Part (60)

143 9 9
                                    

Suara raungan Attack Titan milik Eren terdengar menggema, bahkan menggetarkan tanah hutan. Levi merubah haluannya, mengisi persediaan tidak penting untuk sekarang. Ia menerjang hembusan angin seiring gerakannya yang cepat. Tak ayal dirinya pun mulai berpikiran negatif, memikirkan keadaan regunya disana.

Suara besar itu sudah cukup menjadi alasan.

Tak pernah jantungnya berdetak secepat itu. Tangan dan tubuhnya berkeringat dingin, namun memastikan ia masih menguasai Manuver 3D nya dengan baik. Ia menerka perhitungannya, seharusnya sudah sampai atau lebih dekat dengan sumber suara.

Kini ia menjunjung tinggi pikiran naifnya, berharap lebih dari apapun bahwa mereka semua baik-baik saja.

Sampai ia menemukan jawaban pertama yang mengkhianatinya, dan juga membuatnya tidak lega.

Bekas kail dari peralatan Manuver 3D yang menggantung di atas pohon, dan ada sedikit bercak darah. Namun, tidak ada bekas mayat disana.

Berjalan lebih dalam hingga ia mendapat jawaban kedua.

Lagi-lagi dirinya merasa tengah dipermainkan karena hanya dihadapkan lagi dengan tumpahan darah yang cukup menggenang di hamparan rumput.

Berharap ia benar-benar dapat menemukan squadnya, setidaknya diberi jawaban pasti tentang keadaan mereka.

Namun, menolak itu, ia berharap mereka masih hidup. Wajah orang-orang yang selalu berbicara padanya dan bersamanya setiap hari dalam keadaan pucat tak bernyawa, sepasang mata mereka yang terbuka, menggelap tak bercahaya, ia benar-benar tidak ingin melihatnya.

Sekelebat kemudian pikirannya teralih penuh, mengingat gadis itu membuatnya sangat sesak. Dalam hati berharap Petra menepati perintahnya padanya dua hari yang lalu.

Perintah untuk tetap hidup.

Tanpa sadar sekujur tubuhnya gemetar, belum pernah ia merasa seperti ini. Jawaban buruk itu, ia tidak bisa menerimanya. Kalimat "kalau saja.." mulai ia gumamkan berulang kali, menyalahkan diri.

Satu titik sepasang safir itu membulat, terkejut dan bingung dalam waktu yang bersamaan. Langkahnya memutuskan untuk mendarat di tanah. Matanya mengitar, memastikan ia benar-benar tidak salah.

Mereka semua.. tidak ada disini.

Kenapa tubuh mereka tidak dapat ia temukan?

Hanya ada bercak darah lagi yang begitu banyak di satu sisi tak jauh dari dirinya berada, dan di beberapa batang pohon.

Levi menggeleng pelan, tak percaya dengan penglihatannya. Ia memutuskan untuk menyusuri sendiri dengan kakinya, menelisik tempat itu. Sepanjang langkah ia hanya menemukan tumpahan darah, belum menjawab pertanyaannya.

Hingga ia berhenti di depan sebuah pohon yang memiliki bekas darah berbeda dari yang ia temukan sebelumnya.

Dan.. sebuah tangan yang terpotong tergeletak di bawahnya.

Kali ini pria itu melihatnya lebih jauh. Tangan yang memiliki bekas luka gigitan, tangan yang pernah ia genggam. Tangan yang pernah merawatnya, tangan yang telah melakukan banyak hal baik.

Tangan dingin yang mulai memucat, itu milik Petra.

Levi memegang erat, mengusapnya pelan, menggenggamnya. Nafasnya terengah pada akhirnya, tidak kuat lagi menahan rasa sesak itu. Sudah terlalu kuat dirinya untuk sekedar tahu bahwa seluruh squadnya menghilang.

Termasuk sang kekasih.

Tubuhnya semakin gemetar, menahan sebisa mungkin untuk tidak berteriak. Ia harus menahan semua itu. Ia kemudian lebih memilih untuk mengikuti simpulan pikiran dan kata hatinya untuk mencari tubuh keempat anggota regunya lagi, yang bahkan masih ia yakini bahwa mereka masih hidup.

𝑨𝒍𝒘𝒂𝒚𝒔 𝑩𝒆 𝑾𝒊𝒕𝒉 𝑼 [𝑳𝒆𝒗𝒊 𝒙 𝑷𝒆𝒕𝒓𝒂] 𝐒𝐞𝐚𝐬𝐨𝐧 𝟏Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang