Empat Puluh Dua

137 10 0
                                    

Toko Der Engel Florist sudah ada beberapa meter di hadapan Jae Hyun pagi ini. Pria itu tersenyum hangat sambil membawa salah satu tangannya memasuki saku celananya. Ada paper bag berisi beberapa cookies keju dan satu cup berisi iced americano di tangannya. Tentu saja, sebuah alat yang Jae Hyun pakai untuk membujuk seorang wanita yang terlihat telah sibuk mondar-mandir di dalam tokonya; Hwang Ji Na.

Pria itu menepati janjinya kemarin, bahwa, ia datang lagi pagi ini. Langkahnya sangat pasti dan ringan begitu ia memijakkan kaki menghampiri pintu toko. Bahunya yang tegap membantunya mendorong pintu toko lantaran kedua tangannya yang telah penuh oleh 'alat tempurnya' membujuk Ji Na. Hingga bunyi denting terdengar nyaring dan membuat senyum Jae Hyun terulas semakin lebar saat Ji Na menyadari kehadirannya.

*

"Oh! Aku melarangmu datang lagi!"

Ji Na memekik nyaring begitu mendapati Jae Hyun kembali memasuki toko bunganya pagi ini. Wanita itu kesal, meskipun dalam hatinya menyimpan degub jantung yang berderu cukup mengganggu.

Oh, ia sebal Jae Hyun datang. Tapi, Jae Hyun tampan sekali pagi ini. Pria itu berdandan santai dengan kemeja hijau army tua yang membalut tubuh sempurnanya. Lengan panjangnya di gulung ¾, sementara beberapa kancingnya dibiarkan terbuka untuk menggantungkan kaca mata hitam di atasnya. Celananya hitam pendek dengan sendal cokelat yang menghiasi penampilannya. Ia benar-benar terlihat siap untuk 'menghabiskan waktu' di toko bunga Ji Na.

"Cookies keju kesukaanmu," Jae Hyun tiba di hadapan Ji Na. Ia meletakkan paper bag nya ke atas meja kasir Ji Na, lantas membongkar isinya. "Iced Americano?"

Wanita itu menelan ludahnya diam-diam begitu ia mendapati satu cup berisi iced americano yang terlihat begitu berkeringat di atas mejanya. Belum lagi kotak berisi cookies keju yang berjajar di sebelah minumannya.

"Kafe cukup jauh dari sini, kan? Pasti kau tidak bisa menikmati ini semua setiap waktu," goda Jae Hyun. "Oh, satu untukku," ucapnya begitu ia mengeluarkan satu cup iced americano lainnya.

Ji Na berdecak, lantas menatap Jae Hyun sebal. "Kau menyogokku, hah?"

Jae Hyun menggelengkan kepalanya sambil menyesap iced americano miliknya. Ia berhasil membuat Ji Na lagi-lagi menelan ludahnya diam-diam.

"Tidak mau?" tantang Jae Hyun.

"Tak ada hubungannya dengan cookies keju dan iced americano yang kau bawa, ya, Mr. Jung," Ji Na melengos, membentuk pertahanan diri dengan melipat kedua tangannya di atas dada. "Bukannya sudah jelas, aku melarangmu datang lagi kemarin."

"Tidak mau ya sudah, kubawa pulang," Jae Hyun menarik kembali iced americano dan kotak berisi cookies-cookies kejunya.

Melihat itu, Ji Na menggigit bibir bawahnya. Ya ampun, belakangan ini ia dilarang menikmati dua makanan favoritenya itu. Minhyun mengomel karena Ludwig memberitaunya kalau Ji Na sudah terlalu banyak minum kopi. Tapi, gelas americano itu menggoda sekali. Lihat keringat dari es batu-es batu yang saling beradu di dalam cairan pekat berwarna hitam itu.

"Kebetulan, aku harus menjenguk seseorang. Tadinya tidak jadi, tapi kalau kau bersikeras yaa sudah. Sayang kalau dibua--"

"Aaa! Tunggu!" Ji Na membuang seluruh egonya, menggerakkan seluruh saraf dalam tubuhnya untuk bergerak cepat menyelamatkan dua harta karun dari penyanderaan Jae Hyun. Gelas iced americano yang berkeringat itu sudah ada di tangannya. "Orang yang sakit tidak boleh minum kopi," ucapnya tak tau malu, lantas menyesap kopi itu sambil tersenyum kecil. Rasanya nikmat sekali ketika kopi itu mengalir dalam tenggorokkannya.

Menyaksikan pancingannya berhasil, kedua sudut bibir Jae Hyun pun terangkat naik. Ia ikut menyesap kopinya sambil memperhatikan Ji Na seksama.

"Oh, aku..." mendapati dirinya kalah telak dari bujukan Jae Hyun, Ji Na berusaha mencari alasan, "aku bermaksud menyelamatkan temanmu dari kopi ini. Mana ada orang sakit dibawakan kopi. Lain kali bawalah sesuatu yang menyehatkan untuk menjenguk seseorang."

SOUL.MATE = Don't Wanna Be Just FriendWhere stories live. Discover now