Bab XVI

41.7K 2.6K 29
                                    

Boleh gak hidupku tenang sehari aja, aku capek

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Boleh gak hidupku tenang sehari aja, aku capek

🦋🦋🦋

Qila turun dari motor Daniel dengan tergesa, badannya sudah cukup lelah untuk meladeni segala pertanyaan yang coba dilontarkan olehnya.

Toh sudah tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Baik untuk Qila maupun Daniel, hal yang sudah berlalu akan mereka anggap sebagai bagian yang tidak penting.

"Woi! Qila!"

Dengan kasar Qila membuka pintu utama, Bi Iyem sampai terkejut melihat wajah muram dari Qila yang selalu menampilkan senyum.

"Neng Qila gak apa-apa?" tanyanya dengan cemas.

Ditanya seperti itu malah membuat perasaan Qila semakin tak karuan.

"Kunaon atuh, sini ku bibi dibawain tasnya."

Qila menggeleng, menolak disentuh oleh siapapun. "Qila gak apa-apa. Capek, mau tidur."

Melihat respon yang tak ramah, akhirnya Bi Iyem mengerti. Apalagi setelah Daniel datang dengan raut wajah yang tak kalah kesal.

"Punya telinga gak lo?"

Qila kembali mengabaikannya, dia mengambil langkah lebar menaiki tangga tanpa mau berbalik.

Daniel, yang pada dasarnya adalah orang bersumbu pendek marah karena kesal diabaikan terus menerus. Dia mencekal tangan Qila dan mencekram siku gadis itu kencang.

"Shhh." Qila meringis, karena nyeri akibat cengkraman Daniel.

Tanpa peduli dengan raut kesakitan Qila, Daniel membalik tubuh adik perempuannya sedikit kasar.

"Mau lo apa sih, Qi? Gue udah coba ngomong baik-baik tapi lo sebebal ini."

"Baik baik? Kalo kamu ngomong dengan baik kamu gak perlu cengkram tangan aku sekuat ini, sakit!"

Bi Iyem yang menjadi penonton sedari tadi datang menghampiri dengan perasaan was-was.

"Den Daniel, neng Qila jangan berantem di tangga, udah atuh ya jangan ribut. Sesama sodara harus saling nyaah."

Daniel terkesiap, dia yakin bahwa tak memegang Qila sekencang itu. Tapi wajah bulat milik Qila menggambarkan kesakitan yang nyata.

"Kenapa bisa memar?" tanya Daniel tak menutupi keterkejutannya. "Sejak kapan?"

Qila mengikuti arah pandang Daniel, wajahnya menampilkan raut bingung.

"Ada yang jahat sama lo di sekolah?" Daniel bertanya bukan tanpa alasan. Dulu, saat SMP Qila pernah pulang dengan tubuh memar.

Adiknya itu tidak pernah bercerita jika selama ini dia dirundung hingga Daniel sendiri yang mencari tahu.

Jelas dia mengamuk dan memarahi orang-orang yang terlibat. Dia bahkan tak segan menampar salah satu perempuan yang notabene teman sekelasnya karena ikut merundung Qila.

Paradise (Segera Terbit)Where stories live. Discover now