Bab I

155K 3.9K 40
                                    

Hai selamat datang, silahkan klik tanda bintang jika menyukai cerita ini dan komentar jika kamu terkesan 🤍

Hai selamat datang, silahkan klik tanda bintang jika menyukai cerita ini dan komentar jika kamu terkesan 🤍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

trigger warning: bullying, harsh word, violence.

....

• Dilarang membawa tokoh cerita lain ke lapak ini 😉 be wise ya, cerita ini murni pemikiran author.
• Tokoh dalam cerita ini fiksi.
• Mengecam keras segala bentuk PLAGIASI atau JALUR HUKUM bayarannya.

Selamat membaca

Bogor, 18 September 2022

***

"Ayah, maafin aku karena terlahir bodoh."

"Ayah malu punya anak kayak aku?"

"Ayah, aku juga mau disayang seperti yang lain."

"Ayah kalau aku mati, apa ayah bakal sedih dan kehilangan aku?"

"Jika hidupku tidak ditakdirkan bahagia sekarang, maka izinkan aku bahagia di kehidupan selanjutnya, Tuhan."

...

Aquila Taleetha. Lebih suka ketika orang-orang memanggilnya Qila daripada Aquila karena nama kecil itu diberikan oleh bunda. Qila memiliki kelinci belang bernama mola hadiah dari mendiang Oma.

Tak ada yang spesial dari hidupnya. Meski memiliki ayah, dua orang kakak dan seorang adik kembar, Qila selalu merasa hidupnya sepi. Ayah yang selalu sibuk dengan urusan kantor dan semakin gila kerja setelah bunda tiada membuat suasana rumah tidak sehangat dulu lagi.

Bang Dirga sibuk dengan urusan kuliahnya dan jarang pulang ke rumah. Abang pertamanya itu lebih sering menginap di rumah temannya, katanya agar lebih dekat dengan kampus. Padahal Qila tahu kalau itu semua hanya alasannya belaka.

Daniel pun tidak ada bedanya. Kakak yang hanya berselisih dua tahun diatas Qila itu terlalu asyik berpacaran dan bermain dengan teman-temannya. Setiap kali Qila meminta bantuan hanya sumpah serapahlah yang ia terima, jauh berbeda saat pacar atau temannya yang meminta bantuan.

"Benci banget sama senin." Qila mematut wajahnya di depan cermin dengan wajah bete. "Apa pura pura sakit aja kali ya? Males banget harus upacara."

Wajahnya ia poles dengan bedak bayi dan bibirnya ia beri sedikit sentuhan lip gloss agar tak terlalu pucat.

"Cantik juga," pujinya narsis.

Qila keluar dengan seragam Putih-Abu sambil menenteng tas disebelah kirinya. Senyumnya melebar ketika melihat Ayah yang biasanya jarang di rumah sudah nangkring di depan meja makan.

Paradise (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang