Bab XXVII

47.1K 2.3K 69
                                    

Now playing - Apa mungkin by Bernadya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Now playing - Apa mungkin by Bernadya

Berkaca, bertanya, apa ku buat salah?
Kalaupun iya, apa?

Salahku di mana?
Apa mungkin caraku bicara?
Apa mungkin caraku tertawa?
Apa mungkin dengkurku saat tertidur lelap?
Apa mungkin kamu yang tak lagi cinta

....

Kejadian ini terjadi dua tahun setelah kepergian bunda.

Qila ingat betul bagaimana rasa sakit yang masih membekas di hatinya, ngilu. Terkadang memori itu masuk menyergap mimpinya sewaktu-waktu.

"Selamat ulang tahun."

Qila membekap mulutnya, tubuhnya bersembunyi dari balik pilar rumah yang cukup besar. Usianya belum genap 10 tahun.

Matanya mengintip interaksi antara ayah dan Saka. Sedikit rasa cemburu timbul sebab ia sudah tak lagi mendapat senyum seperti itu dari ayah.

"Makasih, ayah," jawab Saka kecil.

"Sama sama jagoan, kamu mau hadiah apa?" Ayah mengelus kepala Saka. "Karena Saka dapat 100 di ujian kali ini, ayah akan turuti semua keinginan Saka."

"Beneran, ayah?"

"Hm. Tentu."

Saka memekik senang, sosoknya yang begitu cerita itu jauh berbeda dengan sekarang.

Qila ... juga ulang tahun hari ini tapi kenapa hanya Saka yang mendapat ucapan dari ayah?

Apa mungkin giliran Qila bukan sekarang? Mungkin ayah akan mengucapkan selamat ulang tahun padanya setelah ini.

Di depan sana Saka kecil terlihat sedang berpikir keras. Huh enaknya menjadi Saka yang bisa meminta apapun karena nilai ujiannya bagus.

Qila meremat kertas hvs yang berjumlah tiga ditangannya. Sangat berbeda jauh dengan nilai yang Qila dapatkan. Pasti ia kena marah ayah lagi setelah ini.

"Main ke dufan seharian boleh?"

"Boleh," jawab ayah tanpa pikir panjang.

Bagi Qila tak ada yang bisa membuatnya lebih senang selain melihat kembarannya pun senang. Ia kira lewat permintaan Saka itu, Qila juga dapat bergabung dan bersenang-senang.

Namun harapan memang seringkali mengecewakan.

"Kamu gak di ajak ayah." Daniel datang dengan pakaian rapi sambil tersenyum meledek. "Hari ini ayah cuma ajak aku, Saka, dan Bang Dirga. Kamu jaga rumah aja."

"Kok gitu," Qila kecil cemberut. "Aku mau naik komidi putar juga."

"Gak boleh." Daniel tertawa mengejek. "Kalau gak percaya tanya ayah aja sana, palingan kamu kena marah nantinya wle."

Paradise (Segera Terbit)Where stories live. Discover now