07. Sehari Tanpa Paimon Bagian I

309 40 8
                                    

"Hiks, pengembara. Paimon tetap harus ikut. Kemanapun kamu pergi pokoknya Paimon harus ada disamping kamu!"

"Tapi kan kondisi kamu juga begini Paimon... Terbang saja kamu sempoyongan."

"TIDAKKK!! PAIMON KUAT!! PAIMON MAU IKUT BERSAMA PENGEMBARA!! HUAAA!!"

Lengkingan suara Paimon kian meninggi kala Lumine terus bersikukuh untuk memintanya istirahat seharian ini di Bubu Pharmacy. Bukan tanpa alasan tentunya. Teman kecilnya yang satu ini baru saja keracunan beri berian yang ia pungut disembarang semak karena tidak sabaran meninggu grilled fish buatan Lumine matang tadi malam. Alhasil wajah Paimon pucat kebiruan saat ini, ia juga sempat muntah muntah dan kepalanya pusing luar biasa. Lumine saja harus menggendongnya tadi malam dari Guili Plans sampai ke pelabuhan Liyue karena Paimon sampai tidak bisa terbang.

"Dokter Baizu, bagaimana ini?" bisik Lumine pada pemilik Bubu Pharmacy tersebut.

"Tetap tidak bisa, paling cepat ia baru bisa sembuh total dua hari lagi. Kecuali ia banyak mengkonsumsi lotus yang bisa menetralkan racunnya. Mungkin besok ia sudah bisa membaik." jawab Dokter Baizu.

Lumine kemudian mendekat ke arah ranjang Paimon. Memastikan kembali kondisi teman kecilnya itu. Tapi tentu saja, masih perlu waktu cukup lama sampai obatnya bekerja. "Tunggu disini, komisi hari ini tidak sulit. Paimon harus beristirahat, sepulang dari komisi hari ini nanti akan ku bawakan kepiting dan lotus yang banyak agar kamu cepat sembuh." Lumine mencoba cara paling jitunya untuk membujuk Paimon, makanan.

Paimon sedikit ragu, tapi rupanya ikatannya dengan si nona pengembara lebih kuat dari pada makanan, "Memangnya kesetiaan Paimon bisa dibeli dengan makanan? Kalau sampai pengembara kenapa napa tanpa Paimon nanti bagaimana?"

Lumine sedikit mengerutkan kening nya. Bukannya terbalik ya?

"Kalau kamu terus memaksa ikut, lebih baik aku tidak jadi pergi. Biar saja kita tidak punya mora untuk makan esok hari. Lagi pula, masih ada sisa jamur menyala dari chasm nanti kita makan itu saja mau ya?"

Paimon panik. Pertama karena mora, kedua karena jamur menyala chasm yang aneh itu bukanlah pilihan bagus untuk jadi makanannya sehari hari. Selain rasanya aneh, kalau terlalu banyak dimakan jamur itu juga bisa menimbulkan halusinasi.

"Baiklah Paimon akan istirahat disini." ucapnya lesu tatkala memikirkan kemungkinan terburuk jika ia memaksa untuk ikut.

Lumine mengusap pucuk kepala Paimon perlahan, "Pintar, temani saja Qiqi disini ya. Aku akan baik baik saja. Baiklah aku berangkat."

Sebelum Paimon berubah pikiran lagi, Lumine bergegas untuk berangkat memulai komisinya hari ini.

---oooOooo---

Menjalankan misi dengan dan tanpa Paimon secara logika memang tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Dalam pertarungan meskipun ada Paimon, ia tetap menjaga jarak aman dari arena pertarungan agar tidak mengganggu Lumine dalam pertempuran. Sesekali saja teman kecilnya itu mungkin akan berteriak memberikan seruan peringatan bila ada serangan tak terduga dari titik buta gadis itu. Namun secara perasaan, Lumine sendiri ternyata merasa sedikit kosong. Sejak awal perjalanannya dimulai, Paimon adalah satu satunya sosok yang tak pernah meninggalkannya dalam situasi apapun. Berpisah dengannya untuk pertama kali, sedikit banyak jadi memberi gambaran pada Lumine betapa sepinya perjalanan gadis itu jika sedari dulu dilakukan seorang diri.

Pikiran kalutnya akan rasa kesepian yang menghantuinya sedari tadi rupanya cukup memecah fokus gadis itu. Padahal ia sedang ada dalam pertarungan satu lawan satu karena tak sengaja membangun sebuah Ruin Hunter di dekat danau. Alhasil karena kurangnya fokus, Lumine berhasil terhantam oleh mesin terbang tersebut hingga terpental beberapa meter. Sakit? Jelas! Lengan Ruin Hunter yang mengantamnya dibuat bagai pisau raksasa yang siap memotong badannya menjadi beberapa bagian. Luka sobek yang cukup besar menghiasi paha gadis itu hingga cairan kemerahan mulai mewarnai pakaian putihnya.

Inteyvat | XiaolumiWhere stories live. Discover now