Butterfly | Bab 7

316 73 8
                                    

Bab 7. Melarikan Diri

Waktu adalah satu-satunya obat untuk menyembuhkan patah hati yang hebat.

Waktu adalah satu-satunya obat untuk menyembuhkan patah hati yang hebat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

Perlakuan buruk dari Diana dan pelanggan-pelanggan yang Michelle layani, membentuk karakter Michelle semakin cacat. Seringkali Diana mencudah bahkan memukulnya saat ia menolak 'pelanggan' yang wanita itu terima.

Trauma besar itulah yang membuatnya kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Michelle tidak pernah mendapatkan perlakuan yang layak, jadi sewaktu orang-orang mulai berbicara dengannya Michelle seringkali sesak nafas. Ia mulai ketakutan, panik yang berlebihan.

Orang-orang tersebut mulai berbisik, mempertanyakan tentang kesucian dirinya, Michelle mulai merasa depresi. Semua yang dekat dengannya akan menghilang dengan tiba-tiba begitu mengetahui bahwa Michelle lahir dari rahim wanita penghibur.

Michelle merasa tertekan.

Jadi ia memutuskan untuk berlari. Ia menghindari semua kenyataan tersebut dengan berpura-pura menjadi kuat. Michelle berkomitmen bahwa ia tidak ingin merasakan kesedihan terus-menerus. Gadis itu ingin bermetamorfosis.

Michelle mulai berubah semuanya. Pandangannya terhadap orang-orang, maupun sikapnya yang menjadi kurang ajar.

"Jadi ini motor kesayangan lo itu?" Michelle menepuk jok motor hitam milik pria di depannya. Tidak ada lagi tatapan dingin dari gadis itu, bibirnya membentuk cibiran remeh. "Jelek."

Kenzo melotot, "berhenti pukul-pukul jok motor gue, Greta." Ujarnya sinis. "Dia gak jelek, mata lo yang rusak."

Michelle menukik tajam alisnya seraya mengusap matanya mendramatisir. "Kenapa? Gak suka motornya gue pegang?"

Michelle tentu paling mengetahui dengan jelas bahwa motor tersebut adalah benda yang paling Kenzo sayangi. Keempat temannya yang lainpun tidak berani mengusik motor tersebut. Alasannya sederhana: itu benda satu-satunya yang ayahnya berikan secara langsung di umurnya yang menginjak lima belas tahun.

"Jangan buat gue marah, Greta!" Kenzo melotot mengerikan. Tapi Michelle tidak terintimidasi, gadis itu justru mengusapnya dengan gaya menyebalkan. "Jauh-jauh dari sana."

"Kalo gue gak boleh megang, kita naik apa?" Michelle menatap nyalang. Ia berdecih, kemudian menendang motor hitam tersebut dengan pelan. "Kenzo, ini cuman motor. Kalo misalnya yang lo bawa itu penthouses harga miliuner, gak apa-apa lo marah. Itu wajar." Michelle menghela nafasnya jengah.

"Tapi ini motor! Motor keluaran lama yang seharusnya udah jadi sejarah." Michelle tau ia hiperbolis, tapi ini adalah caranya untuk menyingkirkan tatapan tajam milik pria itu.

Kenzo memijit pelipisnya pusing. "Kita bisa naik ojek. Oh, atau gue bisa minjem motor Dion. Dia masih ada urusan sama Bu Nina jadi pulang telat."

Michelle menatap datar, tatapannya terlihat lebih dingon dari biasanya. "Gue gak mau pake motor Dion."

ButterflyWhere stories live. Discover now