Prolog

197 8 0
                                    

"Ini rumah siapa?"

"Rumah gue, katanya lo penasaran sama suami gue."

"Ini serius Nay? Tumbenan banget sih lo mau ngenelin suami lo sendiri, biasanya diumpetin."

"Khusus buat lo aja ini, kan selera kita sama, mana tau lo langsung ngeleleh lihat suami gue."

"Hahaha, bisa aja lo Nay, yakali gue ngeleleh liat suami orang."

"Ya mana tau kan."

Gelak tawa dua perempuan yang tampak seumuran mengisi kesunyian malam itu. Luasnya halaman rumah tak menyurutkan semangat kedua wanita tersebut untuk terus melangkahkan kaki menuju rumah. Terutama untuk wanita berambut blonde, sudah dari jauh-jauh hari ia teringin melihat rupa suami dari temannya. Apakah memang setampan yang digadang-gadangkan?

"Gila, gede banget rumah lo Nay," decak si Wanita blonde dengan tatapan kagum.

Si Pemilik rumah hanya tersenyum simpul seraya mempersilahkan temannya itu untuk masuk. Langkahnya menuntun sang 'Tamu istimewa' malam ini ke ruang tamu.

"Duduk dulu, bentar lagi suami gue ke sini," ujarnya.

Wanita blonde itu mengangguk antusias, ia lalu mendudukkan dirinya di salah satu single sofa yang tampak lebih mencolok dari sofa lain. Matanya mulai menari kian kemari, menilai-nilai ruangan petak yang dihiasi pernak-pernik tua itu.

Si Tuan rumah hanya melihat gelagat tamunya dengan senyum tenang. Matanya juga ikut menari-nari, memerhatikan garis berpola di lantai ruangan yang mulai menyala. Matanya berlanjut menatap ke depan, ia kembali tersenyum kala melihat 'hadiah mingguan' suaminya sudah tepat berada di tengah pola.

"Sayang." Sebuah suara berat menyapa pendengaran mereka.

"Nah, itu dia." Tuan rumah itu tersenyum senang menunjuk suaminya. Ia lalu berdiri, berjalan mundur selagi suaminya berjalan mendekat ke arah sang tamu. Senyumnya kian lebar saat melihat temannya itu terdiam bak patung, menatap tepat pada netra sosok tinggi besar di depannya.

Memang suaminya itu sungguh tampan hingga membuat semua wanita terpesona.

'Bruk'

Dan membuat mereka bertekuk lutut.

"Sayang." Sosok tinggi besar itu berbalik badan, tangannya menopang sesosok wanita yang tampak melotot dengan sorot hampa.

"Tumben tumbenan langsung gerak, biasanya kamu main-main dulu," ujarnya seraya mendorong wanita ditopangan sang suami dengan jijik.

"Mainan murah, nggak berkelas." Pria itu mendekap tubuh wanitanya dengan erat, menghirup rakus leher jenjang yang begitu candu baginya.

"Haha, kapan-kapan aku cariin yang berkelas, tapi awas, jangan dijadiin selingkuhan," ujar si Wanita dengan mata terpejam, menikmati terpaan nafas hangat di tengkuknya.

"Nggak, nggak bakal. Tanpa Naya, Gara nggak bakal hidup." Pria itu mulai menggigit leher wanitanya, menjilati bercak darah yang terciprat dari sana.

Mata Naya kian terpejam, melenguh pelan saat merasakan tubuhnya yang bertambah segar.

"Dan tanpa Gara, Naya cuman bakal jadi gadis payah yang nggak punya apa-apa."

•••••••

Ini first time aku nulis cerita horror, biasanya aku nulis cerita fantasi sih.
Bagi kalian yang suka fantasi, bisa cek di profil aku ya....

Sabtu, 30 Juli 2022✓

MY HUSBAND IS A GHOST [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang