Selamat datang di chapter terakhir dari short story More Than Honey and Poison. Cerita ini merupakan pembuktian aku kepada kalian semua kalo aku bisa bikin cerita angst meskipun aku sendiri gak yakin kalo ceritanya sedih wkwkwk
Setelah selesai baca ini, aku harap kalian bisa kasih kritik dan saran serta kesan yaa biar aku bisa improve kepenulisan aku ;) thank you!!!
***
Berita perceraianku dengan Sooyoung menjadi perbincangan panas di masyarakat. Aku yang terbiasa hidup dengan tenang tanpa gangguan reporter kini semua asistenku terlihat sangat sibuk menjawab panggilan dari semua reporter sialan itu. Aku tahu, mereka hanya melakukan tugas mereka, namun mereka sangat mengganggu konsentrasiku.
Aku bahkan sampai mematikan ponselku karena entah dari mana reporter itu mendapatkan nomor pribadiku. Aku harus mengurus masalah ini agar mereka semua tidak kelewatan batas sampai menggangguku.
Setelah pertemuan mengenai pembagian harta gono gini, aku memberikan kompensasi yang sangat besar untuk Sooyoung dan juga Jenny. Bagaimana pun juga aku ini pria yang bertanggungjawab. Aku menawarkan diriku untuk memberikan nakah setiap bulan untuk keperluan Jenny sebesar setengah milyar, namun Sooyoung menolaknya sebab beralasan bahwa Jenny bukan anak kandungku.
Tetap saja, aku merasa bertanggungjawab soal itu karena selama ini Jenny mengenal diriku sebagai ayahnya dan menganggap Siho hanya sebatas paman pengawalnya saja. Menyedihkan memang, andaikan saja kami tidak terlibat dalam permasalahan ini, mungkin Jenny tidak akan merasa kebingungan jika nanti dia diberi tahu bahwa aku bukan ayah kandungnya.
Aku hanya berharap bahwa Siho bisa bersabar jika Jenny sulit untuk menerima kenyataan. Dan itu menjadi tantangan lain untuk Sooyoung memberi penjelasan kepada Jenny, dan jika Sooyoung memberikan aku izin untuk menjelaskan, maka akan aku lakukan dengan sepenuh hati.
Sejauh ini aku belum menemukan berita miring mengenai berita perceraianku. Aku sudah memastikan semua pengacara dan asistenku untuk menghapus jika ada berita miring mengenai perceraianku, terutama jika ada berita yang menyangkut soal Jiyeon. Aku tidak mau membuat hidupnya semakin susah karena kebodohanku ini.
Dan hingga detik ini Jiyeon masih belum bisa ditemui olehku, aku sangat merindukannya. Aku hanya mendapatkan kabar darinya melalui orang suruhanku. Lucunya, aku mempekerjakan beberapa detektif swasta selayaknya pegawai kantoran yang mendapatkan jadwal shift. Aku tidak mungkin mempekerjakan satu orang selama 24 jam untuk mengawasi Jiyeon seharian, bisa-bisa aku mendapatkan tuntutan karena hal itu.
Dari kabar yang aku terima, Jiyeon menjalani hidupnya seperti biasa. Bekerja, kuliah, belajar. Hanya saja dia terlihat jauh lebih murung dan tertutup. Pancaran cahaya hidupnya telah redup karena ulahku sendiri. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi agar Jiyeon mau menerimaku kembali. Aku tidak bisa berada jauh darinya.
Aku sangat membutuhkan dirinya seperti aku membutuhkan udara untuk tetap hidup.
Dalam benakku, aku tiba-tiba terpikirkan untuk merebut kembali hatinya dengan cara yang norak. Berdasarkan hasil pencarian di internet, aku bisa mencuri hatinya dengan cara membuat surat cinta. Gosh, seumur hidup aku tidak pernah membuat surat cinta. Selain konyol dan norak, selama masa sekolah justru aku yang mendapatkan banyak surat cinta tapi tidak pernah aku baca sampai detik ini karena aku langsung membuangnya karena takut ketahuan oleh ayahku.
Sekarang, aku harus membuat surat cinta sebab melalui surat cinta, ketulusan seseorang bisa dilihat dari apa yang dia tulis di dalamnya. Jika seperti itu, aku harus merenung seharian dan memikirkan apa saja yang harus aku tulis di dalam surat. Mudah-mudahan surat cinta itu tidak panjang seperti laporan pekerjaan sebab ada banyak hal yang ingin aku sampaikan kepada Jiyeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
[M] More Than Honey and Poison✓ || Cha Eunwoo
FanfictionTidak ada yang lebih menyedihkan daripada nasib seorang Park Jiyeon. Setelah 'dibuang' oleh orang tuanya, Jiyeon memutuskan untuk hidup bersama neneknya yang sedang sakit parah. Jiyeon sangat menyadari bahwa dirinya tidak menyukai hidupnya yang pen...