAPA-

TAK terasa hari sudah Senin lagi, hingga Meyra harus menyiapkan segala keperluannya dan juga keperluan anaknya untuk bersekolah. Di waktu liburan, ia sudah menghabiskan waktu di rumah Bara. Malam, setelah kejadian betengkarnya Bara dan Athallah, Meyra diminta untuk menginap saja dan hari Minggu pagi, ia pulang di antar oleh Bara, karena merasa tak enak jika harus menginap sedangkan di rumah pacarnya itu sedang ramai karena ada keluarga kakaknya bara. Meyra merasa asing, dan tak seharusnya ia berada di antara mereka.

Meyra mencoba terbiasa dengan hari-hari yang ia lalui di tempat yang ia tinggali. Jujur saja, kedatangan Bara tentu mengubah alur hidupnya. Siapa juga yang tak kesepian ditinggal kedua orang tua? Namun, kehadiran Bara sedikit mengisi kekosongan itu.

Jika ditanya apa Meyra nyaman dengan Bara? Tentu Meyra nyaman. Tapi, apa Meyra sudah mencintai Bara? Entahlah. Meyra masih bingung dengan perasaannya sendiri. Mamanya pernah berkata. "Jangan pernah merasa spesial. Hari ini kamu berharga, tapi besok? Kemungkinan dibuang."

Setelah mengingat itu, Meyra merasa ragu dengan perasaannya sendiri, sekuat tenaga ia tak jatuh cinta agar luka di hatinya tak terlalu dalam. Tapi Meyra mencoba mencintai Bara perlahan-lahan,  meskipun Meyra yakin suatu pertemuan pasti ada perpisahan.

Jam istirahat sudah berbunyi lima belas menit yang lalu, tapi Bara sama sekali tak menyentuh bekal yang ia buat tadi pagi. Cowok itu malah fokus bermain game, tak memikirkan perasaannya kini. Makanan Meyra sudah habis, dan Meyra sudah mengingatkan Bara untuk makan terlebih dahulu, tapi ia mendapatkan jawaban yang sama.

"Bar! Bisa nggak sih makan dulu? Baru main game lagi. Makan enggak bakal satu jam. Ini demi kesehatan lo juga,"

Bara berdecak pelan, merasa kesal karena Meyra sedari tadi mengingatkannya untuk makan. "Ck. Kalah kan! Kalo gue laper juga nanti gue makan," balas Bara.

"Keburu dingin," sinis Meyra.

"Kenapa lo yang marah?"

"Enggak. Gue nggak marah, tapi lo mikir lah, Bar. Gue udah buat bekel lebih buat lo, tapi lo enggak makan,"

"Kasih aja ke Erlang, gue nggak laper." ucap Bara yang kini mengambil earphone, menyumpal telinganya dengan musik yang berasal dari ponsel. Bara melangkah pergi dari kelas, mencari tempat nyaman untuk bermain game.

Meyra hanya bisa menatap kepergian Bara, lalu menatap nanar bekalnya yang tak tersentuh sedikit pun. Dadanya terasa sakit saat Bara memilih untuk pergi. Meyra melirik Erlang yang tengah tidur di bangku sebelahnya.

"Lang," panggil Meyra.

Erlang yang tengah tertidur pun terbangun dengan wajah terkejut, takut jika tiba-tiba ada guru yang datang. Namun saat ia tersadar sepenuhnya, yang ada di kelas hanya terdapat Meyra yang tersenyum canggung.

"Maaf, gue ganggu lo ya?"

"Apa, Mey? Yang lain kemana?"

"Masih di kantin. Ini buat lo, gue bawa bekelnya kelebihan. Lo belum makan kan?"

Meyra memberikan kotak bekal itu pada Erlang dan Erlang menerimanya saja, meskipun tahu jika bekal itu untuk Bara. Tapi karena sedang lapar, Erlang segera memakannya, karena sudah terbiasa jika Bara menolak pemberian seseorang ia yang akan menerimanya.

"Mey," panggil Erlang.

"Kenapa?"

"Masakan lo enak, kapan-kapan bawain gue bekel lagi ya? Kalo si Bara enggak mau, kasih ke gue aja. Tapi lo jangan sampai benci sama Bara. Tuh cowok emang baru pertama kali pacaran, masih enggak tahu caranya hargain pasangan," ujar Erlang.

HI PAPA Where stories live. Discover now