• 20 •

548 78 9
                                    

cw // mention of kiss (a lot)

______________________________________________

Walaupun tidak bisa masuk ke gedung dan melihat prosesi wisuda secara langsung, Bian tetap datang untuk memberi selamat kepada pacarnya yang lebih dahulu lulus sekolah menengah atas walaupun umurnya lebih muda setahun darinya.

Bian hanya bisa menemui Tama setelah dia keluar dari gedung tempat wisuda dilaksanakan jadi dia tidak terburu-buru datang seperti teman-temannya yang lain. Tama sudah memberinya jadwal keseluruhan acara wisuda dan menyuruhnya datang saat acara hampir berakhir.

Setelah acara berakhir, Tama berpamitan kepada mamanya, mengatakan bahwa dia mungkin pulang lebih malam dan meminta mamanya untuk pulang terlebih dahulu. Mama Tama mengerti dan pergi tanpa bertanya apapun.

Akhirnya, Tama keluar dari ruang wisuda sendirian.

Tama yakin pintu masuk dan keluar gedung akan dipenuhi ribuan orang yang adalah keluarga atau teman dari siswa siswi seangkatannya, jadi dia memberi pesan kepada Bian agar menunggunya di salah satu pintu keluar yang bukan pintu utama.

Gedung ini besar tapi dia sering datang untuk acara keluarga atau semacamnya, dia ingat setiap jalan dan pintu keluar cadangan karena dia sering kabur dari acara.

Untungnya, Bian bukan orang yang keras kepala dan menuruti ucapannya tanpa bertanya terlalu banyak.

Saat Tama membuka pintu, dia bisa melihat pemuda penuh vitalitas yang adalah pacarnya itu berlari ke arahnya dan melemparkan dirinya ke pelukannya.

Tama secara spontan memegang pinggang pihak lain, mencegah Bian dan dirinya sendiri terjatuh sebelum membalas pelukan Bian dengan lembut. 

"Selamat sayangnya aku!!" suara Bian riang dan kekanakan, banyak orang yang menyebutnya berisik tapi Tama hanya merasa tenang saat mendengar suaranya.

Tama mengangguk, melepaskan pelukannya dan menyatukan kedua bibir mereka singkat.

Dia berseru kesal, "heh nggak boleh cium-cium di tempat umum!" tapi wajahnya memerah.

Tama hanya tertawa pelan dan mengacak pucuk rambutnya dengan lembut.

Bian mengulurkan tangannya, menyerahkan sebuah buket berukuran sedang yang berisi boneka tupai memakai topi wisuda dengan beberapa bunga di sekelilingnya.

Bian, "happy graduation!"

Tama mengambil buket dan tersenyum senang, "thanks Bi, walaupun sebenernya nggak usah ngasih ginian,"

Bian, "eit, harus ngasih dong, ini kan wisuda SMA sekali seumur hidup!"

Tama tertawa pelan, "ya iyalah, sapa juga yang mau ngulang SMA,"

Bian mengambil lengan Tama dan memeluknya, bergelantungan manja saat keduanya berjalan, "ah, habis ini ldr,"

Langkah Tama terhenti sejenak, dia melirik Bian yang menempel ke tubuhnya, kepalanya bersandar ke bahunya, dan jarinya bermain-main di liontin gembok yang tergantung di depan dadanya.

Menyadari langkah Tama berhenti, Bian mendongakkan kepalanya, "kenapa?"

Tama menggeleng pelan, "nggak papa,"

Bian tertawa dan menepuk punggung Tama beberapa kali, "tenang aja, tahun depan aku bakal nyusul kamu, thanks to you aku udah belajar sampe mampus jadi aku yakin bakal masuk ke ui hahaha,"

Nggak, kamu nggak bakal ketemu aku di sana. Tama berseru dalam hati.

Mereka tidak mengatakannya secara langsung tetapi mereka memiliki perjanjian diam-diam untuk memasuki universitas yang sama. Tama tau Bian sudah menyiapkan dirinya sendiri untuk masuk ke universitas terbaik itu. Untuk mencapai mimpinya, untuk mendapatkan pendidikan terbaik, untuk bertemu dengannya.

Coalesce [Taegyu]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora