Chapter 11

41 9 0
                                    

___◇___

Malam ini Jimin sedang berkutat dengan beberapa buku dan beberapa lembaran kertas karena ia sedang mengerjakan PR dikamarnya

"Benar, jadi berapa soal yang harus kita kerjakan untuk matematika?" Ucapnya dengan handphone yang berada di telinganya

"......."

"Eh... begitu ya." Lalu Jimin termenung "Jangan bodoh, aku sudah bilang padamu jangan khawatir, Selamat. Aku senang mendengarnya. Tidak apa-apa, baiklah sampai jumpa di sekolah" sambungnya kembali lalu mematikan panggilan tersebut

Jimin melempar handphonenya kearah kasurnya dan menghela nafasnya

"Gawat, aku sungguh payah." Gumamnya dengan tangan yang menutupi matanya

Entah kenapa setelah mendengar ucapan dari Taehyung beberapa saat yang lalu membuatnya merasa..... sakit pada hatinya.

"Akulah yang paling dekat dengannya, Taehyung." Gumamnya kembali dengan Mina yang mengisi di benaknya

Keesokkan pada sore harinya saat Seulgi sedang berjalan di lorong sekolah lantai 2 ia menghentikan langkahnya saat melihat Jimin yang sedang berbincang dengan teman-temannya

"Entah kenapa, dia kelihatan sedih" batinnya

"Seulgi! Seulgi? Seulgi!" Panggil Sana dari belakangnya sontak saja itu membuat Seulgi terkejut bukan main "ada apa? kok kamu melamun?" Tanya kembali Sana

"B-Bukan apa-apa kok! Ayo kita keruang OSIS"

"Kamu tadi lihat apa?"

"S-Sudah kubilang bukan apa-apa!"

"Bohong! Kamu tadi sedang lihat sesuatu!" Ucap Sana tidak mau kalah

"Tidak kok, sungguh! Ayo kita keruang OSIS, SANA!"

"Apa itu harus kamu sembunyikan dariku?" Kini nada Sana mulai melemah

"Eh?!"

"Akhir-akhir ini kamu bertingkah aneh."

"Aku tidak bertingkah aneh"

"Bohong, tadi kamu lihat apa? Apa yang terjadi? Kalau ada sesuatu, ceritakan padaku!"

"Matanya lebar dan tubuhnya mungil, Mina juga begitu. Itulah kenapa Jimin menyukainya. Mina sangatlah cantik." Batinnya saat memandangi Sana "kamu tidak akan mengerti" sambung ucapnya kembali pada Sana

"Apa karena aku bodoh? Apa kamu yakin kalau aku tidak bisa membantumu?"

"Tidak! Bukan begitu, kamu itu cantik tidak sepertiku, kamu tidak akan mengerti." Lalu berjalan meninggalkan Sana begitu saja

"Apa-apaan itu?" Tanya Sana yang masih mematung lalu dengan cepat memutar tubuhnya "aku bilang ini sungguh-sungguh!" Pekiknya

"Aku pun juga begitu! Aku harap bisa menjadi sepertimu, Sana." Pekik Seulgi tidak mau kalah lalu melanjutkan langkahnya kembali

"Bahkan sifatku sangat tidak cantik, aku sungguh tidak punya harapan" batin Seulgi kembali

Namun saat di pertengahan jalannya ia merasa bersalah pada Sana karena tingkah lakunya, Seulgi pun berlari untuk menuju ruang OSIS namun saat sudah membuka pintu ruangan tersebut ia hanya melihat ruang tersebut kosong tidak ada satu orangpun

"Seulgi? Aku habis dari toilet, kenapa kamu panik begitu?" ucap Sana

"Aku... itu... jadi... aku menyukai seseorang tapi.... aku tidak secantik kamu, Sana. Aku tidak tahu apa yang-" Lirihnya

"Ini pertama kalinya wajahmu memerah! Kamu tahu, kamu selalu sangat tenang tapi saat tersipu malu begini kamu terlihat sangat cantik, Seulgi!" Potong Sana lalu menampilkan senyuman hangatnya

Sun & MoonWhere stories live. Discover now