DETAK KE 25 - TEROBOSAN

253 32 4
                                    

LEVI Point Of View

"Ck, kau berantakan sekali, Erwin."

Tatapan Erwin terkunci padaku sebentar sebelum dia terkekeh. Aku balik memandanginya malas. Sudah genap setahun aku mengikutinya, mana mungkin aku tidak bisa membaca kondisinya? Bahkan orang luar pun akan langsung tau ketika melihat garis hitam dibawah matanya. 

"Kau sangat cepat beraksi ketika menyangkut Ai-" 

"Hentikan omong kosong itu. Kalau tidak ingin membuatnya khawatir, rapikan dulu dirimu!" 

Kekehan Erwin makin melebar, usai meletakkan pena ditangannya, sipirang itu mengacak rambutnya sampai berantakan dan menghela nafas berat beberapa kali. Segera kusodorkan secangkir teh hangat dimejanya sambil melirik isi tumpukan kertas. 

Proposal Ekspedisi Besar ke-30? 

"Apa kau butuh sesuatu Levi?" tanya Erwin menginterupsi atensiku.

Aku sudah duduk di sofanya lebih dari satu jam dan baru sekarang dia menanyakannya? Otakknya itu pasti sangat berantakan kan? 

"Tidak, hanya saja disini jauh lebih tenang." 

Serius, sejak kemarin markas menjadi gaduh dua kali lipat berkat para prajurit rekrutan baru. Entah motivasi gila apa yang merasuki kepala prajurit itu untuk bergabung dengan kami. Beberapa veteran baru juga diangkat secara resmi, membuat sesak lantai dua markas utama.

Aku 'bersembunyi' di ruangan Erwin karena tidak ada yang berani lalu lalang, apalagi membuat kebisingan disekitar ruangan buntaicho. Kemarin malam juga sama, aku cepat 'bermigrasi' saat kepalaku pusing memikirkan penugasanku hari ini. Untunglah Erwin dengan bijak menugaskanku keluar markas, alasan mentoring pelatihan khusus Prajurit Aneeska ampuh meredam protes para petinggi yang ingin aku memberikan kesan pertama pada pemula-pemula itu. 

Sialan, memikirkan penugasanku besok membuat kepalaku sakit lagi. 

"Omong-omong, apa para petinggi itu tak tau bagaimana menahan diri?" 

Kubiarkan Erwin melihat tatapanku yang terarah pada proposal ekspedisi, ekspresinya masam karena-secara teknis-dirinya juga bagian dari para petinggi yang kusindir. Ya, kuakui kekhawatiran Erwin dan proposal ekspedisi itu jauh lebih meresahkanku daripada denyutan di kepala. Aku benar-benar tidak mengerti apa yang membuat para petinggi itu terburu-buru.

Ekspedisi besar selanjutnya masih dua bulan lagi, kenapa mereka sudah ribut membahas proposal ekspedisi? Ini diluar kebiasaan, lagi pula dua bulan adalah waktu yang panjang dengan potensi kemunculan gangguan cukup tinggi. Hasil pelatihan khusus Airi bahkan belum terlihat, ditambah lagi mereka hanya memberikan waktu sebulan pada gadis bodoh itu untuk menguasai 3D Manuver gear. Sebulan, waktu yang sangat singkat untuk seorang pemula. Modal apa yang membuat para petinggi itu begitu percaya diri? 

"Kurasa kita terlalu berlebihan mengekspos kelebihan Airi," Erwin memutar kursinya menyamping, entah apa yang manik biru itu lihat dibalik jendela. 

Sialnya, gelagatnya itu membuatku mengerti bahwa tidak ada gunanya untuk memperingati para petinggi.

"Mereka mungkin terpengaruh oleh pencapaianmu. Hari dimana kau resmi menjadi prajurit dan ekspedisi besar saat itu hanya selisih lima belas hari. Setengah bulan, dan kemampuanmu melebihi semua veteran. Mungkin kau melupakannya tapi kuingatkan lagi, kau satu-satunya prajurit yang memperoleh gelar veteran tercepat hanya dengan setahun pengalaman. Mereka tersugesti dengan itu,"

Tanganku mendadak gatal ingin memukul kepala para petinggi itu. Kenapa mereka tidak melihat fakta bahwa situasi perekrutanku dan Airi itu jauh berbeda? Aku sudah menguasai 3D Manuver Gear bahkan sebelum masuk ke pasukan, tapi gadis bodoh itu tidak! Apalagi aku tidak pernah dengar ada prajurit yang bisa benar-benar mapan menguasai manuver hanya dalam waktu sebulan. Jika gadis bodoh itu gagal memenuhi espekstasi tak berdasar para petinggi itu, apa yang akan terjadi padanya?

MELLIFLUOUS BEAT I [LEVI X OC] I SHINGEKI NO KYOJINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang