2🖤 Flashback (2)

359 46 20
                                    

"Oppa, ada apa?" Tanya Jisoo khawatir karena wajah Haein berubah pucat setelah menerima telefon yang entah dari siapa.

Haein segera mengubah ekspresi wajahnya lalu menuntun Jisoo melanjutkan langkah menuju rumahnya di sebrang. "Urusan pekerjaan. Kamu tunggu di rumah eomma dulu ne. Hari ini tidak usah pergi ke sekolah." Ujarnya lembut.

Jisoo semakin dibuat bingung, ini adalah pertama kalinya Haein menyuruhnya tidak sekolah. Padahal biasanya dialah orang nomor satu yang menyuruhnya berangkat sekolah. Terlalu berkutat dengan pikiran sendiri, Jisoo tidak sadar kalau ia sudah sampai di rumah orang tua Haein.

"Eomma, tolong rawat Jisoo ne. Tadi dia bilang tidak enak badan, jadi aku menyuruhnya untuk beristirahat saja."

Mata Jisoo kembali melebar mendengar perkataan Haein barusan. Kapan Jisoo bilang tidak enak badan? Jisoo hanya bilang kalau selangkangannya sedikit sakit akibat kegiatan mereka tadi malam. Haein terlalu kuat dan bersemangat hingga mereka baru selesai beberapa jam kemudian. Beruntung orangtua Haein tidak menyusul karena hujan yang juga tak kunjung reda.

Ibu Haein segera merangkul Jisoo. "Astaga, kamu sakit sayang? Sudah sarapan? Pasti belum ya?" Tanyanya seraya menempelkan punggung tangannya di kening dan leher Jisoo. Mengecek suhu badannya. Jisoo pun hanya bisa mengangguk saja, tidak ingin beliau curiga.

"Yasudah kau berangkatlah, nanti terlambat." Ujar eomma pada Haein.

Haein tersenyum lalu mendekati Jisoo untuk sekedar mencium keningnya. "Oppa akan segera pulang." bisiknya dan berhasil membuat darah Jisoo berdesir.

"Yak! Anak nakal, beraninya cium-cium!"

Haein segera mengambil langkah seribu sebelum sang ibu melempar sendal yang dipakainya. Tawa kencang yang sejak tadi mengudara dari mulutnya seketika terhenti saat ia sampai di depan mobilnya. Raut wajahnya berubah sendu. Dengan perasaan tak gelisah, Haein mulai mengemudikan mobilnya menuju rumah sakit yang diinfokan seseorang yang menelfonnya tadi.

Sebenarnya orang di telfon itu berkata kalau bus yang ditumpangi kakek dan nenek Jisoo mengalami kecelakaan tunggal semalam karena hujan yang turun sangat lebat. Haein tidak sanggup memberitahu Jisoo, mengingat seperti apa hidup yang dialami wanitanya selama. Haein hanya berharap keajaiban turun dan menyelamatkan kedua wali Jisoo.

Setelah menempuh perjalanan selama 20 menit, Haein akhirnya sampai di SNUH. Kakinya melangkah cepat menuju ICU.

"Saya keluarga dari tuan Kim Hyunsuk." Ujarnya pada seorang perawat yang kebetulan baru keluar dari ruangan tersebut.

"Mari ikut saya."

Perawat tersebut mengajak Haein masuk ke dalam ruang ICU dan mempertemukannya dengan seorang dokter.

"Kami sudah melakukan yang terbaik, namun Tuhan lebih sayang pada Nyonya Kim."

Ucapan to the point sang dokter bak gemuruh petir yang semalam ia dengar. Belum hilang keterkejutannya, sang doker kembali berujar.

"Sementara Tuan Kim Hyunsuk---" Sang dokter menggeleng, tak sanggup menlanjutkan ucapannya. "Mari saya antar ke brankarnya."

Haein hanya bisa mengikuti sang dokter dengan langkah lunglai, separuh jiwanya seolah melayang. Sampai korden hijau itu di tarik dan menampilkan kondisi memprihatinkan kakek Jisoo, air mata yang ia tahan sejak tadi lolos begitu.

"Haraboji."

"Haein-ah.." Ujar kakek Jisoo lemah. Beliau berusaha membalas genggaman tangan Haein dengan sisa tenaganya.

"Haraboji harus kuat, ingat di rumah ada Jisoo yang sedang menunggu."

Haraboji menggeleng lemah, "Halmoni sudah pergi dan aku rasa sebentar lagi adalah giliranku."

ENDLESS LOVE ||Haesoo||Where stories live. Discover now