Bab III

50.3K 2.4K 34
                                    

Lapangan utama dipenuhi siswa siswi yang penasaran dengan penampilan demo ekstrakurikuler. Dari kelas sepuluh hingga dua belas semuanya berkerumun diberbagai tempat teduh untuk menyaksikan pertunjukan.

Qila berdiri diantara anak-anak kelas lain yang tak dikenalnya. Mulutnya menggembung karena terus memakan ciki yang ia bawa dari rumah. Satu persatu ekskul mulai menunjukkan bakatnya berusaha sebaik mungkin untuk menggaet minat adik kelas baru mereka agar bergabung.

Tak ada yang menyentuh minat Qila sejauh ini. Sebenarnya Qila sedang mencari ekskul yang tak terlalu aktif asalkan ia punya nilai tambahan saja untuk raportnya.

srekkk krauk krauk krauk.

Qila melongo saat makanan ditangannya berpindah tempat. Si pencuri bahkan tak menunjukkan raut bersalah sama sekali dan malah semakin menikmati makanan curiannya.

"Kamu -!" Qila terkesiap diantara keterkejutannya.

"Napa?" tanya Angkasa dengan watados¹.

"Gak sopan main ambil milik orang!" Qila merebut ciki-nya galak.

"Oh?"

"Ohhhhh?!" balas Qila tak percaya. "Bukannya minta maaf malah ohhhh?"

Angkasa menaikkan alisnya santai. "Maaf?"

"Ih." Qila mendelik kesal karena Angkasa tak menunjukkan raut bersalah sama sekali. "Ngapain kamu disini?"

Kepala Angkasa menunjuk lapangan di depannya. "Liat promo ekskul."

"Y-ya iya sih kalau itu juga aku tahu."

"Ngapain nanya kalau tau?"

"Maksudnya ngapain duduk disini." tunjuk Qila dengan wajah kesal.

"Lo yang punya sekolah?"

Wajah Qila berubah merah menahan malu. Iya juga ya? Memangnya Qila siapa sampai bisa menanyakan alasan seseorang duduk di tempat umum? Qila membuang wajahnya yang terlanjur menahan malu ke arah samping. Memakan ciki-nya kembali dengan rakus mengabaikan tatapan geli dari Angkasa.

"Nahhhhh tepuk tangan dulu dong buat penampilan Paskibra tadi. Gimana? gimana? Keren kannnnn. Selanjutnya ada penampilan gak kalah keren dari ekstrakurikuler teater!!!!! yuhuuuuuu selamat menyaksikan ~"

Tepuk tangan meriah dan siulan kencang datang dari berbagai arah. Pandangan Qila turut jatuh mengamati persiapan dari ekstrakurikuler teater.

Sepanjang acara pertunjukan beragam reaksi datang dari penonton yang semakin menambah riuh acara. Qila merasa hatinya hidup melihat begitu banyak orang tertawa melihat penampilan teater.

Tanpa sadar dirinya sendiri hanyut dalam penampilan itu. Qila mau, dia mau dilihat dengan tatapan seperti itu oleh orang lain. Seolah kehadirannya bisa membawa kebahagiaan meski peran yang dibawa tak nyata.

"Serius banget." Angkasa melirik wajah Qila yang berbinar senang.

Cewek ini memang selalu menampilkan senyumnya sejak di kelas. Tetapi senyum yang saat ini dia buat terasa sangat tulus dan nyata. Memangnya menonton teater semenarik itu?

Mata Angkasa menangkap ciki Qila yang menganggur. Dia menarik dengan pelan ciki tersebut dan memakannya sampai habis tak bersisa.

"Wohoooo!! kerennnnn!!!!" Qila berteriak kencang hingga Angkasa berjenggit kaget.

"Kaget gue." Angkasa mengelus dadanya.

"Wahh keren bangettt," puji Qila yang masih takjub.

Angkasa mendengkus bersidekap dada. "B aja kali."

Paradise (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang